Pagi itu, Vito bangun dengan perasaan yang campur aduk. Sudah hampir dua bulan sejak dia terakhir kali berbicara dengan Yunita secara langsung. Kesibukan mereka memang begitu menyita waktu dan perhatian.
Di satu sisi, Vito merasa puas dengan pencapaiannya—novelnya akan segera diterbitkan. Di sisi lain, dia merindukan kebersamaan dengan Yunita, merindukan percakapan panjang yang hangat dan tawa yang selalu mereka bagi.
Setelah sarapan, Vito memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kota. Dia merasa butuh udara segar untuk menyegarkan pikirannya yang mulai lelah dengan rutinitas. Di taman yang hijau dan asri, Vito duduk di bangku favoritnya, memandang sekitar sambil berpikir tentang Yunita.
Dia merogoh saku dan menemukan sebuah catatan kecil yang dia tulis beberapa hari lalu—sebuah catatan tentang ide-ide baru untuk novel berikutnya. Meskipun begitu, pikirannya terus melayang pada Yunita.Sementara itu, Yunita juga menjalani hari-harinya dengan penuh kesibukan.
Proyek besar yang baru saja dia selesaikan membawa banyak perhatian dan tanggung jawab baru. Klien puas dengan hasil kerjanya dan memutuskan untuk memberikan lebih banyak pekerjaan padanya. Meskipun Yunita merasa bangga atas pencapaiannya, namun di dalam hatinya ada kerinduan yang mendalam untuk Vito. Dia merindukan momen-momen sederhana bersama, seperti duduk bersama di kafe favorit mereka atau sekadar berbicara tentang hari-hari mereka.
Di kantornya, Yunita terlibat dalam rapat yang panjang. Meskipun fisiknya hadir, pikirannya sering kali melayang pada Vito. Dia ingat bagaimana Vito selalu mendukungnya, memberikan semangat dan nasihat yang berharga.
Kini, di tengah kesibukan ini, Yunita merasakan betapa pentingnya kehadiran Vito dalam hidupnya. Namun, dia tahu bahwa mereka berdua harus fokus pada tanggung jawab masing-masing.
Setelah rapat selesai, Yunita kembali ke mejanya dan memeriksa email. Ada beberapa pesan penting dari klien dan atasannya yang harus segera direspon. Di tengah kesibukan itu, dia melihat sebuah pesan dari sahabatnya, Lila. Pesan singkat itu menanyakan kabarnya dan mengajak untuk bertemu akhir pekan ini.
Yunita merasa senang menerima undangan itu, karena dia butuh waktu untuk bersantai dan mengalihkan pikiran sejenak dari pekerjaan.
Di malam hari, setelah menyelesaikan tugas-tugasnya, Yunita duduk di sofa di apartemennya. Dia membuka buku catatan dan mulai menulis jurnal harian. Menulis selalu menjadi cara baginya untuk meredakan pikiran dan mengekspresikan perasaannya.
Dalam tulisannya, Yunita mencurahkan perasaannya tentang Vito, tentang kerinduannya yang dalam dan harapannya untuk bisa bertemu lagi.
Vito, di apartemennya, juga melakukan hal yang sama. Dia membuka laptop dan mulai menulis. Kali ini, bukan tentang novel baru, tapi tentang perasaannya. Dia menulis tentang Yunita, tentang betapa dia merindukan kehadirannya.
Setiap kata yang dia tulis membawa kembali kenangan indah bersama Yunita. Meskipun mereka terpisah oleh jarak dan waktu, namun cinta dan hubungan mereka tetap terasa kuat dalam setiap tulisan yang dia buat.
Hari-hari berlalu, dan Vito serta Yunita tetap tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Mereka tetap menjaga fokus pada pekerjaan mereka, namun di dalam hati mereka selalu ada ruang khusus untuk satu sama lain.
Setiap kali mereka merasa lelah atau putus asa, mereka selalu menemukan kekuatan dalam kenangan dan harapan akan kebersamaan yang akan datang.
