Waktu telah menunjukkan pukul 11:45 siang namun Livia masih disibukkan dengan berkas-berkas yang bertebaran di mejanya. Begitu banyak data yang harus ia kerjakan hingga waktu berlalu begitu cepat, jam istirahat pun tiba.
"Liv, makan yuk" ajak Andini sembari merapikan rambutnya yang agak berantakan.
"Duluan aja Din, tanggung nih" tolak Livia halus.
"Oke deh kalau gitu gue duluan ya Liv"
Livia mengangguk sekilas kemudian kembali fokus pada pekerjaannya. Tiba-tiba ponselnya berdenting menandakan sebuah pesan masuk.
Mine<3
Sayang, jangan lupa makan ya, love you so much.
Livia menatap layar ponselnya tak minat, ia membiarkan pesan dari pacarnya tanpa niat membuka dan membalas isi pesan itu. Livia memilih melanjutkan fokus pada pekerjaannya, menyingkirkan sejenak masalah percintaannya yang membuat suasana hatinya down. Beberapa waktu kemudian, Livia telah menyelesaikan pekerjaannya tepat pada pukul 12:45. Masih tersisa 15 menit lagi waktu Istirahat. Segera ia merapikan mejanya dan beranjak menuju toilet.
Dug.
Livia sampai terhuyung ke belakang akibat tak sengaja bertubrukan dengan lelaki jangkung di depan pintu toilet. Lelaki itu menatapnya dengan tatapan terkejut sebelum cepat-cepat mengulurkan tangannya untuk menopang Livia agar tidak jatuh.
"Oh, sorry!" seru Livia seraya merapikan dirinya.
"Livia?"
"Sam?"
"Via, apa kabar?" tanya Samuel dengan senyum cerah bahagianya.
"Sam, sejak kapan lo di sini? lo kerja di sini sekarang? kapan lo balik dari Belanda?" tanya Livia bertubi-tubi. Samuel tertawa kemudian mengacak rambut Livia hingga Livia memberengut kesal akibat rambutnya berantakan.
"Sam!!"
"Iya-iya maaf, btw lo nggak berubah Vi, masih cantik plus cerewet"
"Sam, jangan bercanda dulu lah," kata Livia seraya merapikan kembali rambutnya yang diacak oleh Samuel.
"Masih sama kayak dulu, gampang marah kalau rambutnya diacak," ujar Samuel sambil tertawa kecil.
"Ish! Minggir gue mau ke toilet!"
"Bentar elah. Ikan sepat ikan tongkol, minta wanya dong"
"Dih, ga jelas amat pantunnya." kritik Livia lalu meraih ponsel Samuel yang hendak lelaki itu sodorkan.
"Nih."
"Nice, thanks Vi"
***
Di ruangan luas nan megah itu kini dihuni dua pria yang sama-sama memiliki wajah tampan dan mempesona namun dengan karakter yang sangat berbeda. Samuel duduk di salah satu kursi tampak santai dengan gayanya yang cool, sedangkan di hadapannya seorang pria berpenampilan rapi dan serius tengah sibuk memeriksa berkas-berkas di tangannya.
"Gue tadi abis ketemu sama temen masa kecil gue," ucap Samuel mengawali pembicaraan. Caleo menatapnya sejenak sebelum kembali fokus pada berkas-berkasnya.
"Gue gak tau kalau dia kerja di sini juga" lanjutnya.
"Dia cewek tercantik yang pernah gue kenal. Namanya Via, cantikkan namanya? sama kaya orangnya." pungkas Samuel dengan senyum tipisnya yang menawan.
Caleo menghembuskan napas bosan sembari melirik Samuel yang sedang sibuk dengan pikirannya tentang perempuan bernama Via itu.
"Gue nggak tertarik sama cerita lo." ucap ketus Caleo sukses membuat Samuel berdecak kesal.
Samuel dan Caleo berteman saat keduanya menjalani pendidikan di Belanda. Mereka yang tak sengaja satu kelas di perguruan tinggi sana dengan cepat menjadi sahabat karib meskipun kepribadian mereka bertolak belakang. Caleo, yang selalu serius dan fokus pada studinya adalah tipe yang cenderung menutup diri dari pergaulan yang tidak penting. Di sisi lain, Samuel memiliki daya tarik yang besar dan cenderung lebih ekstrovert. Dia dengan mudah menjalin hubungan dengan berbagai orang, termasuk para perempuan. Jadi bukan hal baru lagi jika Samuel selalu memuja para wanita cantik di sekitarnya.
Caleo menutup berkasnya yang telah selesai ia baca. Lelaki jangkung dengan bentuk tubuh yang sangat ideal itu beranjak dan berjalan menuju meja kebesarannya.
"Gisel tolong kosongkan jadwal saya nanti malam sampai besok, saya ada urusan di luar"
Tut.
Caleo mematikan telfonnya.
Tanpa berpamitan dengan Samuel, Caleo langsung menyambar kunci mobilnya dan bergegas keluar dari ruangan.
"Caleo! Lo mau kemana?!"
"Woi cecunguk!!"
Tak mendapati respon apapun dari kawannya itu, Samuel berdecak sebal dan mendumel tak jelas akibat di tinggal begitu saja oleh Caleo.
"Ini perdana loh gue kerja di sini dan main di tinggal aja. Ini serius gue diginiin?"
***
Mobil sport besar berwarna putih bersih itu melaju dengan kecepatan sedang di jalanan yang tempak lenggang. Hari ini tak begitu cerah layaknya biasa, dikarenakan musim hujan yang akan segera datang membuat awan-awan hitam mulai muncul dan menutupi sinar terang sang surya di atas sana.
Caleo menepikan mobilnya, ia mengeluarkan ponsel dan segera mendial nomor seseorang. Namun, sudah ke lima kalinya tetap saja panggilan telfonnya tak mendapatkan balasan dari pihak seberang.
Caleo mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tak lama kemudian Caleo keluar dari mobilnya menuju deretan toko bunga yang terletak di seberang jalan.
Tanpa berlama-lama, bucket bunga mawar merah sudah berada di tangannya lengkap dengan guratan senyum tipis menghiasi wajah tampan pria itu.
Setelah selesai dengan pembayaran, dengan langkah cepat Caleo kembali menuju mobilnya.
Saat Caleo memasuki mobilnya dan meletakkan bucket bunga mawar di kursi penumpang, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia segera mengambilnya dengan harapan melihat nama yang ia nantikan muncul di layar.
'Abigailla'
Sepercik perasaan kecewa melintas di hatinya. Tak urung juga Caleo segera menggeser ikon hijau untuk menjawab panggilan itu.
"Leo, kamu bisa ke rumah sakit sekarang? Aku sendirian nemenin papa"
"Sorry Bi gue nggak bisa"
"Yaelah pelit amat di mintain tolong. Lagian cewek kamu juga tau kalau papaku kecelakaan, ya pasti dia ngizinin lah."
"Bi."
"Yaudah lah terserah kamu mau mentingin pacar kamu itu atau aku!"
Tut.
Telfon pun mati.
Caleo membuang ponselnya ke kursi belakang, ia menghela napas dalam-dalam. Tanpa pikir panjang Caleo segera menstater mobilnya dan melaju menuju tujuan awalnya.
******
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet (On Going)
RomanceHubungan yang sudah berjalan 4 tahun dengan pria yang begitu Livia cintai, kini mereka tengah berada ditengah-tengah keluarga besar untuk saling menyematkan cincin pertunangan. Begitu riuh tepuk tangan kala masing-masing jari manis sejoli itu telah...