Cemberut.

183 13 13
                                    

ToboT
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

   "Ryan, tolonglah, please ... ." Menarik-narik kecil tangan sang pemilik nama, situasi yang mudah saja dijelaskan. Kory adik kembar dari Ryan serta pelaku yang sedari tadi terus mencoletehi nama korban. Simpelnya ia lupa mengerjakan PR, dan acara tarik tangan ini di lakukan supaya ia mendapatkan jawaban—tidak, lebih tepatnya contekan dari Ryan.

Ryan menghela nafas, "Bukankah aku sudah menyuruhmu mengerjakan PR dari beberapa hari lalu. Kenapa tidak kau kerjakan? Alasan apa lagi yang akan kau buat? Dan lagi, aku melihatmu bergadang semalam", diakhiri dengan deheman pelan, matanya mendelik melihat Kory dari atas kebawah secara berulang.

Sebenarnya ia tidak perlu mendengar beribu alasan adiknya ini. Kory selalu saja mengelak jika disalahkan, kadang Ryan tuh pusing tapi disisi lain ia tidak bisa memarahi orang itu secara berlebihan, salahnya.

Kory tertawa canggung, ia memainkan jari-jari tangan. "Itu ... ," men-jeda ucapannya sejenak untuk berpikir "Acara bola semalam sangat seru, tanpa sadar aku bergadang. Kau tau Ryan, klub bola yang aku dukung menang!", matanya sedikit berbinar saat melanjutkan pembicaraan yang tertunda tadi ia sedikit terkekeh.

Alis Ryan mengernyit, imajiner air turun di belakang kepala Kory saat menyadari ekspresi yang dikeluarkan oleh kakak kembarnya, ia secara refleks menundukkan wajahnya, "Maaf ... ," ucapnya ditambah dengan mengerucutkan bibirnya kecil, kalo tidak begini Ryan tak akan memberikan maaf pada Kory.

"Kali ini, aku membuat kesepakatan untuk tidak membantumu. Jadi, kerjakan semampu mu, Kory," final Ryan ia sedikit menekankan ucapannya. Hingga membuat Kory sedikit menggerutu.

Kory kembali menyeruput susu kotaknya setelah bercerita hal tersebut kepada teman cowok yang bisa dibilang mereka sudah cukup kenal dengan muka dibuat jengkel. Speechless, ia sedikit menghela nafas saat mendengar cerita dari Kory. Kemudian kembali menyendoki makanannya, mengangguk mengerti.

Perlu beberapa detik hingga akhirnya makanan yang di kunyahnya tertelan. "Begitu, sebenarnya kakakmu tidak salah, kau saja yang malas hingga di hukum di depan kelas tadi," sendoknya digunakan untuk menunjuk Kory, tentu hal tersebut tidak diterima oleh korban tunjuk sendok, "Setidaknya beritahu aku caranya!", Kory berseru.

Yang diteriaki tak menunjukkan ekspresi apapun, ia menurunkan sendoknya membiarkan Kory berkoar koar di depannya. "Begini saja, cobalah untuk meminta bantuan orang lain. Dan jangan sekalipun memohon pada kakakmu," aku penasaran tindakan apa yang akan di lakukan oleh kakakmu, diakhiri kata ia lanjutkan dengan bergumam dalam hati. Tak perlu diberi tahu, Kory ini tipe yang akan bercerita jika rencananya berbuah.

Jadi mudah saja mendapatkan apa yang ia ingin ketahui, trik itu juga dilakukan oleh Ryan dan Dylan tentunya. Kadang ia bingung sendiri mengapa mendapatkan teman yang mudah dikelabui ini, tapi seru juga.

Setelah mendengar saran tersebut Kory masih berdiam diri, ia menaruh tangannya di dagu, berpikir. Ya apa salahnya mencoba, baiklah.

"Baiklah akan ku coba, tumben sekali kau memberikan saran pada ku, tapi tidak apa apa terima kasih." Mengacungkan jempolnya.

Kembali speechless, jika diingat-ingat kembali apa ya yang membuat mereka berteman? Itulah yang ada dipikirannya saat melihat Kory masih saja tersenyum.

Suara nyaring memasuki gendang telinga mereka, benar benar mengganggu siapa sih yang merancang bell sekolah mereka? Rasanya Kory ingin protes dan sepertinya bukan hanya Kory saja, kenapa sih bell sekolah mereka tidak di rancang dengan alunan lembut atau sekedar ucapan gitu? gerutu Kory berhenti saat menyadari temannya telah siap membereskan kotak bekalnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cemberut.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang