Selatan menobatkan hari ini adalah hari yang sangat sial untuknya, rasanya semalam ia tidak begadang malahan tidur lebih cepat dari biasanya, tapi mengapa ia sama sekali tidak mendengar alarm dan gedoran pintu kamar dari kedua Adiknya yang berisik?
Sungguh dirinya terkejut saat bangun dan melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07.30. Hari ini memang masih weekend, tapi Selatan harus ke sekolah untuk mengikuti kegiatan pra seleksi OSIS dan MPK yang dijadwalkan jam 07.50 dengan kondisi seluruh peserta sudah harus berkumpul di lapangan upacara.
Selatan benar-benar kacau, tidak mandi hanya menggosok gigi dan mencuci muka, mengambil baju olahraga dari lemari, bersiap-siap seadanya lalu berpamitan dengan sang Bunda dan pergi meninggalkan rumah dengan kondisi acak-acakan.
Tidak cukup sampai disitu, motor yang awalnya baik-baik saja, tiba-tiba harus mogok di tengah jalan yang penyebabnya pun tidak diketahui olehnya. Alhasil ia harus menaruh motornya di pinggir jalan dan segara memesan ojek online, sampai tiba-tiba Mazda 6 Elite Sedan berwarna merah berhenti tepat didepan trotoar tempatnya berdiri, perlahan kaca mobil tersebut terbuka. "Halo! Lagi nungguin teman?" Dengan kondisi seperti ini? Bertemu dengan Kak Marissa? Demi taman bunga Bunda yang sudah layu. Ini benar-benar sialan!
"Enggak Kak, motor saya mogok ini lagi mau pesan ojek online." Kalau bisa tenggelam, gue lebih memilih untuk tenggelam sekarang.
"Tujuan mau ke mana? Naik aja, siapa tau satu arah." Gue emang ga mandi tadi, tapi gue ingat banget kalau pas lagi cuci muka, sabun di telinga gue juga gue basuh. Ini gue ga lagi mimpi kan? Kak Marissa nawarin tumpangan buat gue?
"Ga usah Kak, ngerepotin Kakak. Saya mau ke sekolah kok."
"Lah, bukan satu arah lagi itu. Satu tujuan. Udah ayo naik, motor lo ntar gue yang urusin."
Gue beneran bimbang disini, satu sisi gue ga mau kena omelan Kak Elang gara-gara telat, tapi kalau gue naik muka gue mau gue taruh dimana.
"Fyi udah jam 07.45 loh, everything is up to you."
Akhirnya dengan perasaan malu dan sungkan gue masuk juga kedalam mobil Kak Marissa dan meninggalkan motor gue dipinggir jalan. Suasana mobil cukup hening dan canggung, hanya diisi oleh musik yang asalnya pasti dari playlist Kak Marissa, gue cuman bisa sesekali melirik kearah Kak Marissa yang lagi sibuk menelfon orang.
"Rama, minta tolong ke lokasi yang aku share ya, ada motor teman aku disitu mogok. Tolong bawain ke bengkel." Samar-samar bisa gue dengar jawaban menyanggupi dari seseorang dibalik telfon itu.
"Maaf saya ngerepotin Kakak." Gue yang udah ga enak hati banget ga bisa ngomong apa-apa selain maaf.
"Santai aja lagian kenapa ga bareng teman lo aja kalau tau motor lo lagi ga baik?"
"Kayaknya semua teman saya sudah disekolah Kak, lagian tadi motornya ga kenapa-kenapa kok, terus setengah jalan langsung kumat deh." Mendengar jawaban gue, Kak Marissa tertawa lepas sambil menggelengkan kepalanya. Gue ga bisa bohong, Kak Marissa cantik banget.
"Tolong ambilin tas gue dibawah lo." Gue mengambil tas berwarna merah yang berada dibawah gue "Buka tas gue, disitu ada sisir sama parfum. Lo mendingan sisiran dan pakai parfumnya biar keliatan fresh."
Gue cuman bisa diam sejenak sambil mencerna perintah dari Kak Marissa, jangan bilang bau apek gue gara-gara ga mandi sampai di hidung nya Kak Marissa?! Gue ga bisa bereaksi apa-apa lagi selain nurutin perintah Kak Marissa, gue ga mau Kak Marissa pingsan gara-gara gue bau.
Sambil gue sisiran dan pakai parfum dari Kak Marissa yang beraroma mawar itu, gue sedikit salah fokus dengan lagu yang terputar. "Lagu lo nih." Celetuk Kak Marissa sambil menengok kearah gue.
Ya benar, itu lagu Kangen dari Dewa 19.
"Ga usah diingatin lagi Kak. Saya malu."
"Malu? Wah, unik ya? Padahal lo pas itu iconic banget loh, first sight gue liat lo di rooftop aja gue langsung ingat kalau itu lo."
"Banyak yang ngomongin saya Kak semenjak malam itu."
"Gara-gara malam itu, atau airpods lo?" Kak Marissa melontarkan pertanyaan yang sukses membuat gue yang awalnya cuman ngeliatin jalanan, langsung mengalihkan pandangan kearahnya, dan ternyata desas-desus gue yang sok cool pakai airpods sampai juga ke telinga Kak Marissa.
"Lo sama sekali ga keliatan sok cool buat gue, normal aja sih pakai gituan kalau lagi jalan sendirian atau lagi ga mau diganggu. Kalau lo jeli, tadi di tas gue ada pouch bening, didalam situ ada headset, gue juga sering pakai itu kalau lagi ga mau diganggu." Gue liat pouch yang dimaksud Kak Marissa, dan ternyata diantara banyak kabel ada headset didalamnya.
"Ga perlu malu dan minder buat jadi diri lo sendiri, ga usah repot dengarin perspektif orang yang sekiranya ga ada dampak baiknya, be enjoy aja. Btw nyanyi lagi dong, nanggung nih lagunya, udah mau sampai sekolah juga." Lanjut Kak Marissa yang senyum kearah gue sambil tertawa kecil.
Ini kedua kalinya gue lupa daratan gara-gara Kak Marissa yang pembawaannya terlalu santai dan menyenangkan. Bicara sama Kak Marissa ternyata senyaman itu.
"Makasih banyak ya Kak, buat tumpangannya, motor saya, sama 2 permen di rooftop."
"Sama-sama, nanti gue mau minta tolong kasih ke tote bag ini buat Kak Lia."
"Kakak? Katanya mau ke sekolah juga."
"Tadinya mau ngantar tote bag ini, tapi kan ada lo jadinya gue titip aja ya."
"Oke Kak."
"Gue duluan ya, semangat seleksinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You; Marissa Fajarasha
Ficção AdolescenteGue ga tau kenapa gue bisa suka sama Kak Marissa, gue bahkan juga ga tau yang gue rasain sekarang itu perasaan suka, sayang, atau cinta ke Kak Marissa. 2 permen dan senyum itu punya Kak Marissa. Sifat gue yang kurang menguntungkan untuk tau segala...