Hari berganti hari, bulan berganti bulan, hingga hari ini tak ada hal menarik. Ingat dengan mengejar kebahagiaan sendiri? Rasanya tak pernah ada yang terjadi.
Hanya melakukan kegiatan template bawaan tiap harinya. Bangun, makan, kerja, tidur lalu dilakukan begitu saja. Memang sadar bahwa kali ini hidupnya diatur sedemikian rupa hingga tak terlalu disadari kenyataan itu.
"Hidup memang template, manusia ngga sadar aja." Ucapnya sambil memainkan pulpen ditangannya.
"Tuan Muda, ini berkas hasil rapat." Nuel langsung meletakkan berkas di meja usai Arsena mengangguk lalu keluar ruangan.
"Profit meningkatkan, efisiensi HR naik, beban turun, penambahan karyawan. Huhhh!" Ia tandatangani berkas itu lalu menggesernya ke samping.
"Proyek pembangunan lahan baru Waterboom Lipi selesai, progres dua hari lebih cepat. Besaran bonus tim, evaluasi bangunan baik, pelunasan selesai dua hari lalu." Kembali ia tandatangani.
"Huh, maintenance elevator, bangunan, cleaning service, penggantian unit komputer, maintenance mobil perusahaan. Berbeda besaran biaya dengan bagian keuangan." Sisihnya dokumen itu ke sisi lain.
"Biaya perjalanan dinas luar kota, beli oleh-oleh? Sejak kapan uang perusahaan untuk memenuhi kebutuhan seperti ini?" Sisihnya ke dokumen bermasalah tadi
"Pembatalan sepihak, pembayaran cicilan kedua penalti. Apa mereka tak becus dengan pengadaan paving blok?"
"Kesepakatan pembaruan layanan desain dan perubahan desain."
Arsena sama sekali tak jenuh dengan mengurus perusahaan. Hanya terasa dikekang atas hak kebebasannya. Dimana urusan makan siang diatur tanpa boleh keluar gedung bahkan saat istirahat. Waktu pulang akan langsung dijemput lalu dibawa pulang, dengan akses kunci apartemen dibawa oleh kakeknya.
Dia paham dengan keinginan kakek dan neneknya itu. Pernah ia dengar bahwa mereka akan membuat sosok Arsena yang akan selalu bergantung pada mereka. Sebenarnya dia tak terlalu peduli, namun dengan kondisi sekarang amat miris.
Layaknya seekor anjing pelacak baru. mereka memasang tali anjing yang kuat. Melatih tanpa melepaskan tali, serta memasang kekang di moncong agar tak menggigit. Baru tali dan kekang itu dilepas saat anjing masuk dalam kandang yang dikunci rapat.
Setia dengan tuan? Tidak, Arsena hanya berusaha membayar apa yang telah mereka berikan. Hingga suatu saat ketika dirasa telah cukup, dia akan lepas dari utang budi.
Hari ini bulan Desember, bulan kelahiran Arsena. Bernard mengatakan akan memberikan hadiah reuni. Wajah kakek yang berseri saat mengatakan itu di kantor, sebenarnya membuat Arsena sedikit muak.
"Sejak kapan orang-orang itu menganggapku ada?" Umpatnya bersiap.
Layaknya undangan formal kegiatan menghadiri pesta perusahaan yang diharuskan "dress up" menurut Bernard. Arsena mengenakan setelan hitam putih tanpa dasi.
"Ya, tampan seperti biasanya." Ia melihat rupa dirinya full body dari cermin didepannya dengan datar.
Kemudian mobil mengantarnya jauh menuju sebuah lokasi gedung sewaan. Lalu diantarkan menuju ruangan khusus dengan dua orang berjaga di depan pintu itu.
Ruangan yang lumayan luas, sekitar 100 orang ada disini. Pimpinan perusahaan, kolega bisnis Bernard, keluarga Suryajaya, dan tentu anak dan cucu dari keluarga Bernard.
Arsena kini memilih duduk di sisi luar. Dimana terdapat satu meja kecil dengan sepasang kursi yang menghadap ke taman yang luas. Pikirnya hanya perlu mendengar apapun yang keluar dari sound sistem saja bukan?
Tak lama acara dimulai. Tentu formalitas tak berguna yang memakan banyak waktu itu menjadi pembuka, yaitu sambutan. Diawali dengan CEO, salah satu pemegang saham, CFO, serta kolega penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLO
Short Story"Kalo masih punya otak MIKIR" bentaknya sambil menatap nyalang. "Lo masih tinggal disini cuma karena kita semua kasian, ngga usah drama!" "Pernah kepikiran hidup bebas diluar? Lakuin aja, Papa malah seneng kalau kamu inisiatif gitu. Seenggaknya Papa...