15. Pertemuan Tak Disengaja

33 10 0
                                    

"Lo tunggu disitu. Tetep di tempat lo berdiri sekarang."

"Apa sih lo? Buat apa gue nunggu lo kalau gue bisa masuk cuman beberapa langkah lagi."

"Berhenti!"

Melynda mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Yafis. Ia tidak mengerti ada apa dengan saudara sepupunya itu. Mengapa Yafis sampai melarangnya masuk ke coffee shop yang tinggal beberapa langkah darinya.

"Gila lo ya." Umpat Melynda dengan tetap melangkah.

"Gue mohon dengan sangat sama elo, Mel. Tunggu gue disitu aja. Gue.." Ucapan Yafis terhenti saat melihat sesuatu terjadi di seberang sana. Teleponnya masih tersambung namun, keduanya tidak lagi berbicara.

Melynda membeku dengan apa yang ia lihat di hadapannya, lelaki dihadapannya kini juga membeku, tatapan keduanya bertemu. Namun, mulutnya membisu. Kakinya seakan kaku untuk digerakkan.

Dan waktu di antara keduanya seakan berhenti sejenak.

Dari sekian banyak waktu, kenapa harus hari ini Tuhan mempertemukan kita? Batin Melynda.

"Gam, udah teleponnya?"

Gama tersadar saat mendengar suara Jihan dari pintu masuk coffee shop. Gadis itu beralih menatap Yafis yang baru saja turun dari mobilnya.

"Loh, Yafis disini juga?"

Gama dan Melynda sontak melihat kearah Yafis. Yafis hanya tersenyum canggung pada Jihan, tidak seperti biasanya.

"Gama, mau masuk gak?" Tanya Jihan lagi.

Tanpa menjawab, Gama melangkah masuk setelah sebelumnya sempat menatap Melynda. Jihan kemudian kembali tersenyum pada Yafis.

"Ikut gue." Yafis menarik pelan pergelangan tangan Melynda yang sepertinya masih membeku itu.

Jihan kembali menoleh kebelakang, melihat Yafis membawa masuk kedalam mobilnya gadis yang tadi saling bertatapan dengan kekasihnya.

"Jadi lo tau kalau hari ini Gama kesana makanya lo dari tadi ganggu gue?" Tanya Melynda tanpa menatap Yafis.

Yafis menepikan mobilnya, kemudian balik bertanya pada Melynda. "Sebenernya lo ngapain sih, Mel?"

Melynda menoleh, menatap Yafis yang tidak menatapnya. Lelaki itu menatap lurus ke jalanan di depannya.

"Maksud lo?"

"Lo balik lagi ke Jakarta buat cari Gama kan?" Tanya Yafis menatap Melynda serius.

"Kayaknya itu bukan urusan lo, Fis." Jawab Melynda.

Yafis tersenyum remeh, kemudian berkata dengan emosi. "Lo lupa? Orang tua lo ngubungin gue buat jagain lo selama disini karena apa? Karena di kota ini ada Gama. Orang tua lo gak mau elo ketemu Gama. Orang tua lo gak mau lo ketemu sama orang yang hampir bikin lo mati. Lo sadar itu gak sih, Mel?"

"Bukan salah Gama. Lo sama mama papa salah. Kejadian beberapa tahun yang lalu bukan salah Gama, Fis. Itu murni kecelakaan. Berhenti nyalain Gama." Ucap Melynda tidak kalah emosi.

"Biar gue ingetin sama lo. Musibah lo kecelakaan sama Gama karena apa? Karena Gama kebut-kebutan sama temennya. Dia gak mikirin padahal ada lo yang dia bawa. Kalau lo lupa. Lo koma dua minggu lebih dan hampir gak bisa jalan. Mama lo nangis tiap hari liat lo waktu itu. Dan sekarang lo balik kesini buat cari Gama? Buat apa sih, Mel? Lo gak kasian sama bokap nyokap lo?"

Melynda memejamkan matanya, Yafis membuka luka lama yang ia coba lupakan. Trauma karena kecelakaan itu masih ada walau sudah bertahun-tahun yang lalu. Saat ia masih duduk di bangku menengah atas di tahun keduanya.

Live Together With Or Without Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang