LIMA BELAS

9 1 0
                                    

Malam ini terlihat sangat indah, bintang-bintang bertaburan dengan kerlap-kerlipnya, dan bulan yang begitu menawan. Ayra merebahkan tubuhnya di atas kasur setebal 7 cm usai mengikuti kegiatan belajar malam. Dia tak begitu menikmati belajarnya kali ini. Dia masih disibukkan dengan dua hal yang mengusik pikirannya sejak kemarin hingga hari ini. Yang pertama adalah penentuan kelulusannya dalam tes masuk kelas PDF ULYA, kedua sekaligus yang paling mengusik adalah gadis bergamis hitam berkerudung merah muda yang diperkenalkan dengan Gus Rayhan siang tadi. Ayra tak begitu paham dengan apa yang sebenarnya dia rasakan. Toh, dia dan Gus Rayhan bukan siapa-siapa. Tapi mengapa hal itu harus mengganggu pikirannya? Mengapa dia merasa bahagia saat memikirkan Gus Rayhan tapi kemudian merasa sedih? Kenapa dia ingin mengusir semua pikiran ini, tapi saat bersamaan dia tersenyum mengenangnya?
"Raaaa, aku punya berita gembira!" Hamidah menghampirinya.
"Selamat Ra, kamu lulus tes. Besok sudah bisa duduk di kelas PDF 3 Ulya. Ustadz Kholiq yang menyuruhku menyampaikan berita gembira ini. Sekali lagi selamat ya, dan belajar yang rajin!"
"Alhamdulillah, terima kasih."

***
Pagi itu seharusnya menjadi hari yang cukup baik buat pengalaman pertama Ayra duduk di kelas PDF 3 Ulya. Namun seringkali realita berbeda dengan ekspektasi kita yang terlalu tinggi. Ayra tak begitu nyaman berada di kelas itu. Semuanya bercakap-cakap menggunakan bahasa Arab modern yang sulit dia pahami. Satu meja plastik berwarna biru diletakkan di sisi kanan meja Ayra. Di sana tertulis nama Melda yang diberi garis bawah, lalu di bawah garisnya tertulis ketua kelas PDF 3 Ulya. Gadis itu tersenyum padanya, sangat manis dan teduh dipandang. Perlahan ia mengeluarkan sebuah roti isi kacang hijau atau yang masyhur disebut roti gepeng dari dalam tote bagnya.
"Aku beli ini untukmu, makanlah!" Melda memberikan roti itu pada Ayra.
"Terima kasih, tapi saya puasa."
"Afwan." (Maaf)
"Laa ba'sa." (Tidak apa-apa)
"Apa kamu tahu apa yang mereka bicarakan?" Melda memulai pembicaraan.
"Tidak, bahasa Arabnya terdengar asing di telingaku."
"Hmm... Kamu hati-hati yah, sepertinya mereka akan menjadi netizenmu."
"Ha!? Kenapa?"
"Sudahlah, nanti aku akan ceritakan. Aku sudah mendengarnya sejak tadi malam ketika kabar kelulusanmu mulai tersebar ke telinga para penghuni asrama. Aku kasihan, kamu yang gak tahu apa-apa dan gak ngelakuin apa-apa bisa-bisanya dapat cerita buruk seperti itu dari orang-orang."
"Ceritain sekarang, Melda. Nama kamu Melda, kan?"
"Iya, namaku Melda. Kamu bisa memanggilku Naura Ayu."
"Ha!?"
"Bercanda." Melda menyeringai.
"Ada apa Melda? Cerita dong!"
"Husst... Ustadz udah datang. Nanti jam istirahat aku ceritain."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miracle After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang