Di hari-hari yang terus berlalu, kesibukan semakin menguasai kehidupan Vito dan Yunita. Mereka tenggelam dalam rutinitas yang menuntut perhatian penuh, sehingga jarang memiliki waktu untuk sekadar mengirim pesan atau menelepon. Kesibukan itu membuat mereka seolah-olah hidup dalam dua dunia yang berbeda, namun hati mereka tetap terikat oleh perasaan yang sama.
Di suatu pagi yang cerah, Vito terbangun lebih awal dari biasanya. Dia tahu bahwa proyek novel yang sedang dikerjakannya membutuhkan penyelesaian segera. Penerbit sudah mulai menagih tenggat waktu, dan Vito merasakan tekanan yang semakin besar.
Dengan secangkir kopi di tangan, dia duduk di depan laptopnya dan mulai mengetik. Kata-kata mengalir deras, membentuk kalimat dan paragraf yang menceritakan kisah yang telah lama ingin dia bagi dengan dunia.
Sementara itu, di sudut kota yang lain, Yunita sedang bergegas menuju kantornya.
Hari ini adalah hari yang penting baginya, karena dia harus mempresentasikan desain terbarunya kepada klien besar. Setiap detail dalam presentasinya telah dipersiapkan dengan matang, dan Yunita merasa percaya diri bahwa karyanya akan diterima dengan baik. Namun, di balik kesibukan dan kepercayaan dirinya, ada sedikit rasa rindu yang tidak bisa dia abaikan. Rindu akan momen-momen sederhana bersama Vito, rindu akan tawa dan percakapan hangat mereka.Hari-hari terus berlalu dengan cepat, dan Vito serta Yunita terus sibuk dengan pekerjaan mereka.
Meski begitu, ada momen-momen di mana mereka berhenti sejenak dan memikirkan satu sama lain. Saat Vito merasa lelah dan jenuh, dia akan melihat foto Yunita yang tersimpan di meja kerjanya. Senyumnya yang hangat memberikan semangat baru, mengingatkannya akan alasan mengapa dia bekerja keras.
Di lain pihak, Yunita juga sering merenungkan Vito di tengah kesibukan. Di saat-saat sepi di kantor, dia akan membuka ponselnya dan melihat pesan-pesan lama dari Vito.
Kata-kata penuh kasih dan perhatian itu selalu berhasil membuatnya tersenyum, meskipun jarak memisahkan mereka.
Meski tidak berkomunikasi langsung, mereka saling mendukung dalam cara yang unik. Kehadiran satu sama lain tetap terasa kuat dalam hati mereka, memberikan kekuatan dan semangat untuk menghadapi setiap tantangan. Mereka percaya bahwa cinta sejati tidak membutuhkan kehadiran fisik setiap saat, melainkan kehadiran dalam hati dan pikiran.
Suatu malam, saat Vito tengah menyelesaikan bab terakhir novelnya, dia merasakan gelombang kelelahan yang luar biasa.
Namun, di balik kelelahan itu, ada kepuasan yang mendalam. Dia tahu bahwa setiap kata yang dia tulis membawa dia lebih dekat pada tujuan akhirnya. Dengan satu tarikan napas panjang, dia mengetik kata terakhir dan menutup laptopnya. Dalam keheningan malam, dia memikirkan Yunita dan berharap bisa berbagi momen ini dengannya.
Di saat yang hampir bersamaan, Yunita juga merasakan kebanggaan yang luar biasa setelah presentasinya berhasil dengan baik. Klien menyukai desainnya, dan dia menerima pujian dari atasannya. Namun, di tengah keramaian dan kegembiraan itu, pikirannya melayang pada Vito. Dia berharap bisa berbagi kabar baik ini dengannya, mendengar suaranya yang penuh dukungan dan kasih.
Meskipun jarak dan kesibukan memisahkan mereka, Vito dan Yunita tetap terhubung oleh perasaan yang kuat. Mereka tahu bahwa hubungan mereka tidak akan goyah oleh rintangan apapun. Meski tidak selalu bisa bersama, mereka tetap saling mendukung dan menguatkan satu sama lain.
Dengan setiap langkah yang mereka ambil, Vito dan Yunita semakin dekat pada tujuan mereka.
Mereka percaya bahwa setelah badai kesibukan ini berlalu, akan ada saat di mana mereka bisa kembali bersama, merayakan pencapaian mereka dan menikmati kebersamaan yang mereka rindukan. Hingga saat itu tiba, mereka akan terus melangkah maju, dengan cinta dan harapan yang selalu menyala di hati mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Jendela Kafe
RomanceVito, seorang penulis lepas yang hidupnya terlihat sempurna namun terasa hampa, menghabiskan hari-harinya dengan menulis di sebuah kafe kecil di sudut kota. Di tengah rutinitasnya yang tenang, ia bertemu dengan Yunita Sari, seorang desainer grafis y...