1

22 3 0
                                    

Langit terlihat begitu cerah. Udaranya juga sejuk. Di hari yang indah ini gadis cantik yang bernama Lunna berencana menghabiskan hari terakhirnya sebagai anak SMP, dengan melakukan berbagai macam hal yang Ia sukai. Begitu banyak rencana-rencana menyenangkan yang terlintas dibenaknya saat ini. Memikirkannya saja sudah membuat gadis ini bersenandung gembira.

Tapi, rencana nya nan syahdu itu seketika buyar saat mendengar kalimat yang diucapkan sang Bunda kepadanya.

"abang Leehan nya udah pergi dari jam sembilan tadi dek.. Dia mau ngurus urusan dunia, katanya." ucap Bunda lembut sambil menyuapi nasi goreng yang Ia buat untuk anak perempuannya itu.

"aihh Bunn.. Kenapa ga Bunda bilangin ke abangnyaa. Kan adek mau jalan-jalan bareng abang hari ini, Bunn.." Lunna sedikit menggerutu. Mulutnya makin manyun setiap mengucapkan kata.

"udah Bunda bilangin dek, abang bilang ini mendesak banget.

Tapi,"

"tapi, apa Bun?"

"udah ada yang gantiin abang buat nemanin kamu hari ini, dek. Abang bilang yang gantiin dia teman sekelasnya. Gapapa ya, sayang?" Tetap saja, Lunna masih cemberut. 

Dia tak ingin menghabiskan waktu-waktu yang menurutnya penting dengan orang lain. Apalagi dengan orang yang ia saja tidak kenal. Ia hanya ingin dengan Bunda, Leehan, atau Taeri. Teman baik Lunna.

Sayangnya, Taeri mengabari kemaren bahwa hari ini ia ingin quality time bersama keponakannya. Alhasil, Lunna mengajak Leehan, dan abangnya itu pun langsung mengangguk. 

Abang pengkhianat ih.

"temen abang udah nunggu di ruang tamu, dek. Buru gih." Lanjut Bunda sambil mengusak lembut rambut panjang Lunna.

"gapapa, sih Bun. Tapi, aku kan gatau temen bang Leehan siapa?" Ucap Lunna gelisah, kemudian melahap suapan terakhir sarapan paginya.

"ya kenalan atuh, sayang.. Sekalian nambah temen juga, kan?"

"iya deh Bun.. Tapi temenin kedepann." Lunna bergelayut manja, sementara Bunda hanya tersenyum pasrah. Yah, akhirnya Bunda mengalah.

Kini, Lunna sedang mengikuti sang Bunda sambil sesekali merapikan penampilannya. Ia gugup bukan main, takut kalau teman kakaknya menyeramkan. Setiap langkah menuju ruang tamu menjadi berat. 

"nak Sungho.." Sapa Bunda sesaat sesudah keduanya berada di ruang tamu. Sementara itu, Lunna masih bersembunyi di balik tembok sambil menerka-nerka seperti apa perawakan teman kakaknya itu.

"eh iya, Bunda. Lunna nya udah siap, Nda?" Lelaki itu bangkit dari duduknya, lalu kembali mencium tangan wanita di depan nya itu. Walaupun sebelumnya juga sudah..

"Lunna, sini sayang"

Lunna menghela nafas. Dari suara yang Ia dengar dari balik tembok sih, sepertinya orangnya tidak seseram yang dia bayangkan. Maka dari itu, Lunna memberanikan diri melangkah lebih dekat ke samping sang Bunda. Ia masih menundukkan kepalanya, gugup.

"Lunna, hai..?" Sapa lelaki jangkung itu sambil mensejajarkan tinggi badannya dengan gadis kecil di depannya itu.

Lunna perlahan mengangkat kepalanya guna melihat dan membalas sapaan teman kakaknya itu.

Dan..

Ow gawd, GANTENG BANGET INI?!?!?!

Mata Lunna seketika berbinar, pupilnya melebar dengan cepat. Perasaan kesalnya sekarang hilang begitu saja.

"oh, haha. Halo juga, kak.." 

"..Sungho, Na"

"ha? Oh. Iya. Halo, kak Sungho."

Lunna terbata-bata mengucapkan kalimat singkat itu. Kebiasaannya jika sedang gugup.

Sementara itu, pria manis di depannya ini kini sedang tersenyum kepadanya. Benar, mata Lunna kembali berbinar. Pria ini memiliki suara yang lembut dan wajah yang sangat manis, tidak jauh berbeda dengan kakaknya.

Eh gak deng. Abang suaranya kaya om-om.

"hahaha cantik ya, nda? Bener anak Bunda kayanya ini." Puji Sungho. Dia benar-benar mengutarakan apa yang terlintas dipikirannya ketika melihat Lunna.

Cantik..?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First ; Han TaesanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang