07.

393 46 7
                                    

                Sungguh, Renjun tidak kecewa sama sekali saat Y/n menggodanya dan membuat Renjun berpikir jika wanita itu ingin mengajaknya dalam 'permainan' ranjang.

Hanya saja, dia jadi tidak mood sebab Y/n menyuruhnya membantu membereskan apartemen baru wanita itu padahal Renjun ingin bersantai seharian tanpa diganggu Y/n.

Sungguh. Renjun tidak bohong.

Tapi sepertinya Y/n menanggapinya berbeda.

"Kau kesal ya karena aku tidak merealisasikan pikiran kotormu itu?" ledek Y/n.

Wanita itu menaruh teh hangat di atas meja untuk Renjun. Dia duduk di samping pria itu dengan tubuhnya yang mengarah ke Renjun, sementara satu tangannya dia gunakan untuk menopang kepalanya.

Renjun melihat Y/n lewat ekor matanya yang duduk dengan pose menggoda.

Salahkan wanita itu yang membuat Renjun mempunyai pikiran kotor saat dekat dengannya.

"Tidak. Malah bagus. Aku jadi tidak perlu buang-buang tenaga untuk melayanimu."

Y/n tertawa pelan. Terdengar amat ramah, lain dengan kepribadian galaknya di kantor. Kemudian ada suara lain yang dapat Renjun dengar, yang diucapkan wanita itu dalam hati.

'Tadinya, aku memang ingin melakukannya dengan Renjun. Tapi menggoda pria ini ternyata lebih menggemaskan.'

Renjun menghela napas kasar. "Kau menyebalkan ya," kesal Renjun.

"Hm?" gumam Y/n tidak mengerti.

Renjun menggeser tubuhnya menghadap Y/n. Netra keduanya bertemu dengan sorot mata yang berbeda. "Apa kau selalu seperti ini?"

"Seperti ini bagaimana? Bicara yang jelas. Tidak ada manusia yang bisa membaca isi hati orang lain."

"Mempermainkan setiap pria yang FWB denganmu. Apa kau menganggap dirimu itu seorang player?"

"Aku baru pertama kali punya hubungan yang unik seperti ini hanya denganmu," balas Y/n, wanita itu sedikit memajukan tubuhnya mendekati Renjun, "aku juga bukan player karena aku tidak pernah memainkan perasaan pria mana pun. Saat dekat dengan seorang pria aku selalu menegaskan hubungan kami tidak akan pernah lebih dari teman."

"Itu berarti kau tidak punya hati," celetuk Renjun pedas. Entah kenapa dia jadi kesal sendiri, merasa dirinya juga dipermainkan meski memang hubungan unik mereka hanya didasari oleh kebutuhan biologis tanpa ikatan. "Apa kau tidak pernah menyukai seorang pria, hah?"

"Pernah," jawab Y/n pelan. Maniknya bergulir pada jendela apartemen di belakang sofa mereka yang menampakan langit sore kota Seoul. Seolah Y/n sedang mengingat kembali kejadian lampau dalam hidupnya.

Renjun menatap dalam wanita itu yang tidak tertuju padanya. Dia memasang telinganya baik-baik tapi tak kunjung mendengar apa pun isi hati Y/n.

Satu bagian dalam dirinya penasaran, menunggu apa yang ingin Y/n katakan saat wanita cantik itu membuka bibir tipisnya. Namun satu bagian lagi, seperti tidak siap mendengar sisi lain Y/n yang belum diketahuinya.

"Aku pernah menjalin hubungan selama bertahun-tahun dengan seorang pria yang bisa dibilang cinta pertamaku. Kami memulai hubungan sejak SMA," Y/n terkekeh pelan, pandangannya berubah sendu mengingat hal tersebut.

Tanpa Y/n melanjutkan perkataannya, Renjun sudah dapat menebak. Tapi Renjun tidak ingin mengacaukan wanita yang tampak sedang bernostalgia dengan percintaannya itu.

Grey Heart » Renjun X YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang