POV Adimas
Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa.
Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan.
Di saat badan berlumur darah,
jiwa duduk di atas teratai.Ketika ibu-ibu meratap
dan mengurap rambut mereka dengan debu,
roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala
untuk menanam benih
agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas
dari zaman ke zamanALENSKI ANGGAWARSITO. Kami saling bersapa dan berjabat tangan seusai dirinya menampilkan diri membacakan sepenggal pusi dari WS. Rendra di hadapan para pengunjung Kedai Jante.
Jabatan tangannya sungguh kuat namun lembut. Sesuai dengan tubuhnya yang mungil, tetapi memiliki suara indah yang menggelegar tat kala mulai bersandiwara dengan syair-syair.
Kala itu ia memakai kemeja putih sederhana yang dipadukan dengan celana bahan hitam, gesper kulit, dan pantofel warna senada. Rambutnya disisir rapih dan harum shamponya masih tercium walau ia cukup berpeluh sebab terlalu mendalami peran waktu bersandiwara.
Alenski Anggawarsito
Alenski mendekatiku sebab aku jelas kelihatan sendirian di tengah ramainya orang berbincang. Aku tak tahu mau bicara dengan siapa karena ini pertama kalinya aku mendatangi acara diskusi di daerah Bandung.
Aku tak kenal siapapun disini, dan pergi kemari karena iseng ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sastra yang akan ku bagikan ilmunya di LKM nanti.
Pemuda itu tersenyum padaku, bibir tipisnya yang merah muda menciptakan lengkungan manis yang mengundang orang lain turut memberi senyum yang sama padanya. Matanya penuh binar keingintahuan melihat seorang gembel sepertiku datang ke tempat para penikmat sastra yang berpakaian rapih dan lebih bermartabat.
Di tahun itu, rambutku masih gondrong sebahu, janggut dan kumis tumbuh subur, dibiarkan begitu saja karena aku malas bercukur. Tubuhku juga mungkin menimbulkan aroma kurang sedap karena aku belum mandi sejak kemarin, baju yang ku pakai masihlah baju yang sama dengan yang ku pakai sewaktu berpanas-panasan aksi di depan Gedung Sate tadi siang. Peluh dan daki serasa bikin lengket, tapi karena tak sempat berganti, aku sekedar cuci muka di mesjid sekitar dan langsung menapaki diri di tempat ini.
"Mas nya dari UNHB juga? Wah... Sama dong!" Tubuh yang pada awalnya lesu tiba-tiba jadi bersemangat setelah mendengar nada riang darinya. Pemuda di hadapanku ini betul-betul penuh energi dan semangat yang tinggi, mendorong orang-orang sepertiku untuk turut bersemangat menjalani hari dengan suaranya yang meski bagi sebagian orang terdengar bikin pusing.
"Adimas? Prasetya... Ohh ya, dari prodi DKV. Wah, berarti Mas Adimas nih seniman."
"Hahaha... Bukan kok. Saya belum pantas disebut seniman, dan ya... Karya saya juga masih dikit, saya amatiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTER: Winrina Fanfiction
FanfictionSepenggal kisah balada mahasiswa Abad 21. Alter, mengupas isu masalah sosial yang terjadi pada masa kini. Dibalut dengan romansa cinta antara dua mahasiswi yang hadapi diskriminasi sebagai pasangan lesbian, Wilona Friska dan Kirana Dewi, bersama-sam...