Dia Pangeran

✧༺19༻✧

DARI sekian banyak orang, mengapa bisa aku kembali jatuh cinta kepada Pangeran Arshakala.

Dari sekian banyak rasa, mengapa bisa aku kembali suka kepada Pangeran Arshakala.

Dari sekian banyak seribu cara untuk menjauhi Pangeran Arshakala, mengapa bisa dunia seolah memihak untuk aku tetap berada di sisinya.

Napasku tercekat saat kembali menuju kamar, membuka kembali lembaran buku diary yang terakhir kali telah aku baca.

Kunyalakan lampu belajar. Tanganku bergulir membalik lembaran kertas dari tanggal 29 November 2020, ke halaman belakang.

Mataku berhasil menemukan sebuah tulisan tangan lain. Aku meneguk saliva susah payah. Mataku menatap dengan seksama tulisan tersebut.

Tulisan Arsha yang telah di abadikan pada bulan desember di tahun 2020.

Lima poin yang ingin Lea ubah dari diri Pangeran.

1. Tidak suka menonton televisi.
2. Tidak suka susu.
̶3. ̶T̶i̶d̶a̶k ̶s̶u̶k̶a ̶d̶i̶a̶j̶a̶k ̶n̶g̶o̶b̶r̶o̶l ̶s̶a̶a̶t ̶m̶a̶k̶a̶n.
4. ̶T̶i̶d̶a̶k ̶s̶u̶k̶a ̶m̶a̶k̶a̶n̶a̶n̶ a̶t̶a̶̶u ̶m̶i̶n̶u̶m̶a̶n̶ ̶̶y̶a̶̶n̶̶g ̶m̶e̶m̶i̶l̶i̶k̶i ̶r̶a̶s̶a. ̶E̶n̶t̶a̶h ̶i̶t̶u ̶m̶a̶n̶i̶s, ̶a̶s̶i̶n, ̶a̶s̶a̶m, ̶a̶t̶a̶u ̶p̶e̶d̶a̶s.
̶5. ̶T̶i̶d̶a̶k ̶s̶u̶k̶a ̶d̶i̶p̶a̶n̶g̶g̶i̶l ̶P̶a̶n̶g̶e̶r̶a̶n.

Aku kembali membuka lembaran sebelumnya. Di mana terdapat tulisan tanganku sendiri tentang lima poin yang Pangeran tidak sukai. Terakhir aku menulis tentang lima poin ini, baru nomor lima yang berhasil aku coret. Tapi ini, mengapa...

Aku kembali membaca lembaran di kertas sebelahnya.

6 Desember 2020

Bidadari

Dear diary,

Pada tanggal 3 November 2020, aku.. Pangeran Arshakala, bertemu dengan seorang gadis kecil lucu, imut, dan menggemaskan.

Dia bersenandung kecil dengan riang menaiki sepeda melintasi gang rumahku. Mukanya mungil, dahinya ditutupi oleh poni, rambutnya dihiasi bando pink. Sangat cantik.

Tuhan, bidadarimu terlepas satu turun ke bumi.

Aku menutup mulut, merasa tak percaya. Mataku kembali memanas membaca tulisan tangan yang Pangeran buat.

Pertama kali aku melihatnya, hatiku berdetak tak karuan. Aku terpesona akan keindahan wajahnya. Namun, semua pandangan dambaku langsung lenyap kala melihat tiga sepeda lain mengikutinya dari belakang.

Aku sempat mendengar salah satu dari mereka berkata, "najis, sok cantik. Gue matiin juga lo sekarang." Saat itu aku merasakan ada yang tidak beres.

Aku membalikkan sepeda ke arah rumah. Mengambil diam-diam ponsel ibu untuk berjaga-jaga merekam sesuatu yang mungkin saja terjadi.

Tanganku gemetar, membalik lembaran untuk lanjut membaca.

Benar saja saat aku telah sampai pada danau. Aku mendengar bidadari itu menjerit karena rambutnya ditarik. Cepat-cepat aku merekam kejadian itu. Aku marah, kenapa mereka tega menyakitinya? Tubuhku ingin maju menolong, tapi aku harus merekam dengan se-detail mungkin untuk bisa jadi bukti bahwa bidadari telah disakiti.