Episode 13 (Cerita Sebelum Tidur)

131 2 0
                                    

Tidak terasa, pernikahan Indra Aira sudah berjalan dua bulan. Keduanya menjalani hari seperti biasa. Tentu saja dengan Indra yang sepertinya sudah akrab dengan istrinya. Karena Indra juga hanya menganggapnya teman sebelum mereka berpisah.

Namun tidak dengan Aira. Aira tidak pernah menganggap Indra sebagai teman biasa. Melainkan teman hidup. Suami yang In syaa Allah Aira cintai karena Allah.

Detik-detik kelulusan Indra. Indra semakin disibukkan dengan skripsinya. Hampir setiap malam ia begadang. Dan Aira berusaha untuk setia mendampingi suaminya. Cielah.

Seperti pagi ini, Indra sedikit lagi menyelesaikan skripsi yang di kerjakannya. Hari ini mereka libur.

Setelah sarapan, Indra langsung kembali ke kamar untuk mengerjakannya.

"Kak," panggil Aira. Pintu kamar Indra tidak di tutup, jadi Aira bisa melihat apa yang sedang dikerjakan suaminya.

Indra melihat ke sumber suara. "Masuk, Ai."

Aira masuk dengan membawa segelas susu cokelat dingin. Ia tersenyum melihat Indra yang sepertinya sudah mulai tenang daripada kemarin.

"Ini, Kak. Biar dingin kepalanya," gurau Aira.

"Makasih."

Aira mengangguk. "Ada yang bisa aku bantu?"

Indra menghentikan gerakan jarinya. "Akhirnya selesai!" ucapnya lega.

"Alhamdulillah," ucap Aira sembari tersenyum.

Indra menatapnya. "Boleh tolong pijitin kepala gue? Asli, beberapa hari ini gue pusing banget," kata Indra.

"Oke." Aira segera berdiri dibelakang Indra. Tangannya mulai memijat kepala Indra.

Indra memejamkan matanya. Rasanya langsung rileks dan pusingnya perlahan hilang.

Aira memijat selama beberapa menit. Selama itu, keduanya hanya diam.

"Udah, Ai. Udah enakan kepala gue," kata Indra.

"Alhamdulillah," ucap Aira.

"Ada lagi yang bisa aku bantu?"

Indra tampak berpikir. Ia memutar kursinya menghadap Aira. "Nanti sore ke taman kota, yuk," ajak Indra.

Aira mengernyit. "Ngapain?"

"Jalan-jalan. Sama gue, ya?"

Entah kenapa, tapi Aira merasa hatinya berdesir.

"Udah lama gue nggak kesana. Itung-itung refreshing, lah karena gue beberapa hari sibuk banget ngurus skripsi," lanjut Indra.

"Oke, deh."

"Yes!"

"Seneng banget, Kak?"

"Seneng, lah. Biasanya gue jalan-jalan sama Acha kesana. Semenjak putus, ya ... udah nggak pernah kesana lagi," jawab Indra yang tanpa sadar membuat Aira cemburu.

Senyum Aira sedikit pudar. Lebih baik ia pergi.

Hayooo ... istrimu cemburu, tuh. Emang, lah si Indra.

"Iya, Kak. Kalau gitu aku ke kamar lagi. Ada tugas juga," kata Aira.

"Iya. Makasih, ya, Ai."

Aira mengangguk seraya tersenyum. Ia segera keluar dari kamar Indra.

"Astaghfirullah'aladzim," ucap Aira setelah duduk di pinggir kasur. Mendengar Indra menyebut nama Acha saja membuat dirinya cemburu begini.

Aira terus beristighfar.

Indra AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang