Keduanya akhirnya tertidur di teras, Kinar berencana mengantar Agnes pulang pagi-pagi sekali agar sejenak gadis itu bisa bertemu dengan keluarganya.
Agnes menambahkan jika sebelum Arka pindah ke sekolah mereka, ia lebih dulu tinggal di rumah pemuda itu. Sebenarnya Agnes tidak ingin, dia sempat menolak tapi Arka terus memaksa. Apalagi orang tua Arka sedang tidak ada di rumah, jadilah Agnes sebagai sasaran empuk setiap kali Arka melampiaskan emosinya.
Tepat saat adzan subuh berkumandang, Kinar bangun. Ia sendiri tidak merasa nyaman dalam tidurnya hingga akhirnya bangun dan duduk bersila sambil mengusap wajahnya.
Kinar berencana tidak datang ke sekolah hari ini, dia tidak ingin bertemu teman-temannya, dia tidak ingin bertemu Kenan, dan juga tidak ingin bertemu dengan Arka.
Pernyataan Agnes semalam membuat perasaannya menjadi tak karuan, Kinar meraba kalung yang melingkar di lehernya itu sambil mengingat-ingat kembali momen singkatnya bersama Arka.
Ia tidak menyangka laki-laki yang sering membuatnya tersipu malu itu merupakan seorang yang kasar.
"Kacau banget, anjing" umpat Kinar sambil memijat kedua pelipisnya yang terasa pusing.
"Ngapain gue malu punya temen cewek secantik lo?".
"Mengingat kejadian kemarin dan gue sama lo yang sengaja datang ke halte ini, kayaknya kita emang sama-sama pengen berangkat bareng"
"Gue suka sama lo".
Kinar menggeleng kecil mengusir segala tentang Arka yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Kin?".
Si pemilik nama menoleh melihat Agnes yang mulai terbangun dari tidurnya.
"Nes, gak usah sekolah yuk!" ajak Kinar tiba-tiba membuat Agnes yang baru saja membuka mata lantas kebingungan.
"Kenapa?" tanya Agnes dengan polosnya.
Kinar menghela nafas lalu berdecak, "Nanya mulu" cibir, "Gue juga males anter lo ke rumahnya Arka".
"Ke rumah gue aja" balas Agnes, "Nanti gue pinjemin seragam".
Kinar terdiam sejenak, "Lo boleh kok deketin Kenan lagi, Nes. Dia baik, gak kayak Arka, dan keliatannya cocok sama lo".
Agnes menggeleng kecil, "Enggak deh" sahutnya, "Kenan gak suka sama gue, percuma juga gue deketin kan?".
"Kenan suka sama lo, Kin" ungkap Agnes melirik Kinar yang menatapnya.
Kinar malah tertawa kecil, "Gak mungkin" gumamnya.
"Gue denger sendiri Kenan bilang gitu, gue liat sendiri ekspresi dia pas ngomongin soal lo" sambung Agnes, "Ya mungkin hampir sama ekspresinya kayak gue pas ngomongin dia".
Kinar masih saja menggeleng, tapi lain haknya dengan yang dia rasakan tanpa sadar.
"Yuk!" Agnes bangkit sambil meregangkan otot-ototnya setelah tidur di lantai yang keras dan dingin.
Lain halnya dengan Kinar yang masih duduk, menarik tasnya untuk dia peluk, "Kan gue udah bilang, gue gak mau sekolah!" tekannya.
"Setidaknya sekolah lo gak ikut kacau meskipun lo lagi berantakan" Agnes menarik lengan Kinar memaksa gadis itu untuk bangkit.
Kinar menghela nafas pasrah. Seperti yang Agnes inginkan tadi, Kinar akhirnya membawa gadis itu kembali ke rumah.
Angin dingin di hari yang masih sangat pagi dan bahkan mentari pun belum menampakkan diri, motor Kinar melaju membelah jalanan yang cukup sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kinar
Teen FictionSepeninggal Ayahnya, Kinar merasa tidak ada lagi seseorang yang bisa dia percaya. Sampai dia sadar, masih ada Kenan yang setia bersamanya. Start, 25 April 2024