Orang bilang, waktu adalah penentu. Waktu akan membuat lupa. Aku bilang, waktu adalah pembangkit rindu dan kenangan.
Aku terbangun di pagi hari, karena mendengar suara alarm dari handphone ku yang berbunyi nyaring. Aku duduk merentangkan kedua tangan sambil menguap, segar sekali rasanya pagi ini. Aku mengambil handphone di dekat bantal dan melihat jam menunjukkan 06.30.
"HAHH!" Mataku terbelalak melihat jam yang sudah siang, "Kenapa alarm ku berbunyi jam segini, biasanya juga subuh." Keluh ku, karena se ingat ku, Aku selalu memasang alarm di jam 05.00.
Aku bergegas beranjak dari tempat tidur dan merapikan nya. Aku berniat ingin membuka jendela tapi, ku urungkan karena sudah terbuka lebih dulu. Ah mungkin semalam Aku lupa menutupnya.
Aku melangkah dengan tergesa-gesa menuju dapur, memasak kan sarapan untuk Bunda. Bunda juga kenapa tidak memanggil ku untuk membangunkan nya. Aku akan ke kamar Bunda terlebih dahulu, untuk melihat apakah dia baik-baik saja, rasa takut seketika menyerang ku.
Aku membuka pintu kamar Bunda, kosong. Kemana perginya Bunda, bukan nya dia tidak bisa berjalan, bahkan duduk pun harus di bantu. Aku mendengar suara di dapur dan bau masakan yang menggugah selera, wangi sekali bau nya.
Aku berjalan ke arah dapur dengan perasaan yang tidak menentu. Tepat di ambang pintu dapur, Aku melihat ke arah meja makan. Ada Ayah dan kak Raka yang duduk berhadapan sambil berbincang-bincang. Bunda yang sibuk menyiapkan sarapan, dan mengisi piring-piring dengan nasi.
Aku terdiam beberapa saat, situasi seperti apa ini? Apakah Aku sedang bermimpi? Atau halusinasi ku saja, karena merindukan masa-masa dimana Ayah masih ada. Aku, menepuk pipi ku berulang-ulang, memastikan apa yang aku lihat hanyalah halusinasi, walau seandainya ini nyata pun Aku sangat bahagia.
"Kamu ngapain di situ dek?" Suara Ayah membuat ku kembali tersadar. Ini memang nyata adanya, suara Ayah yang nyata. Semua mata melihat ke arah ku, Bunda tersenyum dan melambaikan tangan nya agar aku duduk di depan nya samping kak Raka.
"Ini hari minggu, makanya Bunda gak bangunin kamu, Ayah dan kak Raka juga kebetulan libur. Jadi, kita bisa menghabiskan waktu bareng keluarga." Jelas Bunda.
Hari minggu? Bukan nya hari ini masih hari jumat ya. Kenapa perasaan ku terasa berbeda.Aku melangkah mendekati mereka, Bunda sudah mengambil kan makan untuk ku. Aku duduk di kursi makan. Ayah memulai berdoa, dan kami makan dengan tenang. Dengan perasaan yang tidak tenang, Aku menghabiskan makanan ku, karena Aku pun cukup Rindu dengan suasana seperti ini dan juga makan masakan Bunda.
Selesai makan, Ayah dan kak Raka berkumpul di ruang keluarga menonton acara televisi sambil mengobrol. Aku membantu Bunda membersihkan dapur, mencuci piring bekas kami makan.
Setelah selesai, Bunda mengajak ku untuk bergabung ke ruang keluarga sambil membawa cemilan juga minuman dingin.
Aku mengamati seluruh ruangan, kenapa rasanya seperti dejavu, Aku pernah mengalami hal seperti ini. Menonton televisi di hari minggu bersama Ayah, Bunda dan kak Raka, mengobrol ringan, membahas seputar sekolah ku, dan pekerjaan kak Raka.
Wajah mereka juga kenapa terlihat lebih muda beberapa tahun. Aku semakin bingung oleh situasi seperti ini. Seperti ada magnet yang menarik ku agar pergi ke kamar begitu tak terelakan. Aku berpamitan ke Bunda untuk membersihkan diri di dalam kamar.
Aku melangkah ke kamar, membuka pintu dan melihat ada sebuah cahaya dari kotak kalung ber Liontin hijau pemberian Ayah di hari ulang tahun ku. Cahaya itu seperti semalam Aku membuka nya. Dengan rasa takut dan penuh rasa penasaran Aku mendekati kotak itu, cahaya nya semakin besar, muncul wanita Anggun dari dalam kotak, berdiri tepat di hadapan ku, memakai baju berwarna putih yang indah dan elegean menjuantai ke bawah hingga menutupi kaki, wajah nya penuh cahaya, Aku tidak bisa melihat parasnya.
"Jangan takut," Aku yang mundur perlahan, berniat berlari dari kamar pun ku urungkan. "Aku baik, nama ku Emely, ya seprti nama mu, Aku ingin kamu merasakan kebahagiaan di tahun ini tapi, ini hanya bersifat sementara." Suara lembut itu mengalun seperti memenuhi ruangan ini.
Aku melihat ke arah kalender yang ku pajang di dekat pintu kamar 5 Mei 2022. "HAHH jadi, Aku kembali ke tahun 2022?, ini beneran nyata?" Antara bahagia dan rasa tidak percaya Aku membekap mulut ku dengan kedua tangan, sambil menggerakan kepala ke kanan dan ke kiri. Bahagia? Tentu saja, tapi ini sangat mustahil di terima akal sehat
Wanita cahaya yang bernama Emely itu terkekeh pelan, "Kamu orang baik, kamu berhak untuk bahagia." Ucap wanita cahaya itu, kemudian menghilang dan kotak itu tertutup kembali seperti awal.
Aku mengamati se isi kamar ku, di atas meja belajar, masih terdapat buku-buku sekolah ku di kelas 12, Bunda yang membelikan ku buku baru setiap kenaikan kelas. Ini masih semester satu. Aku melihat ke arah dinding, masih tergantung tas sekolah ku berwarna hijau, hadiah dari Ayah.
Aku terduduk di kasur, terdiam. Berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, mengapa semua terjadi seperti ini.
Kriekk....
Suara pintu di dorong dari luar.-----
Sulawesi Selatan.
10 Juni 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Bawa Aku Kembali!
Teen Fictionfinal chapter kali ini jangan berlebihan ke siapapun, people come and go. That's life beneran nyata adanya dan selalu berjalan berdampingan dengan kita. Seasik apapun kamu, endingnya pasti akan asing. Gak akan ada seseorang yang selalu stay, turunin...