(18+)
Keramaian mereka mengantarkan diriku sampai masuk ke mobil. Sementara, aku harus berhadapan dengan istrinya mengucapkan permintaan maaf yang mungkin kurang menyenangkan baginya.
"Ah Ibu direktur! Ayolah." Viona mendekat dan menggenggam tanganku erat-erat.
"Tidak apa-apa. Aku memaklumi kesulitanmu."
"Iya, benar. Winata, kau tidak perlu merasa bersalah." Sarah menambahkan.
"Lagipula, itu kan sudah menjadi tugas suamiku. Bu direktur tidak perlu merasa sungkan. Juga, suamiku bukan tipe orang yang suka minum, jadi tenang saja. Dia adalah orang yang sangat baik." Ia mundur satu langkah, menampilkan senyum yang sama seperti waktu lalu.
Di saat semua orang merasa riuh, entah mengapa, aku merasa canggung di tengah keriuhan mereka.
"Apapun itu... Sayang! Tolong jaga keselamatan Bu direktur, ya!?"
"Iya, aku akan menjaganya."
Seorang teriakan pria dari depan pintu restoran, membungkam keributan. "Oi Fran Nathius!"
Jalannya terbata-bata, aku tidak tahu berapa botol bir yang telah ia tenggak sehingga membuatnya terlihat seperti pria yang sangat payah.
"Wah! Selamat, ya! Di antara kami semua hanya cuma kau yang berhasil bekerja di perusahaan direktur kita. Ya walaupun pekerjaanmu sebagai sopir perusahaan, setidaknya kau berhasil mengharumkan nama SMP kita!"
Semuanya tertawa terbahak-bahak, selain aku dan dia. Istrinya adalah orang yang paling kencang tertawa.
"Hei Iljun! Kau meledek ku, ya?"
"Oke oke oke... Oke. Hei Fran Nathius! Maksudku, kenapa di mataku... Kau dan Winata tampak serasi... Akhh..." Seketika tubuhnya langsung tersungkur ke lantai.
"Ah sialan! Dia teler! Hei Iljun, bangun brengsek!"
Sarah mengusir kami terburu-buru. Karena ia menyadari hujan yang begitu deras akan datang dalam beberapa detik.
"Kalian berdua, cepatlah pulang. Hujan deras akan turun."
"Ah, iya. Kalau begitu, aku pamit. Terima kasih untuk hari ini." Aku membungkuk pada mereka.
"Sayang! Menyetir yang benar, ya!?"
Dari ujung mataku, aku melihat mereka melambaikan tangan terus-menerus sampai mobil ini tak terlihat.
Salah satu wanita yang berdiri di samping Sarah bertanya.
"Viona, apa kau tidak cemburu?"
Sebelum menjawab ia sempat tertawa kecil merespon. "Cemburu? Untuk apa? Suamiku hanya menjalankan tugasnya sebagai sopir perusahaan. Ah ayolah! Suamiku tidak seperti yang kalian pikirkan."
"Dia itu... Aw! Sangat setia. Kadang aku berpikir, aku cukup buruk baginya tetapi dia masih berusaha bertahan denganku." Jelasnya.
Tapi, ada segelintir yang berusaha menyangkal.
"Menurutku, Iljun benar. Entah mengapa aku juga merasa kalau suamimu sangat cocok bersanding dengan Winata. Apa kalian setuju?"
"Ya, benar. Hei Viona, kau tidak lihat bagaimana suamimu saat menatap Winata? Dia benar-benar canggung."
Beberapa orang mungkin menganggap seperti itu, beberapa orang sedikit kesal mendengarnya. Termasuk Sarah yang membantu menyangkal.
"Kenapa kalian terus membicarakan orang? Apa kalian bodoh? Setiap orang pasti cocok bersanding dengan siapapun. Kan, Viona?"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Walkman To Secret
Romantik(18+) Cerita fiksi ini mengandung unsur konten dewasa, kekerasan verbal/fisik, serta pelecehan seksual. Dimohon kepada para pembaca yang sekiranya masih di bawah 18 tahun, untuk mengikuti prosedur yang tertera. Saya menyarankan para pembaca di atas...