Dhanurveda

3 0 0
                                    

Ide untuk membuat pasukan berpanah dimulai sehari setelah perbincangan antara Mara, Saka dan Popy. Pencarian bahan besar-besaran dilakukan prajurit gabungan, Mara mengkomandoi operasi ini, jenis kayu yang dipilih juga bergantung pada pilihan Mara, setiap tiga orang mengurusi satu pohon. Mengolahnya langsung di tempat pohon itu ditebang, tidak ada kendaraan yang mampu membawanya ke camp. Mara memilih pohon yang terpisah agak jauh agar tidak meninggalkan jejak yang bisa diketahui orang asing.

Prajurit membuat anak panah sesuai keinginan Mara. Membuat sebanyakpun yang bisa mereka buat dari satu pohon. Mara sendiri yang akan membuat busur panahnya, dengan lengkungan yang presisi dan pegangan yang nyaman di tangan. Operasi itu memakan waktu hampir seminggu. Saka dan Popy menghandle bagian pembuatan target untuk para prajurit berlatih. Jarak tempat pelatihan dibuat tidak terlalu jauh dengan camp persembunyian untuk memudahkan pemantauan. Target dibuat dari batang pohon tanpa ditebang, batang pohon diukir menggunakan pisau membentuk lingkaran berlapis. Setiap target yang dibuat memiliki ketinggian yang berbeda. Setidaknya ada lebih dari duapuluh pohon yang dijadikan sebagai tempat pelatihan.

Seminggu setelah semuanya siap, Mara mulai melatih semua prajurit yang ada, dari cara memegang busur hingga melepas anak panah. Mara pernah berlatih panahan, mengikuti semacam bimbel yang dibuka oleh salah satu mantan atlet panahan. Hal ini dilakukannya untuk sekadar iseng, Mara menyukai panahan karena pengaruh dari Robin Hood, tokoh dalam cerita rakyat Inggris. Cerita Robin Hood dari Nottingham yang melawan pejabat korupsi menjadi penyebab Mara menggilainya. Mara memiliki keinginan untuk menjadikan Albucacis seperti Merry Men, 140 prajurit Robin Hood yang memerjuangkan kepentingan rakyat. Popy mendengar cerita itu dari Saka. Mulai saat itu Popy selalu menggoda Mara dengan sebutan Mara Hood: Anak titisan Robin. Mara hanya tertawa setiap mendengar candaan itu.

Sebulan sejak kedatangan Saka, prajurit makin handal dalam memanah, berkat Mara yang melatih siang hingga malam. Sisa-sisa anak panah tidak diperbolehkan dibiarkan tergeletak, Mara selalu mewanti-wanti untuk tidak meninggalkan jejak apapun. Panahan menjadi hobi dan candu baru bagi para prajurit. Senjata-senjata berpeluru timah mulai ditinggalkan. Hanya dipakai dalam keadaan genting dan terdesak.

Operasi pencarian senjata tetap dilakukan seminggu sekali, prajurit selalu dibagi tiga kelompok. Mara, Saka dan Popy menjadi pemimpin masing-masing. Camp persembunyian berubah menjadi benteng pertahanan penuh senjata alutista. Senjata itu disembunyikan dengan rumput dan daun-daun liar. Kelompok Mara selalu membawa bahan bakar, kelompok Saka sandang dan pangan, kelompok Popy membawa persenjataan dari camp-camp militer yang terbengkalai.

Popy melihat kelebihan dari prajurit panahan yang baru dicetak oleh Mara. Bahwa prajurit panahan bisa menjadi senjata utama untuk berjaga-jaga dari serangan musuh. Terbesit di pikiran Popy untuk memberi nama baru bagi prajuritnya dan prajurit Saka. Prajurit gabungan yang memakai panah sebagai senjata. Setelah makan malam, Popy mengajak Saka dan Mara untuk membicarakan hal ini.

"Kita perlu nama untuk prajurit baru kita."

"Aku setuju!" kata Mara.

"Nama? Untuk apa?" tanya Saka.

"Identitas," kata Popy, melipat tangan di dada.

"Aku kira semua yang selamat dari perang menamai kelompok mereka," ucap Mara.

"Emangnya kamu nggak menamai kelompokmu?" tanya Popy pada Saka.

"Enggak," Saka terkekeh.

"Oke, jadi kita namai apa?" Popy melirik Mara. Dalam hal ini Popy butuh Mara yang otaknya lebih encer.

"Dhanurveda," ucap Mara setelah melirik Popy dan menatap Saka.

"Dhanurveda? Apa itu?" tanya Popy, Saka penasaran.

"Itu ajaran hindu soal bela diri dan senjata," kata Mara singkat. Membuat Saka dan Popy saling melirik dan tersenyum. Saka memeluk Mara, tanda seorang ayah yang bangga. Popy ikut memeluk. Ada getaran di antara mereka, kali pertama Popy memeluk Mara setelah sekian lama mengenal. Malam-malam selanjutnya diisi pelatihan memanah di kegelapan, cara menarik tali busur yang pas dan cara mengidentifikasi musuh.

Secara umum, Dhanurveda memuat ajaran mengenai bela diri dan senjata. Membahas tentang ilmu senjata dan cara menjadikan panah sebagai senjata penghancur. Dhanurveda juga mengajarkan tentang penggunaan alat panah di medan pertempuran.

DhanurvedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang