🦋 Part 53

12 2 0
                                    

Aku tidak mau kembali tersakiti, terlalu banyak cobaan yang menyerang. Aku hanya mencintaimu dengan tulus, tapi mereka membalasnya dengan kebencian yang besar.
•••

Dea dan Tina yang mendengar jawaban dari Kiki langsung terdiam karena terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dea dan Tina yang mendengar jawaban dari Kiki langsung terdiam karena terkejut. Setelah sadar dari keterkejutannya, Tina langsung menoleh ke arah Dea yang masih terdiam.

Tina memegang lengan Dea yang masih terdiam di sampingnya, "Dea," panggil Tina pelan.

"Hm?" respon Dea.

Tina menghembuskan napasnya pelan, "lo gakpapa?" tanyanya.

Dea menoleh ke arah Tina seraya menganggukkan kepalanya, "gakpapa," jawabnya dengan suara pelan.

"Beneran?"

"Hm." Dea menganggukkan kepalanya dengan tegas, "beneran gakpapa," jawabnya lagi.

Kiki yang masih berada di depan mereka hanya menatap keduanya bergantian. Lalu ia menghembuskan napasnya pelan karena tidak tau harus merespon seperti apa.

"Tina, uang gue gak ada di kantong seragam. Kayanya jatuh deh," ujar Dea pada Tina untuk menghindari dua orang yang menjadi bahan pembicaraan.

"Jatuh di mana?"

"Taman."

Tina menganggukkan kepalanya mengerti, "gue anterin ayo."

"Gak usah." Dea menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Gue lari aja, biar cepet. Lo di kelas aja," ucapnya.

"Beneran?"

"Iya." Dea menepuk bahu Tina beberapa kali dengan pelan. Lalu ia langsung berbalik menuju taman belakang sekolah.

Sebenarnya ia hanya ingin menangis sendiri karena berita Alfan dan Mely jadian. Uangnya masih ada di saku seragam, tidak terjatuh atau menghilang. Dea berlari menuju taman belakang dengan tangan yang memegang dadanya.

Sebenarnya ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Apalagi Mely sudah ia ceritakan semua, jika ia masih mencintai Alfan. Tapi kenapa Mely yang memiliki kesempatan untuk bisa berpacaran dengan Alfan.

Kapan Mely mulai suka dengan Alfan? Bukannya Mely sedang dekat dengan Rama? Bagaimana mereka mulai jadian? Apakah perasaan Mely pada Rama sudah menghilang? Apa Mely lupa mengenai perasannya dengan Alfan?

Berbagai pertanyaan terus berputar di otak Dea. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang Mely lakukan. Ia harus memastikan jika berita itu salah, saat pulang sekolah nanti ia harus berbicara dengan Mely.

"Dea... lo ngapain di sini?"

Dea tersentak kaget dan menoleh ke arah suara. Ia bisa melihat Rama yang menatapnya dengan bingung, "hai Ram."

Rama menghembuskan napasnya pelan dan duduk di samping Dea. Ia menatap ke arah depan dengan tatapan menerawang, "pasti lo lagi bingung ya sekarang," ucapnya pada Dea.

Dia & Enam Tahun Setelahnya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang