Pagi itu, Vito bangun lebih awal dari biasanya. Sinarnya mentari yang menyelinap melalui celah tirai menyentuh wajahnya dengan lembut. Meskipun tubuhnya masih terasa lelah karena begadang menyelesaikan novelnya, namun ada semangat baru yang menggelora dalam dirinya.
Hari ini dia akan menyerahkan naskah final ke penerbit, sebuah momen yang sudah dia tunggu-tunggu sejak lama.
Setelah sarapan cepat, Vito duduk di depan laptopnya, memeriksa sekali lagi setiap detail dari naskahnya. Dia memastikan tidak ada kesalahan atau kekurangan yang terlewatkan. Setiap kata, setiap kalimat, dan setiap paragraf harus sempurna.
Dia tahu bahwa ini adalah karyanya yang paling ambisius, dan dia ingin memastikan bahwa setiap pembaca bisa merasakan apa yang dia rasakan saat menulisnya.
Di sisi lain kota, Yunita juga terbangun dengan semangat yang tinggi. Presentasinya beberapa hari yang lalu berjalan dengan sangat baik, dan kini dia harus mulai mengerjakan proyek baru yang lebih menantang.
Klien besar yang tertarik dengan desainnya telah memberinya kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide kreatif tanpa batas. Yunita merasa ini adalah kesempatan besar untuk menunjukkan bakatnya yang sebenarnya.
Setelah mandi dan sarapan, Yunita bergegas menuju kantornya. Di dalam mobil, pikirannya melayang pada Vito. Dia merasa rindu dengan obrolan ringan mereka, dan tawa hangat yang selalu mereka bagi.
Namun, dia tahu bahwa mereka berdua tengah berada dalam periode sibuk yang harus dihadapi dengan serius.
Di kantor, Yunita langsung disibukkan dengan berbagai rapat dan diskusi. Dia dan timnya bekerja keras untuk menghasilkan konsep yang unik dan menarik.
Setiap ide yang muncul dibahas dengan cermat, dan setiap detail diperhatikan dengan seksama. Yunita merasa terinspirasi oleh semangat timnya, dan dia bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam proyek ini.
Sementara itu, Vito menyelesaikan pemeriksaan terakhir pada naskahnya dan mengirimkannya ke penerbit melalui email. Dia merasakan beban besar terangkat dari pundaknya. Setelah berminggu-minggu bekerja keras, akhirnya dia bisa sedikit bernapas lega.
Namun, di balik perasaan lega itu, ada kekosongan yang tak terelakkan. Dia merindukan Yunita, merindukan momen-momen sederhana bersama yang kini terasa jauh.
Vito memutuskan untuk keluar sejenak, menghirup udara segar dan mencari inspirasi baru. Dia berjalan menyusuri taman kota yang penuh dengan bunga-bunga bermekaran.
Setiap langkahnya diiringi oleh bunyi gemericik air dari air mancur di tengah taman. Dia duduk di bangku taman, mengeluarkan buku catatannya, dan mulai menulis ide-ide baru yang terlintas di kepalanya.
Di kantor desain, Yunita juga merasakan tekanan yang semakin besar. Proyek besar ini menuntut dedikasi dan fokus penuh darinya.
Meskipun dia menikmati setiap tantangan yang ada, namun ada saat-saat di mana dia merasa sangat lelah. Di tengah kesibukannya, dia sering kali memikirkan Vito, berharap bisa berbagi cerita dan mencari dukungan.
Namun, mereka berdua tahu bahwa saat ini, komunikasi dan pertemuan langsung bukanlah prioritas.
Mereka harus menyelesaikan tanggung jawab mereka masing-masing sebelum bisa kembali bersatu. Meskipun jarak dan kesibukan memisahkan, namun cinta dan hubungan mereka tetap kokoh.
Malam itu, setelah hari yang panjang dan melelahkan, Yunita duduk di sofa di ruang tamunya. Dia menatap layar laptop yang masih menyala, memeriksa pekerjaan terakhir yang harus diselesaikan. Setelah itu, dia memejamkan mata sejenak, mencoba merilekskan pikiran yang terus berputar.
Vito, di apartemennya, juga merasa kelelahan setelah seharian beraktivitas. Dia menatap langit malam dari jendela kamarnya, memikirkan Yunita yang mungkin sedang melakukan hal yang sama.
Mereka terpisah oleh jarak, namun hati mereka tetap terhubung. Vito berharap bisa segera berbagi cerita tentang hari-hari yang mereka lewati, namun dia tahu bahwa saat ini mereka harus bersabar.
Hari-hari terus berlalu, dan kesibukan mereka tetap menguasai. Meskipun tidak bisa bertemu atau berkomunikasi secara langsung, namun mereka tetap saling mendukung dari kejauhan.
Setiap kali Vito merasa lelah atau putus asa, dia akan memikirkan Yunita dan kekuatan yang dia dapatkan dari cintanya. Begitu pula dengan Yunita, setiap kali dia merasa kesulitan, dia akan memikirkan Vito dan dukungan yang selalu dia berikan.
Mereka menemukan kekuatan dalam kenangan dan harapan. Kenangan akan momen-momen indah yang mereka bagi, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Meski saat ini mereka harus fokus pada pekerjaan masing-masing, namun mereka percaya bahwa waktu yang tepat akan datang, di mana mereka bisa kembali bersama tanpa ada halangan.
Suatu hari, di tengah kesibukannya, Yunita menerima kabar gembira. Desainnya diterima dengan sangat baik oleh klien, dan dia mendapatkan pujian dari atasannya.
Dia merasa sangat bahagia dan bangga atas pencapaiannya. Meski tidak bisa langsung berbagi kabar ini dengan Vito, namun dia menyimpan kebahagiaan itu dalam hatinya, menunggu saat yang tepat untuk menceritakannya.
Vito juga merasakan kebahagiaan yang serupa ketika menerima kabar dari penerbit. Naskahnya diterima dan akan segera diterbitkan. Ini adalah pencapaian besar baginya, dan dia merasa sangat bangga atas kerja kerasnya. Meski tidak bisa langsung berbagi kabar ini dengan Yunita, namun dia tahu bahwa kebahagiaan ini adalah hasil dari dedikasi dan cinta yang selalu mereka pegang teguh.
Di tengah kesibukan yang terus melanda, Vito dan Yunita menemukan cara untuk tetap saling mendukung dan menguatkan. Meskipun jarak dan waktu memisahkan, namun cinta mereka tetap kokoh. Mereka percaya bahwa setiap usaha dan kerja keras yang mereka lakukan saat ini akan membawa mereka menuju masa depan yang lebih cerah.
Dan di setiap malam yang sunyi, ketika mereka beristirahat dari kesibukan, mereka selalu merenungkan tentang kebersamaan mereka. Meskipun tidak bisa bertemu atau berkomunikasi langsung, namun mereka selalu merasakan kehadiran satu sama lain dalam hati dan pikiran. Itu adalah kekuatan yang membuat mereka terus melangkah maju, menghadapi setiap tantangan dengan semangat dan keyakinan.
Hari demi hari berlalu, dan Vito serta Yunita semakin dekat pada tujuan mereka. Meskipun harus menjaga jarak untuk sementara waktu, namun mereka yakin bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalan untuk bersatu kembali. Hingga saat itu tiba, mereka akan terus mendukung satu sama lain dari kejauhan, dengan harapan dan keyakinan yang selalu menyala di hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Jendela Kafe
RomanceVito, seorang penulis lepas yang hidupnya terlihat sempurna namun terasa hampa, menghabiskan hari-harinya dengan menulis di sebuah kafe kecil di sudut kota. Di tengah rutinitasnya yang tenang, ia bertemu dengan Yunita Sari, seorang desainer grafis y...