Bagian Empat Puluh Lima

2.1K 245 411
                                    

"Sialan.. Sialan... Ini Gue harus gimana!?"Ansella tak tau harus bagaimana saat Jevan memberikannya testpack untuk mengecek kehamilan. Dia masih ragu untuk jujur apalagi dengan hubungannya dan Jevan yang seperti sekarang.

"Harus berapa lama lagi sih kau didalam!?"suara Jevan terdengar dari luar. Pria itu menunggunya didepan pintu.

"Sabar! Aku kan sedang menunggu hasilnya"ujarnya mencari alasan.

"Kalau lama kita langsung ke dokter saja"

Ansella makin panik mendengar ucapan pria itu. Pada akhirnya Ansella keluar dan memberikan testpacknya untuk dilihat Jevan.

"Garis satu berarti tidak hamil, kan?"tanya Jevan. Ansella mengangguk.

"Ya. Ibumu hanya cari alasan agar kau mau membatalkan operasimu"
balas Ansella. Dia masih belum yakin untuk mengungkapkan yang sejujurnya. Jevan masih abu-abu. Tidak jelas apakah pria itu akan senang dengan kehamilannya atau justru sebaliknya. Apalagi dengan kejadian baru-baru ini.

"Hh. Sudah kuduga. Syukurlah hasil tesnya begitu. Aku bisa lega"ujar Jevan kemudian membuang testpack tadi ke tong sampah.

"Lega katamu?"tanya Ansella. Entah kenapa mendengar ucapan pria itu membuatnya kesal.

"Yaa, akan lebih baik jika begitu. Lain kali ingatkan Aku untuk pakai pengaman"balas Jevan santai.

"Brengsek"

"Kau bilang Aku apa?"Jevan mengernyit meragukan pendengarannya dengan apa yang dikatakan Ansella barusan.

"Aku bilang kau brengsek! Sialan!"
umpat Ansella lalu berjalan keluar tak lupa menutup pintu kamar dengan kasar. Jevan yang melihat tingkah perempuan itu menggeleng tak habis fikir.

"Dasar Annabelle"

________

Ansella mengerjakan revisiannya sambil terus-terusan mengomel. Memang tidak ada gunanya berharap lebih pada Jevan. Seharusnya Ansella tidak perlu kaget dengan sikap brengsek Mark kemarin-kemarin karena lelaki itu betulan 100% menuruni gen ayahnya. Keduanya sama. Dan dia bodoh terjebak diantara kedua orang itu.

"Harusnya pas kemarin patah hati Gue cuman butuh healing bukan sok sok an balas dendam sampe nikah segala sama bokapnya. Sialan"

"Nah, kejebak kan Lo sekarang. Gue juga gak mau ngemis-ngemis sama dia minta pengakuan. Enak aja. Gue bisa sendiri.."

"Iya, kan?"ucapnya lagi meyakinkan dirinya sendiri.

"Sekarang Gue tau apa maksud nyokapnya Mark ngomong begitu. Gue gak ngomong ke Jevan biar Jevan fokus ke anaknya. Dasar. Emang jodoh Lu berdua. Sama-sama brengsek!"ujarnya lagi. Ansella jadi tidak benar-benar mengerjakan revisiannya dengan benar.

_______

"Kenapa mama ngelakuin itu?"Mark pergi ke rumah sakit menemui ibunya ingin mendengar penjelasan langsung dari wanita itu. Semuanya jadi membingungkan.

"Mama sebelumnya minta maaf sama kamu Mark"Tyas mengambil tangan Mark untuk ia genggam tapi Mark menggeleng dan melepaskannya.

"Aku gak butuh maaf ma. Aku cuman butuh penjelasan. Penjelasan kenapa mama selama ini bohongin Aku sama papa soal Reno"ujarnya dingin.

"Mama gak akan bisa pertahanin Reno kalau Mama tetep sama Papa. Mama pengen lindungin Reno, makanya Mama pergi. Maaf, buat Kamu bertanya-tanya. Mama gak bisa bawa Kamu juga. Papa gak ngizinin Mama"ucap Tyas pelan. Wanita itu menghapus cepat air matanya tak ingin Mark melihatnya menangis.

"Tolong mengerti mama Mark, mama gak punya siapa-siapalagi selain Reno.  Bujuk Papa ya, bujuk Papa biar mau operasi. Mama gak apa-apa kalau Papa juga ngambil Reno setelah itu. Yang penting Reno sembuh dulu. Mama tau Papa bisa jaga Reno sebaik Papa jagain Kamu"kata Tyas. Wanita itu sudah pasrah. Kesehatan anaknya jauh lebih penting saat ini. Reno juga akan lebih baik bersama dengan Jevan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karmasutra••Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang