41

2.5K 326 22
                                    

"Harusnya gue sekarang lagi pergi jalan-jalan, ngobrol tentang kampus bukan malah di penjara di kamar kaya gini." dumel Alga merasa bosan sehari di kamar.

Hari ini Mama-nya menghukumnya, tidak boleh keluar dari kamar, Shakira juga menyita ponselnya. Dan meminta Raksa untuk menemaninya di kamar.

Ia tidak masalah jika adiknya menemaninya di kamar, yang jadi masalah anak itu terus saja keluar masuk kamar. Membawa mainannya dan barang-barang ke kamarnya.

Seperti sekarang ini, Raksa membawa bantal dan selimutnya ke dalam kamar Alga. "Mau apa lo bawa begituan ke kamar gue? Bikin kamar gue berantakan lo tau gak, keluarin semua barang-barang lo. Raksa." omel Alga yang sudah tak tahan lagi dengan tingkah adiknya.

"Mama yang nyuruh aku buat temenin Abang di sini, kan aku gak boleh naik ke kasur ya udah nanti Papa mau bawain kasur aku ke sini. Abang tuh jangan berisik, lagi sakit tuh harusnya diam." ucap Raksa tanpa melihat ke arah Alga, dia sibuk menyusun bantal dan selimutnya di atas karpet.

"Lo yang harusnya diam! Udah tau gue lagi sakit lo berisik."

Raksa berbalik menatap Alga. "Dari tadi aku diam ya, yang berisik tuh Abang. Bukan aku."

Alga menghela napasnya, menatap tajam adiknya dengan tangan menujuk ke arah pintu. "Keluar."

Raksa menggelengkan kepalanya lalu mendekat pada Alga, mengerakkan jari telunjuknya kekanakan dan kiri. "No, no no. Anda tau no, itu artinya tidak." ucapnya tersenyum miring.

Alga mendorong dahi adiknya dengan ajar telunjuknya. "Lo gak mau keluar dari sini gue gak mau ngomong sama lo satu tahun." ancam Alga menatap adiknya dengan serius.

"Boleh, jangankan satu tahun. Lima puluh tahun juga boleh, berani ngancem-ngancam. Ingat hp Abang ada sama aku." tantang Rakasa menunjukan hp Alga yang di dapat dari Mama-nya tadi.

"Aku bisa chat teman-teman Abang, mau aku ajak nongkrong sambil minta ajarin aku bawa motor. Dan satu lagi, habisin uang Abang yang ada di hp ini. Lumayan bisa buat beli bakso sekalian sama gerobak-gerobaknya." ucap Raksa seraya menyisir rambutnya ke belakang.

"Udah berani lo sama gue!" Alga mendudukkan dirinya di atas kasur, baru saja ingin turun dari kasur adiknya lebih dulu berteriak.

"MAMA ABANG NIH TURUN DARI KASUR, MINTA AKU LEPASIN INFUSNYA LAGI." teriak Raksa tersenyum penuh kemenangan. Baru kali ini ia berhasil membuat Abang-nya takut.

"Awas lo nanti." ancam Alga kembali berbaring di atas kasurnya.

Raksa tersenyum manis, mengusap lembut lengan Alga. "Abang, Abang masih sakit? Kata Mama kalau masih sakit kita pergi ke rumah sakit."

Alga menepis tangan adiknya, membalikkan tubuhnya membalikkan Raksa. Berharap adiknya keluar dari kamarnya, namun Raksa malah naik ke atas kasur.

"Abang, sebenarnya tuh aku gak suka kalau Abang sakit terus tidur." ucap Raksa sambil menggoyangkan tubuh Alga.

"Istirahat kan gak harus tidur, bisa aja kan duduk sambil nonton tv atau main game yang paling gak jalan-jalan." sambungnya lagi.

Alga tidak perduli dengan ocehan adiknya, dia tetap diam dengan mata terpejam. Jujur saja ia sejak tadi sangat mengantuk, hanya saja adiknya itu terus saja mengganggunya.

"Abang, tadi Abang Dena telpon. Katanya Abang Dena mau ketemu sama Abang, di tunggu di tempat bisa. Aku yang mau wakilin Abang ke sana boleh?" Raksa membalikkan tubuh Alga, menepuk-nepuk pipi Alga agar Abang-nya itu mau membuka matanya.

Alga membuka matanya, menatap tajam adiknya. "Kalau aja lo bukan anak Saga tuh mulut udah gue lakban! Keluar!" frustasi Alga dengan adiknya.

Raksa turun dari tempat tidur. "Gitu aja marah, jangan panggil-panggil nanti kalau mau apa-apa. Aku gak mau bantuin Abang lagi." ucap Raksa lalu keluar dari kamar Alga.

ALGA WIJAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang