Kediaman Sofaran sangat ramai hari ini. Atas nama Nike, pamannya mengadakan acara perayaan untuk Kenderick sepupunya. Banyak bangsawan-bangsawan penting yang sebenarnya tidak tertarik dengan Baron Soventian tetapi memilih datang karena Nike. Mereka berniat mencari keuntungan.Namun berbeda dengan sudut pandang keluarga baron, mereka benar-benar merencanakan hal buruk. Nike sudah tahu itu. Dia sengaja masuk ke dalam rencananya.
Penampilan Nike hari ini terlihat lebih manis dibandingkan hari-hari biasanya. Rambut gelap yang mulai bertambah panjang dan ditata rapi membuat kesan halus di mata orang lain. Sedangkan dirinya yang biasa terlihat lebih tegas.
Dalam acara ini raja tidak datang, tetapi ada putra mahkota yang menggantikan. Marquess Arizon Alranas yang jarang datang ke pesta juga ikut hadir. Beberapa tokoh seperti Marquess Helisyan, Duke Estio, dan tokoh lainnya yang belum disebut juga ikut hadir. Hari ini sepertinya akan meriah.
"Aku hanya berharap tidak muncul masalah terlalu banyak," ucap Nike. Karena dia tahu pasti akan ada masalah.
-- 🦋 --
"Agies, kamu tidak pulang?" tanya salah satu teman Agies di akademi. Dia merupakan bangsawan kelas bawah yang tidak terlalu terkenal dan belakangan ini berusaha menempel pada Agies. Mungkin dia berharap mendapat bantuan darinya.
"Pulang kenapa?"
Agies tidak terlalu peduli dan lanjut membalik lembaran demi lembaran buku panduan sihir yang ada di tangannya.
"Bukankah kakakmu mengadakan acara pesta perayaan untuk sepupumu, putra Baron Soventian? Kalau tidak salah namanya Kenderick."
"Begitulah."
Mendengar balasan singkat dari Agies dia langsung merasa kecewa. Semua itu tergambarkan di raut wajahnya yang sedang memandangi Agies. Berharap dia membalasnya sedikit lebih aktif agar mereka bisa berteman dekat. Orang itu bernama Celvan Oirus. Ekonomi keluarganya sedang tidak bagus setengah tahun ini.
Untuk Agies, dia bukan tidak tahu ada pesta di mansion. Melainkan dirinya diberi tahu kakaknya melalui surat agar tidak perlu pulang. Nike bilang acaranya tidak terlalu penting. Lebih baik Agies fokus pada pelajaran dan membuat banyak kenalan di akademi.
"Laysen juga tidak pulang?"
"Tidak, aku pelayan Tuan Muda Agies."
"Sudah kubilang jangan memanggil Tuan Muda di akademi. Berapa kali harus kuulangi?" ucap Agies.
"Hm ..." Celvan berpikir mereka berdua benar-benar tidak asik.
'Mereka ini dingin sekali, huh! Oh, ngomong-ngomong apa itu?'
Celvan yang tadinya berjongkok di depan meja Agies, kini berdiri. Dia mendekat ke arah Laysen.
"Apa ini? Apa dari awal rambutmu ada warna kuning mengkilatnya seperti ini?" celetuk Celvan dengan pertanyaan yang mengejutkan Laysen dan Agies. Sontak Laysen langsung memundurkan kepalanya agar rambutnya terlepas dari Celvan. Dia ingat bahwa Nike berkata untuk merahasiakan warna rambut aslinya.
"Jangan-jangan warna rambut asli--"
"Ahem! Aku tidak sengaja menggunakan sihir dan terkena rambut dia!" Agies berusaha menjawab dengan setenang mungkin.
"Ya? Sihir apa yang kamu guna--"
Brakk!!
Agies memotong ucapan Celvan dengan tiba-tiba berdiri.
"Aku lapar! Aku akan pergi ke kantin!" ujar Agies mencoba mengalihkan topik.
"S-saya juga ikut!"
Mereka berdua berjalan keluar kelas. Meninggalkan Celvan yang menatap mereka keheranan.
"Ada apa dengan mereka tiba-tiba?"
***
Tamu undangan sudah hadir semua. Dan Baron Soventian tidak sabar untuk memulai acaranya. Sampai-sampai dia melakukan tindakan bodoh.
"Ehem! Terima kasih atas kehadiran kalian semua. Saya tidak menyangka akan sebanyak ini tamu yang hadir. Saya Baron Soventian sangat menghargainya."
