Hari selasa di SMA Airlangga suasananya masi sama dimana para siswa yang tetap memakai seragam putih abu-abu. Suasana yang sama, belum tentu peristiwanya sama
Kini anak SMA Airlangga sedang ramai ramai menyerbu kantin untuk mengisi perut masing masin. Karena jam istirahat yang sudah berbunyi membuat siapapun berteriak kegirangan, sama halnya dengan dua bersahabat yang selalu bersama, kini Luza dan Bumi duduk di salasatu meja yang tersedia
"Tumben hari ini gak bawa bekel?" Tanya Bumi
"Lagi pengen ngantin" jawab Luza
"Mau lo atau gue yang pesen?" Tawar Bumi
Luza sangat malas menjawab tawaran itu. Karena hari ini yang memesan makanan adalah dirinya, Bumi bertanya hanya sebagai formalitas. jika di tanya jelas Luza akan menjawab tidak mau, tapi kemarin bumi lah yang memesan. apakah hari ini bumi lagi?, Tidak, luza masi punya malu
"Sok nanya, tau kok giliran gue" Luza mencibir
Dengan senyum lebarnya Bumi menjawab
"untung peka"" Mau pesen apa emang?"
"Mmm, samain aja deh biar ga ribet" ucap Bumi
Luza hanya membentuk jarinya dengan bentuk OK, lalu berjalan menuju pedagang di yang ada di sana untuk memesan. Ia mengambil antrian ke tiga dari depan
Entahlah tuhan selalu punya cara untuk memepertemukan insan satu sama lain. Entah takdir atau keberuntungan, atau memang rencana tuhan kita tidak tahu, pikir Luza saat ia mencium aroma parfum yang sangat ia kenali tepat berada di belakangnya
"Cewek!.. cowok yang lo kasi salam kemaren, sekarang di belakang lo!" teriak samar seseorang dari arah belakang
Telinganya yang mendengar otak yang mengendalikan dengan reflek ia menoleh ke belakang sambil mendongak karna perbedaan tinggi badan, sedangkan yang di tengok memasang senyum tipis yang mungkin luza saja tidak melihatnya
"Gue udah jawab salam lo" ucap Alka
Luza memperbaiki posisinya kembali melihat ke arah depan dan berkata " gausah di anggap serius, itu isengan temen gue doang"
"Salam mana yang boleh di anggap bercanda" jawab Alka lagi
Luza maju selangkah gilirannya semakin dekat dan kembali berkata " oke. terimakasih atas jawabannya" Luza berucap pasrah
Alka kembali tersenyum "kata orang cinta itu di mulai dari salam salaman"
"Tokoh mana yang mencetuskan kata itu, gue gapernah denger" tanyanya dengan logika
"Apa harus ada tokoh dulu baru percaya?" Alka berucap dengan nada bertanya
"Iya, semua hal itu di cerna dengan logika" jawab Luza
"Gak semuaa.. cinta banyak yang buta, logika ujung ujungnya gak kepake"
Kini giliran Luza yang memesan " buk nasi goreng dua ya buk, sama es rasa mangga dua juga" ucapnya pada penjual
"Tunggu ya neng" sang penjual menyahut
Setelah mendengar itu Luza terdiam sejenak, sampai akhirnya ia berkata " gak semuaa.. orang punya cara mencintai masing masing, ada yang memang di butakan ada juga yang di perkirakan"
Alka selalu tersenyum dengan jawaban yang di lontarkan oleh lawan bicaranya, jawaban yang tak pernah ia dengar dari siapapun, jawaban yang unik menurutnya "Siapa nama lo" tanya Alka
Luza berbalik dan mengangkat bet yang bertulis
LUZA STEORA LUANA lalu kembali membalikkan badannya" Kita sekelas" ucapnya"Gue tau, tapi gue lupa" alibi Alka
"Terkadang kita harus mengenal lingkungan dengan baik, jangan terlalu bodo amatan" Luza kembali membuka suara
" Ini neng jadinya 20 ribu" ujar sang penjual ketika makanan yang luza pesan sudah selesai
Luza pun memberikan uang berwarna hijau dengan angka yang bertulis 20.000 "ini buk, mari buk" setelah mengatakan itu Luza meninggalkan Alka yang masi terkagum dengan sosok yang menjadi lawan bicaranya sedari tadi
"She's amazing girl" monolog Alka dengan senyum yang merekah sempurna
Luza membawa pesanan dengan langkah yang sedikit cepat, " ini pesanan lo" ucapnya ketika ia tiba di mejanya
"Ciee ngobrolin apa sii" pasalnya Bumi melihat jelas interaksi keduanya
"Bumi bilang ke gue kalo ini bukan mimpi" keberuntungan hari ini sangat sulit di percaya oleh nya
"Emang bukan zaa, lo beneran ngobrol sama crush lo"
"Gue seneng terimakasih tuhan, mungkin ini lebih bersejarah dari peristiwa Bandung lautan api" Luza dengan hiperbolanya
"Berlebihan, udah makan bentar lagi bel masuk!" Akibat terlalu senang, semuanya di lebih lebihkan Bumi muak dengan itu
Saat bell masuk berbunyi murid kelas IPA 2 langsung masuk ke dalam kelas di karnakan jadwal mata pelajaran kimia, bukan mata pelajaran yang mereka takuti melainkan guru yang mengajar adalah guru killer yang mencintai kedisiplinan
"Apakah sudah masuk semua?" Tanya Pak Dodi sang guru mapel kimia
"Belom pak, Alka, Geva dan Langit belom masuk" ujar salasatu murid yang menjabat sebagai sekretaris
"Ada yang tau mereka kemana" tanya Pak Dodi
"Nggaak pak!" Sahut seluruh siswa yang ada di kelas termasuk Luza dan Bumi
Tak lama mucul Langit di ambang pintu dengan nafas tersenggal " assalamualaikum Pak!"
Disusul dua orang di belakang nya " maaf Pak telat, abis memenuhi panggilan alam" jelas Langit dengan cengirannya
"Sok sibuk!" Ucap Pak Dodi dengan penekanan
"Ya Pak panggilan alam gabisa di tunda, jadi penyakit entar" Langit menjawab
"Istirahat kalian kemana?" Tanya Pak Dodi lagi
"Ngasi makan cacing di perut pak, kasian bunyi muluu" kini Geva yang membuka suara
"Menjawab aja kerjanya, kamu dari mana?" Dodi bertanya pada Alka yang sedari tadi diam
"Nungguin mereka memenuhi panggilan alam pak" dengan santai Alka menjawab
"Kalian bertiga ini gaada yang bener, kamu Alka ingat kamu siswa beasiswa, kamu mau di cabut karna tidak disiplin!" Dodi berucap sarkas
"To the point pak mau di hukum apa?" Geva mengalihkan pembicaraan
Sambil menghela nafas Dodi berucap " hormat di bawah tiang bendera sampai jam pulang berbunyi"
Mereka bertiga tidak membantah dan langsung berjalan menuju tempat dimana tiang bendera berada
"Dasar botak banyak gaya" Langit mendumel"Jangan gitu bapak gue botak ngit" Geva merasa tersindir
"Syukur masi punya bapak" ucapan Alka membuat keduanya terdiam sesaat
Sedangkan dalam kelas Luza sesekali mengintip keadaan Alka "Bumi liat deh kasian yaa" ucap Luza
"Kesalahan dia sendiri ngapain kasian"
Masi menatap Alka, Luza berucap "kalo gue gak gengsian udah gue samperin terus gue kasi minum "
"Ya udah sana kasih " Bumi menantang
Luza mengalihkan pandangannya pada Bumi "tak segampang itu" dan kembali memandang Alka di luar jendela
"Dasar gengsian" cibir Bumi
"Saya tau dan saya bangga" ucapnya dengan percaya diri
Bumi tak menyahut bicara dengan Luza tidak akan ada habisnya
Luza kembali terduduk lalu kembali mengerjakan tugas yang di berikan oleh pak dodi, hingga tak menyadari sedari tadi Alka yang memerhatikan gerak geriknya melalui ekor matanya
Alka tersenyum kecil, selalu, yang bersangkutan dengan Luza senyumnya selalu terukir dengan sendirinya
"silent love" monolog yang tak didengar oleh siapapun
TBC.
Revisi:
(1038 kata)
8 juni 2024