"Papa... mengapa kau memukul ku?" Jerit Elizabeth, matanya terus menerus mengeluarkan air mata pedih.
"Beraninya kau melototi ku, anak haram!" Teriak Ayah, ia memukul kepala Elizabeth dengan buku bersampul keras itu lagi.
Tidak bersimbah darah namun, ia merasakan kesakitan yang luar biasa dari kepala bagian kanannya.
Elizabeth pingsan saking sakitnya. Ia kemudian terbangun tanpa melihat apapun. Gelap... air matanya seperti terus mengalir... tapi mengapa baunya seperti darah yang membusuk?
Kedua tangannya meraih matanya, namun terkejut karena ia mendapati dirinya sudah tanpa bola mata. Napasnya tersengal-sengal, ruangannya lembab, perlahan-lahan ia tertidur.
Lalu terbangun sebagai Elizabeth yang sekarang ini.
Aku kembali ke dunia ku, Fikhri yang sudah pulih terkejut melihat ku menangis tanpa sekalipun mengedipkan mata.
Anak-anak lainnya sigap mengambilkan teh hangat, tissue dan minyak kayu putih untuk ku yang tengah terdiam sementara kedua mata ku mengeluarkan air mata.
"Kak Fana, bangun kak!" Ucap salah satu anak Perempuan yang sejak tadi ada diruangan, sambil menepuk bahu kiri ku empat kali secara bertahap.
Setelah tersadar, aku melihat sekitar ku, aku sudah kembali, dan ruangan yang sebelumnya gelap karena mati lampu sudah terang. Ku segerang melihat jam tangan ku, tepat pukul 04.00 pagi. Jadi aku hanya menghabiskan waktu selama 1 jam?
Rasanya sudah seperti bertahun-tahun.
"Bagaimana kondisi mu Fikhri?" Tanya ku pada Fikhri yang sepertinya sudah sepenuhnya pulih.
"Aku sudah baik-baik saja kak, meski sedikit lemas, but I'm okay" Jawabnya, tersenyum sumringah.
Pagi hari, pukul 07.00 Villa Bogor.
Peserta pelatihan kepemimpinan dinyatakan sukses, dan kami semua menyelamati satu sama lain. Sementara aku memilih untuk masuk ke ruang bawah tanah villa peserta untuk bertemu dengan seseorang.
Zuka dan Ivan mengikuti ku dari belakang, mereka sedikit khawatir dengan kondisi ku sehingga tidak ingin membiarkan ku sendirian.
Sesampainya aku diruang bawah tanah villa peserta, aku melihat sosok Elizabeth dengan kedua bola matanya yang utuh, pakaiannya tidak bersimbah darah, seutuhnya saja dengan keadaan yang bersih.
"Dank je Fana" Ucap Elizabeth sembari tersenyum.
"Pakai Bahasa Indonesia saja, aku tak paham Bahasa mu itu" Kata ku spontan setelah mendengar kalimat anehnya itu.
"Hahaha terima kasih Fana" Sahut Elizabeth sembari tertawa kecil.
Tak lama kemudian ku lihatjuga Zuka dan Ivan mendekati ku, mereka bertanya-tanya dengan siapa akuberbicara? Tapi aku malah tertawa saja.
Episode Selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA FANA: The Adventure Ft. Ghosts
AdventureHidup dengan julukan "Indigo" tidak selamanya selalu tentang kejadian horror. Fana Semestaria, seorang gadis remaja terlahir dengan kondisi dimana ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang tak kasat mata sudah menjadi makanan sehari-harin...