Suatu hari, di tengah kesibukannya, Yunita menerima telepon dari sahabatnya, Lila. Mereka berbicara panjang lebar tentang banyak hal, termasuk tentang Vito. Lila tahu betapa pentingnya Vito bagi Yunita, dan dia memberikan dukungan serta nasihat yang bijak.
Yunita merasa sedikit lega setelah berbicara dengan Lila. Dia merasa bahwa meskipun saat ini mereka tidak bisa bersama, namun cinta mereka tetap hidup dan kuat.
Di lain sisi kota, Vito juga merasakan kebahagiaan kecil ketika menerima kabar dari penerbit bahwa novel barunya akan segera dipromosikan. Dia tahu bahwa ini adalah hasil dari kerja keras dan dedikasinya. Namun, di balik semua kesuksesan itu, dia tetap merindukan Yunita. Dia berharap bisa segera bertemu dan berbagi kebahagiaan ini dengannya.
Malam itu, Vito duduk di teras apartemennya, memandang langit malam yang penuh bintang. Dia memikirkan Yunita, merasakan kerinduan yang begitu kuat.
Dia tahu bahwa mereka harus bersabar dan fokus pada pekerjaan masing-masing, namun hatinya tetap berharap untuk segera bertemu. Di dalam keheningan malam, Vito menutup matanya dan membiarkan pikirannya melayang pada kenangan indah bersama Yunita.
Yunita, di apartemennya, juga melakukan hal yang sama. Dia duduk di balkon, memandang langit malam yang sama dengan Vito. Dalam hati, dia berharap bahwa Vito juga merasakan hal yang sama.
Dia tahu bahwa cinta mereka akan terus hidup, meskipun jarak dan waktu memisahkan. Dengan pikiran yang tenang, Yunita menutup matanya dan membiarkan hatinya berbicara.
Hari demi hari berlalu, dan kesibukan mereka tetap mendominasi. Namun, di setiap langkah yang mereka ambil, ada harapan yang selalu menyala.
Mereka percaya bahwa setelah semua kesibukan ini, akan ada waktu di mana mereka bisa kembali bersama, merayakan kebersamaan dan cinta yang mereka miliki. Hingga saat itu tiba, Vito dan Yunita akan terus melangkah maju, dengan cinta dan keyakinan yang selalu menyala di hati mereka.
Dan di setiap malam yang sunyi, ketika mereka beristirahat dari kesibukan, mereka selalu merenungkan tentang kebersamaan mereka.
Meskipun tidak bisa bertemu atau berkomunikasi langsung, namun mereka selalu merasakan kehadiran satu sama lain dalam hati dan pikiran. Itu adalah kekuatan yang membuat mereka terus melangkah maju, menghadapi setiap tantangan dengan semangat dan keyakinan.
Dengan setiap hari yang berlalu, Vito dan Yunita semakin dekat pada tujuan mereka. Meskipun harus menjaga jarak untuk sementara waktu, namun mereka yakin bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalan untuk bersatu kembali. Hingga saat itu tiba, mereka akan terus mendukung satu sama lain dari kejauhan, dengan harapan dan keyakinan yang selalu menyala di hati mereka.
Meskipun jarak dan kesibukan memisahkan, namun cinta mereka tetap kokoh. Mereka percaya bahwa setiap usaha dan kerja keras yang mereka lakukan saat ini akan membawa mereka menuju masa depan yang lebih cerah. Dan di setiap malam yang sunyi, ketika mereka beristirahat dari kesibukan, mereka selalu merenungkan tentang kebersamaan mereka.
Meskipun tidak bisa bertemu atau berkomunikasi langsung, namun mereka selalu merasakan kehadiran satu sama lain dalam hati dan pikiran. Itu adalah kekuatan yang membuat mereka terus melangkah maju, menghadapi setiap tantangan dengan semangat dan keyakinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Jendela Kafe
RomanceVito, seorang penulis lepas yang hidupnya terlihat sempurna namun terasa hampa, menghabiskan hari-harinya dengan menulis di sebuah kafe kecil di sudut kota. Di tengah rutinitasnya yang tenang, ia bertemu dengan Yunita Sari, seorang desainer grafis y...