Chapter 4

117 9 0
                                    

" Hmmm phi Fou~ bisakah kita masuk universitas yang sama?"

Fourth yang mendengar permintaan adiknya hanya diam. Ia bingung harus menjawab apa, sebenarnya ia juga ingin berkumpul kembali dengan keluarganya. Namun, ada rasa takut dalam dirinya untuk menginjakkan kaki kembali ke tanah kelahirannya itu. Pikirannya menerawang ke masa lalu.

🐭🐭🐭

Flashback on.

Fourth Nattawat Romsaithong merupakan putra sulung dari pasangan Mile dan Apo. Fourth lebih tua 5 menit dibanding Front. Meskipun mereka memiliki paras yang identik, kepribadian mereka sangat berbeda. Fourth dan Front bagaikan sisi mata uang, berbeda namun selalu berdampingan. Jika Front dikenal sebagai sosok yang ceria, petakilan dan selalu mengekspresikan apapun yang ia rasakan. Berbeda dengan Fourth yang merupakan sosok pendiam, sulit bergaul, dan seringkali memendam semua yang ia rasakan sendiri.

Fourth akan canggung ketika berkomunikasi dengan orang lain apalagi orang yang baru ia kenal. Saat sekolah Fourth akan mengikuti kemanapun Front pergi, jika Front mengajaknya bermain bersama teman-teman yang lain, Fourth selalu menolak dan lebih memilih menyendiri di taman sekolah ataupun di dalam kelas. Karena sifatnya itulah ketika masih duduk di bangku sekolah dasar ia kerap kali menjadi bahan bullying oleh anak-anak yang menganggapnya aneh.

Namun Front selalu melindungi Fourth ketika mendapat perlakuan yang tidak baik. Sampai ketika mereka baru masuk Junior highschool, mereka kali ini tidak sekelas. Fourth kembali dibully oleh beberapa orang kakak kelasnya. Mereka selalu mengganggu Fourth ketika Fourth sedang makan siang di taman belakang sekolah, bekal makan siang Fourth selalu direbut dan dihabiskan oleh mereka. Pernah juga Fourth dikunci di kamar mandi ketika jam pelajaran, untung saja ada siswa yang kebetulan ingin buang air dan membuka pintu kamar mandi itu dari luar.

Fourth tidak pernah menceritakan hal itu kepada Front, ia takut jika Front tau akan terjadi perkelahian. Dan ketakutan Fourth akhirnya terjadi ketika ia sedang di bully dan ada siswa yang melaporkan hal tersebut kepada Front.

Saat itu Fourth sedang di kamar mandi, dan gerombolan kakak kelas yang biasa membullynya tiba-tiba datang dan melihat Fourth yang sedang cuci tangan. Salah satu dari mereka mendekat dan dengan lancangnya meremas bokong Fourth. Fourth yang terkejut mendapat perlakuan tidak senonoh itu reflek menepis tangan si kakak kelas tersebut. Namun hal itu menyulut amarahnya, ia langsung menampar pipi Fourth yang sudah berani melawannya. Tidak hanya itu, ia kemudian mengambil ember yang berisi air bekas pel lantai dan menyiramkan air itu kepada Fourth.

Fourth hanya diam ketika tubuhnya disiram air kotor dan berbau tidak sedap. Front yang melihat kakaknya diperlakukan seperti itu langsung terbakar amarah. Ia menghajar orang yang sedang memegang ember. Namun karena jumlah mereka lebih banyak, Front tidak dapat melawannya dan berakhir babak belur. Fourth yang melihat sang adik tengah dikeroyok hanya bisa menangis, ia ingin membantu namun tidak memiliki keberanian. Hingga akhirnya pengeroyokan itu dilerai oleh guru dan kepala sekolah.

Front yang sudah tidak sadarkan diri langsung dilarikan ke rumah sakit. Mile dan Apo langsung menuju rumah sakit setelah mendapat kabar dari pihak sekolah. Dengan kekuasaan yang dimiliki Mile tentu saja semua siswa yang terlibat dalam pengeroyokan itu tidak akan lepas begitu saja. Bahkan orang tua mereka juga menjadi sasaran amukan Mile. Perusahaan mereka masuk blacklist dan tentu saja tidak ada yang mau membantu mereka karena takut berurusan dengan Mile. Tidak hanya itu, sekolah juga terkena imbasnya karena dianggap lalai. Mile benar-benar meledak melihat kedua putranya diperlakukan seperti sampah.

Front dirawat beberapa hari di rumah sakit karena lukanya cukup parah. Sedangkan Fourth, meskipun luka fisiknya tidak separah Front namun psikologisnya cukup memprihatinkan. Fourth terus menyalahkan dirinya sendiri karena tidak melakukan apapun untuk membantu sang adik. Ia merasa sangat tidak berguna sebagai kakak. Ia mengurung diri di kamar, tidak mau makan, bahkan Fourth tidak mau berbicara sepatah katapun. ketika Front telah siuman, Fourth tetap tidak ingin bertemu dengan adiknya.

Mile dan Apo sudah berusaha menjelaskan bahwa ini bukan salah Fourth. Namun Fourth tetap diam dengan tatapan kosong. Ketika Front sudah diperbolehkan untuk kembali ke rumah, ia mencoba untuk berbicara dengan kakaknya. Namun Fourth malah menangis dengan kencang, ia meraung dan mulai memukul-mukul kepalanya sendiri. Ia kembali menyalahkan dirinya karena begitu lemah. Mile dan Apo akhirnya mencoba memanggil psikolog untuk menangani putranya itu.

Psikolog mengatakan bahwa kemungkinan Fourth mengalami self blaming. Hal ini terjadi karena Fourth merasa sangat bersalah kepada Front, ia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri. Jika tidak segera ditangani hal ini akan berkembang menjadi penyakit mental yang lebih serius. Psikolog menyarankan agar Fourth mendapatkan suasana baru untuk dapatdapat mengalihkan traumanya. Dan saat itulah Fourth pindah ke Singapura untuk tinggal bersama sang kakek sembari menjadi perawatan dengan psikolog. Fourth bahkan tidak melanjutkan pendidikannya di sekolah umum, ia menjalani homeschooling selama di Singapura.

Flashback off.

"Phi~ jangan terlalu dipikirkan. Aku hanya ingin kita bersama lagi. Tapi jika kau belum siap, aku tidak akan...."

"Baiklah"

.
.
.

TBC

Happy Reading 🙌

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang