20. Lahirlah Dirinya

34 15 43
                                    

Memasuki bulan kesembilan kehamilan Hannah, Imran benar-benar mengawasi Hannah, Sewaktu-waktu Hannah mengeluh dia akan cepat meminta izin dengan bosnya untuk menemani Hannah istrinya. Sesuatu yang Hannah mau dimalam hari langsung dibelikannya. Jika Hannah susah tidur maka Imran akan memijit kaki dan mengelus rambutnya sampai Hannah tertidur pulas dan nyaman. Hari ini Hanna tidak merasa sakit apapun sehingga Imran pergi bekerja dan akan izin pulang disiang hari untuk melihat keadaan Hannah. Hannah memutuskan untuk membereskan sedikit kamarnya karna berantakan hingga semuanya bersih. Setelah semua tertata rapi Hannah mulai menyapu lantai kamar dan ruang tamunya.

Hannah menyeka keringatnya, "Huftt akhirnya selesai juga, sapu ini benar-benar cape karena banyak yang disapu."

Saat sedang menyapu ruang tamu, seketika perut Hannah terasa sakit hingga ke tulang belakangnya. Hannah tak bisa lagi menahan sakitnya sehingga dia memutuskan untuk berjalan pelan menuju dimana handphone nya berada.

"Imran, aku harus hubungi dia."

Dengan sakit yang teramat dahsyat, Hannah meringis kesakitan. Hannah memegangi perutnya sambil berjuang menuju kursi sofa tempat handphone nya dia letakkan. Pintu ruang tamu Hannah untung saja terbuka, terlihat Keyfa dan Risha yang baru pulang dari pasar. Hannah yang melihat itu langsung bergegas ingin menghampiri mereka saja namun tak bisa, perutnya sungguh sakit sekali sekarang. Keyfa melirik kerumah Hannah.

"Ha-hannah!" teriaknya, Keyfa menjatuhkan barang belanjaannya karna takut Hannah terjatuh dengan perutnya yang sudah sembilan bulan itu. Hannah menunjuk kearah handphone nya yang ada di sofa.

"Risha, tolong," pinta Hannah, dia memegangi tangan Keyfa erat. Tak sadar ketuban Hannah sudah pecah, Risha segera memanggil Irsyad dengan berlari dengan panik. Dinda dan Nara yang melihat kepanikan Risha dari rumah Hannah langsung juga menghampiri Rumah Hannah.

"Hannah kamu banyak berdoa ya," perintah Keyfa yang juga panik. Setelah Irsyad dan Risha menaiki mobilnya dan memberhentikan didepan rumah Hannah. Keyfa dan Nara segera membantu Hannah masuk ke mobil untuk ke Rumah Sakit terdekat. Dinda mengambil motor manual nya yang sekarang jarang terpakai, dan segera melajukannya menuju tempat kerja Imran, karna Imran tak menjawab telfonnya.

Dua puluh menit kemudian, tibalah mereka di Rumah Sakit Harapan Ibu. Tempat Hannah selalu kontrol kehamilannya. Nara dan Keyfa memapah Hannah, Risha mengambil kursi roda agar Hannah tak kesakitan berjalan jauh. Imran tiba dengan mobilnya, Dinda dibelakang nya mengikuti dengan motornya.

"Hannah!" teriak Imran, dia segera memeluk Hannah yang telah menangis sedari tadi, dia mengelus pipi Hannah lembut, "Tenang ya, aku temani kamu disini. Banyakin zikir dan doa ya sayang." bisik Imran.

Hannah diantar menuju ranjang inap rumah sakit, sebelum dia menuju ruang bersalin. Ibu dan Ayah dari Imran dan Hannah pun juga tiba, saudara Imran dan Hannah juga berkumpul disitu. Mereka tak henti-henti mendoakan Hannah dan memegang tangan nya erat agar Hannah kuat dalam proses bersalinnya.

"Kamu yang kuat ya nak, kami semua disini dukung kamu," ucap Ibu Hannah sambil menangis melihat anaknya begitu kesakitan. Hannah mengangguk.

Dokter memasuk ruangan tempat Hannah berbaring, beliau mengintruksikan agar Hannah bersiap menuju ruang bersalin. Hannah dibantu oleh Imran dan mertuanya untuk mengganti baju. Akhirnya brankar Hannah dibawa menuju ruang bersalin dengan dibantu beberapa suster. Nara, Dinda, Keyfa, dan Risha yang menunggu diluar segera menghampiri Hannah, mereka berempat menangis melihat Hannah berbaring kesakitan. Terutama Nara yang juga sedang mengandung bayi, dia takut menghadapi hal ini. Hannah tersenyum menatap mereka dan masih sempat memberikan kode di jarinya "saranghae" mereka tersenyum melihat Hannah begitu, akhirnya Hannah tak terlihat lagi setelah pintu ruang bersalin ditutup oleh suster.

Gara-gara Tetangga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang