- - -
🧸start🧸
- - -Jiwoong biasa menemukan dirinya larut dalam pekerjaan yang diberikan padanya, tidak menunjukkan abai pada perusahaan yang dititipkan pada dirinya hingga keponakan mencapai usia dewasa dan telah memahami pentingnya perusahaan. Tapi Jiwoong menemukan paham untuk tak berlarut dalam pekerjaan selama beberapa bulan terakhir, merupakan waktu dimana dia melakukan pernikahan dengan laki-laki yang manis lagi pengertian.
Jiwoong mengenal Gunwook pada pertemuan yang diatur oleh kakaknya, menjatuhkan hati dengan mudah saat dia mendengar lainnya bicara dan melihat lainnya menghabiskan makan. Kedengaran mudah, dan Jiwoong membiarkan tawaran untuk kembali bertemu melewati bibirnya dengan mudah, tak mendapat penolakan dari Gunwook yang menyatakan setuju pula pada lamaran yang dia lontarkan setelah mereka mengenal selama enam bulan.
Mata Jiwoong menemukan Gunwook yang menantikan dirinya untuk pulang, mendapati ekspresi antusias seperti lainnya memiliki sesuatu yang tak sabar untuk diperlihatkan padanya.
"Aku memiliki sesuatu" Jiwoong dapat menduga perkataan ini dari Gunwook
"Kau memiliki sesuatu?" Pertanyaan Jiwoong mendapatkan anggukan besar
Tatap mata dari Gunwook meninggalkan Jiwoong, "Tunggu,"
Maka, Jiwoong menunggu Gunwook mengambil langkah pada ruang kecil dimana mereka biasa menyimpan paket yang belum dibuka atau belum menemukan posisi untuk disimpan.
"Oh," Jiwoong tidak menahan dirinya dari menyuarakan kejut,
dapat melihat buket besar dari bunga yang ditempatkan pada belakang punggung milik Gunwook.
"Hyung, aku belum memperbolehkanmu untuk melihat" Rajuk Gunwook
"Ah, maafkan aku" Tidak memiliki permintaan maaf dari bibirnya yang tergelitik dan membentuk senyum, sejujurnya
"Baik. Jiwoong-Hyung dapat melihatnya, saat ini" Gunwook menunjukkan buket bunga.
Wajah memiliki rona merah yang tidak pernah gagal dalam menggelitik Jiwoong, tidak henti menanyakan apa kebaikan yang dia lakukan hingga dia mendapati sosok manis ini sebagai miliknya.
Tapi Jiwoong menjatuhkan senyum saat tangannya menerima bunga yang diberikan oleh lain.
"Gunwook-ah," Panggil Jiwoong dengan ekspresi serius di wajahnya
"Jiwoong-Hyung tidak menyukai bunganya?" Gunwook menunjukkan cemas
"Aku suka, aku sungguh suka," Jiwoong meluruskan dengan tergesa,
berhati saat dia melempar tanya, "tapi apakah aku melupakan sesuatu?"
Gunwook memperlihatkan ekspresi lega saat mengetahui Jiwoong suka pemberiannya, berdiam untuk memahami tanya Jiwoong sebelum dia melakukan geleng.
"Tidak. Jiwoong-Hyung tidak melupakan apapun" Gunwook menjawab, tak menghilangkan tanda tanya
"Kau tidak biasa membelikan bunga" Jiwoong melihat tanda tanya depan wajahnya
"Um. Aku biasa menerima hadiah dari Jiwoong-Hyung, dan aku ingin memberi balas" Gunwook menjelaskan
"Gunwook-ah," Mata Jiwoong menemukan Gunwook yang merapatkan bibir pada saat ini.
Jiwoong memikirkan dia telah menyukai lainnya dengan serius, tapi dia tidak henti menyukai Gunwook melebihi hari sebelumnya.
Tidak berlama dalam diam, lainnya kembali membuka suara, "Hyung suka, benar?"
"Iya. Aku menyukai pemberianmu" Kata Jiwoong, merendahkan tatap mata pada bunga di tangannya
"Aku merasa lega untuk mendengarnya" Gunwook tengah tersenyum saat Jiwoong mengembalikan tatap
"Kau memesannya?" Jiwoong bertanya seraya memperhatikan buket
"Uh, aku melewati toko bunga tanpa sengaja" Mata Gunwook menghindari dirinya
"Benarkah?" Bertanya sekalipun Jiwoong dapat melihat jawaban dari gerak tubuh yang dilakukan oleh pasangan hidupnya
"Jiwoong-Hyung dapat melewati toko roti tanpa sengaja. Mengapa aku tidak dapat melakukannya?" Balas Gunwook, sengit.
Ingatkan pada dirinya yang melakukan temu di sisi lain dari kota pada beberapa hari lalu, melakukan jalan lebih jauh untuk menghampiri toko roti yang disenangi oleh Gunwook sebagai oleh-oleh.
"Tentu, tentu. Kau dapat melakukannya, Gunwook-ah" Jiwoong biarkan gelak tawa melewati bibir
"Jiwoong-Hyung sedang menertawakan aku" Gunwook sungguh merajuk
"Aku tertawa karena aku merasa senang" Jiwoong menjelaskan, tak ingin Gunwook merajuk untuk waktu yang panjang
"Karena bunga?" Pertanyaan Gunwook memiliki sikap yang polos, dan Jiwoong menahan diri dari kembali melepas tawa.
Terkadang Jiwoong melupakan betapa muda Gunwook dibandingkan dirinya, memiliki selisih tujuh tahun yang terlupakan di banyak waktu dimana Gunwook menunjukkan serius dan keinginan membantu dirinya.
Tentu Gunwook pun memiliki sisi manis dan polos sebagaimana saat ini, kerap tersisihkan dengan Jiwoong yang perlu menaruh perhatian pada perusahaan atau lainnya.
"Karena dirimu, Gunwook-ah" Jiwoong menyadari payahnya dia dalam berkata
"Aku membuat Jiwoong-Hyung merasa senang?" Gunwook bersenang hati
"Iya. Kau melakukannya setiap hari" Dan Jiwoong pun senang untuk melihat ekspresi ini dari si lebih muda
"Bahkan saat aku tidak memberikan apapun?" Tanya Gunwook mendapatkan angguk dari dirinya
"Kau selalu ada disini, tidak membiarkan aku merasa sendiri. Aku senang kapanpun aku dapat melihatmu" Tatap Jiwoong tak melepasnya
"Aku senang kalau aku dapat membuat Jiwoong-Hyung merasa senang saat melihatku" Pun Gunwook membalas kontak mata dengan baik.
Jiwoong membiarkan sudut bibirnya meninggi tanpa melepaskan tatap mata dari Gunwook, melihat padamnya rona merah di wajah pasangan hidupnya. Tak menemukan perlu dalam mengatakan apapun dan melihat lainnya membagi pemikiran yang sama, biarkan tenang selama beberapa waktu.
🧸 fin 🧸
Cerita ini diinspirasi sama satu live Gunwook yang nunjukin bunga, dibeli buat fans, dan aku kayak 'tolong, anak ini terus ngasih alesan buat makin sayang tiap hari'.
KAMU SEDANG MEMBACA
ゴヌクママニア
FanfictionKumpulan cerita pendek dengan Uke Gunwook. Silahkan singgah kalau suka.