Dia pun mulai berceloteh panjang lebar, melupakan Nike yang merupakan tuan rumah. Sebagian bangsawan saling berbisik-bisik.
"Baron sangat tidak sopan," ucap putra mahkota pelan di barisan belakang.
"Anda benar. Mau bagaimanapun ini berlebihan," timpal Arizon. Dia yang biasanya tidak suka berkomentar, baru kali ini dia membalas.
'Baru saja aku berpikir apa yang akan dilakukannya, dan detik berikutnya dia sudah membuat masalah. Sifat alaminya benar-benar luar biasa. Dia pasti sudah membayangkan ini jauh-jauh hari sebelumnya. Berdiri di depan bangsawan lain dan berlagak tinggi di hadapan mereka,' batin Nike.
"Kenderick, kemarilah!" ucap Baron dengan senyum penuh semangat. Benar-benar mengabaikan keberadaan Nike.
'Rasanya aku ingin mengata-ngatai orang tua ini dengan semua nama hewan di dunia,' kesal Nike. Urat nadi di lehernya ikut muncul di sana.
Kenderick dengan setelan jas yang rapi berjalan ke samping ayahnya sambil tersenyum. Ekspresinya benar-benar sombong. Dia pasti merasa di atas awan karena tuan muda yang lain melihatnya. Melihat dia merayakan di kediaman duke.
Setelah itu Baron lanjut berceloteh yang membuat Nike malas. Sampai akhirnya setelah setengah jam lebih, Nike memotong ucapannya.
"Baik, sudah cukup sampai disitu ceritanya, sekarang silakan nikmati hidangannya. Kalian bisa saling mengobrol sambil mencicipinya."
Baron mengerutkan kening.
"Ah, benar-benar, silakan dinikmati hidangannya."
'Orang sialan ini, apa dia gila? Berani sekali dia membuat bangsawan lain yang pangkatnya lebih tinggi menunggu dia berbicara tanpa mempersilakan mereka makan atau minum? Dia benar-benar merasa menjadi duke di sini, huh?'
Orang-orang mulai bergerak mengambil makan dan minum yang mereka inginkan. Baron dan putranya langsung mencoba berbicara dengan para bangsawan. Dia berinisiatif duluan.
'Apa dia pikir orang-orang akan langsung tertarik kepadanya hanya karena merayakan pesta di sini? Bodoh.'
Setelah mengambil hidangan, putra mahkota dan Arizon mendekati Nike.
"Lama tidak berjumpa, Duke," ucap Arizon menyapa.
"Ah, ya, Marquess."
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu mengizinkan Baron merayakan di sini?" tanya Putra Mahkota.
"Ah, tidak ada alasan khusus. Sudah sewajarnya keponakan membantu pamannya bukan, pangeran?" jawab Nike sambil tersenyum.
"Kamu pikir aku percaya?" balas Putra Mahkota sambil tertawa mengejek.
Mereka bertiga berbincang-bincang dengan asik. Tanpa sadar bahwa dari tadi Baron melihat ke arah Nike dengan penuh amarah. Dia emosi atas perlakuan Nike yang memotong ucapannya saat penyambutan tadi.
'Tunggu saja. Sebentar lagi kamu akan bertemu ajalmu.'
Setelah itu Nike mengambil segelas minuman dari nampan pelayan. Tanpa Nike sadari, saat ini dia terlihat sangat menikmati obrolannya. Mungkin karena dia jarang mengobrol dengan orang lain tentang hal-hal tidak penting seperti saat ini.
Gluk!
Disela-sela obrolan, Nike minum dari gelas yang dia ambil tadi karena merasa tenggorokannya kering.
"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat pelayan yang selalu mengikutimu itu," ucap Putra Mahkota.
"Ah, maksud Anda Roan? Dia sedang--"
UHUK!
Belum selesai mengucapkan kalimatnya, tiba-tiba Nike batuk darah. Arizon dan Putra Mahkota langsung terkejut. Tak lama setelah itu, Nike jatuh ke lantai. Dia kehilangan kesadaran.
'Siapa? Siapa yang meracuniku? Apakah baron? Tapi selama ini aku mengawasinya dengan ketat. Ah, kesadaranku mulai menghilang.'
***
Tbc.
😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Become The Villain's Brother (REVISI)
FantasiaEgi, pria dewasa berumur 21 tahun baru saja bertengkar dengan adik perempuannya kemarin sore. Mereka bertengkar karena sebuah novel berjudul "The Reborn of Marquess". Adiknya itu terus-terusan membaca novel tersebut sampai dia lupa belajar. Karena i...