Chapter 82

1.7K 207 77
                                    

Astaga. . .

Sepertinya Boboiboy mau nangis aja. ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

"Eh itu siapa?"

"Pelayan baru?"

"Comelnyaaa!"

Dan banyak lagi bisikan-bisikan yang masuk ke telinga Boboiboy.

Pelayan baru? Comel?

"Boleh minta ajak foto gak sih? Cakep banget dia gila!"

"Gak dapat foto Solar, dapat foto dia pun jadi lah!"

Cakep? Foto?

Hahahahahahahaha.

Ini semua gara-gara mereka sialan. Apa lagi Taufan, dia yang merias Boboiboy bersama Duri sebagai asistennya. (⁠ノ⁠ಠ⁠益⁠ಠ⁠)⁠ノ

Bibir yang agak merah, seksi.

Mata yang dibuat sedikit tajam.

Alis yang diperjelas namun tidak membuatnya lebay.

HAHAHA! ಠಿ⁠ヮಠಿ

Kini, bukan hanya kulitnya yang seperti oppa-oppa korea tapi mukanya–. . ! Mukanya seperti idol Korea sekarang!

Makanya pelanggan-pelanggan remaja, terutama para gadis ricuh soal dirinya. Darimana dia tau?

Duhh, Boy bisa mendengar apa yang mereka bicarakan duh.

Semua pada kepo.

Pelayan baru?

Artis baru?

Siapa dia?

Syukurnya, Boboiboy gak diperbolehkan mengantar atau pun mendengar pesanan pembeli. Di sini Boboiboy hanya boleh duduk manis dan melihat-lihat sekitar.

Tapi. . .

BUAT APA GITU YA KAN.

Kurang kerjaan. Sialan.

Jadi tugas Boy di sini hanya melihat pembeli masuk keluar dan mereka yang bekerja? Iya. Mereka bilang biar dia terbiasa dulu dengan suasananya.

Hah. . .

Katanya menemani mereka kerja tapi bosan banget. Sungguh bosan banget.

Gak ada HP, gak ada hiburan, gak ada kerjaan yang bisa dilakukan. Boy hampir tidur di kursi dekat kasir itu kalau bukan karena ada teriakan seseorang yang memekik ke telinganya.

"Aaakhh!! Tapi kenapa dari tadi dia gak melayani sih?! Aku mau ajak dia ngobrolll." pekik salah satu pelanggan.

"Hey, kalau dia boleh duduk dekat-dekat si kasir, itu berarti dia adiknya gak sih?"

"Ah gak mungkin lah! Kalau dia adik mereka, pasti dari dulu dah mulai kerja sama lainnya. Aku dah setia di cafe ini sejak mereka masih kecil tau! Masih kecil! Masih kecil aja mereka semua dah mulai kerja. Terus kalau dulu mereka imut, sekarang dah jadi cogan gilaaaa!! Dan dia itu bukan si kasir! Dia itu Gempa! My husbu! My lope lope! My everything! Ingat itu! Gempa namanya!"

Haish. . .

Dah tak betul dah pelanggan-pelanggannya ini.

Boy hampir pikir semua pelanggan yang datang memesan ini sebenarnya  bukan karena minumannya tapi karena tampang tujuh orang itu.

Hmph, andaikan ketujuh orang itu enggak bekerja lagi. Apa yang akan terjadi nantinya? Boy penasaran.

Merasa ada tepukan pelan di bahunya, Boy menoleh ke si penepuk, Gempa.

"Adik bosan?" tanya Gempa.

"Menurutmu?"

Gempa hanya memberi senyuman kecilnya, jeda sesaat sebelum menawarinya sesuatu.

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang