BAB 31. after PE scandal

757 45 2
                                    

Tempat yang dapat memberimu rasa menegangkan, memalukan, membahagiakan, serta mengerikan sekalipun adalah tempat yang selalu kau datangi setiap hari. Itulah tempat yang disebut sebagai sekolah.

Kejadian pertengkaran Adam dengan Liam dan Louis menjadi masalah besar di sekolah ini. Bagaimana tidak, bila seorang ketua osis dan wakilnya dihajar hingga babak belur oleh siswa yang berasal dari kelas buangan. Hingga berita itu sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Akhirnya Adam dipanggil keruang kepala sekolah. Dengan gaya yang santai ia berjalan melewati kerumunan siswa-siswa yang sedang menatapnya dengan takut sekaligus benci. Bahkan aku yang tak tahu apa-apa pun ikut mendapat pandangan benci dari murid kelas lain karena berada di kelas yang sama dengan Adam.

Aku dan Calvin berjalan di belakang Adam dengan jarak yang cukup jauh seusai dari lapangan. Calvin yang tak menyadari kejadian pertengkaran Adam yang berada di depan matanya, terus saja menanyakan hal itu berkali-kali.

"Apa kau serius Carley?" tanya Calvin untuk kesekian kalinya.

"Percayalah Cal, kau sudah menanyakan ini lebih dari sepuluh kali. Dan jawabanku tetap sama. Iya, Adam bertengkar dengan Louis dan Liam bahkan aku saksi matanya," jelasku. Calvin hanya mengangguk. Tapi aku tahu bahwa ia masih tidak mempercayai kejadian itu.

Ketika hendak melewati ruang Mr. Brown, Adam masuk ke dalam bersama dengan Michael, Bradley, dan Christian. Aku terus mengamatinya, hingga akhirnya ia menyadari ketika akan menutup pintu. Wajahnya datar dan pandangannya sangat tajam seakan penuh ketegasan untuk membuat nyaliku menciut. Dia kembali dingin. Dan ini mengingatkanku akan sikap awalnya mengenalku.

Calvin menarik lenganku pelan, menjauhkan jarak kami dari pintu ruangan Mr.Brown–tempat Adam masih berdiri menatapku. Calvin mencolek lenganku sambil mendekatkan wajahnya ke telingaku.

"Ini perasaanku saja atau memang benar Adam terus mengamatimu?" bisiknya sepelan mungkin karena kami baru saja melewati orang yang dibicarakan.

Aku melirik Calvin, dan ia kembali berkata. "Sepertinya dia terus bersikap dingin pAdamu. Kau tahu? Kukira awalnya dia akan baik pAdamu. Karena bagaimanapun juga, kau adalah satu-satunya murid pindahan yang dibelanya. Itu pertama kalinya."

Aku meneguk ludahku. Seketika keadaan menjadi aneh apalagi saat aku kembali melirik Adam yang masih berdiri di depan pintu. Kurasa aku sudah pernah dengar sebelumnya bahwa aku memang murid pertama yang Adam bela. Dan untuk itu pula aku tahu alasannya. Dia melakukan itu hanya tak ingin Michael terlibat kasus untuk kesekian kalinya. Ya, alasan yang baik untuk melindungi sahabatnya. Karena itu, aku merasa tidak terlalu mempedulikan hal itu. Tapi yang membuatku aneh adalah fakta mengenai kedekatanku dengan Adam baru-baru ini. Aku merasa begitu aneh. Maksudku, dia bisa menjadi baik tapi juga buruk diwaktu yang bersamaan. Bahkan seperti saat ini, aku merasa seperti musuh besar yang ia miliki. Bagaimana caranya menatapku dengan tajam, seolah-olah tatapan itu mengisyaratkan semua kebencian yang tidak pernah ia ucapkan. Oh, untuk kesekian kalinya aku merasa benar-benar tidak mengerti Adam. Bukan saja sulit untuk dimengerti tapi menurutku ia juga pria misterius yang bergantung pada suasana hati yang dimilikinya. Dan untuk alasan ini, aku akan kembali berpikir untuk menegurnya setelah ini. Kau tahu? Ia cukup menakutkan bila ia memiliki mood yang buruk. Apalagi bila mengingat pertengkarannya di lapangan tadi, kepalan tangannya, mata merahnya, serta gertakan giginya yang terlihat sangat menakutkan. Itu adalah hal paling menyeramkan dari pada film horror.

Terkadang aku merasa seperti mimpi ketika bisa mengobrol banyak dengannya. Itu seperti hal yang tidak mungkin terjadi. Ketika aku melihat senyumannya untuk pertama kali, tawaannya–yang menjadi favoritku– serta rasa kecewa yang ia sembunyikan ketika ibunya datang ke apartemen. Semua hal itu terasa tak mungkin untuk dia perlihatkan padaku, mengingat begitu dingin sikapnya padaku. Itu juga seperti mimpi ketika aku mulai mengetahui ceritanya secara perlahan. Mengenai ibunya, alasan mengapa ia membenci ibunya, hingga alasannya tinggal sendiri di apartemen. Hal-hal yang tak mungkin untuk diceritakan, namun ia ceritakan untukku.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang