14. ROOFTOP

292 28 0
                                    

HAPPY READING


Gibran yang melihat Adara pergi meninggalkan dirinya dari area rooftop sekolah hanya bisa terdiam dan memandangi kepergian Adara dari kejauhan. Ia menyadari bahwa tidak mungkin memaksakan Adara untuk menjawab pertanyaannya di hari itu juga.

"Gua bakal setia nungguin jawaban dari lo, Dara," lirih Gibran saat melihat kepergian Adara.

Di sisi lain, Adara yang mulai berjalan menuruni anak tangga satu per satu akhirnya berhenti di anak tangga ke sepuluh. Ia memutar tubuhnya kembali ke arah rooftop sekolah. Dirinya lebih memilih untuk kembali ke area rooftop daripada ke kelas. Adara kembali ke rooftop hanya untuk memberi jawaban pada Gibran, walaupun dirinya sendiri masih bingung harus menjawab apa.

"Gua takut kalau Gibran cuma pura-pura suka sama gua," monolognya.

"Tapi di sisi lain, gua suka banget sama Gibran. Gua harus gimana ya?" tambahnya.

"Udahlah, gua jawab aja sesuai kata hati," ucap Adara sambil menegakkan badannya.

⚝⚝⚝

Gibran yang sedari tadi masih setia berdiri di area rooftop akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas.

"Dari pada gua sendirian di sini, mending gua balik aja ke kelas. Kebetulan bentar lagi juga bel masuk," monolog Gibran sambil membenarkan jam tangan yang ia gunakan.

Gibran pun mulai berjalan meninggalkan area rooftop. Saat ia berjalan menuruni tangga, Gibran tak sengaja berpapasan dengan Adara yang sedang menaiki tangga ke area rooftop.

"Ngapain lo naik lagi?" tanya Gibran singkat.

Adara yang mendapati pertanyaan dari Gibran seketika panik. Ia sangat bingung harus menjawab apa.

"Hah?" jawab Adara seolah tidak mendengar pertanyaan dari Gibran.

"Lo ngapain?" tanya Gibran untuk kedua kalinya.

"Enggak kok. Gua cuma pengen olahraga aja," lontar Adara sambil tersenyum palsu.

"Gua baru tahu ada orang olahraga naik tangga," ucap Gibran dengan cengengesan.

"Memangnya lo selama ini kemana aja, sampai enggak tahu ada olahraga naik tangga?" cibir Adara sambil memanyunkan bibirnya.

Melihat Adara memanyunkan bibirnya, Gibran tak tahan ingin mencubit pipinya. Menurutnya, Adara sangat lucu saat melakukan itu. Pipinya yang chubby menjadi sasaran empuk untuk dicubit oleh Gibran.

"Lo lucu bangettt," gemas Gibran sambil mencubit pipi Adara yang chubby.

Adara yang kesakitan akibat pipinya dicubit oleh Gibran segera menyingkirkan tangan itu. Namun, kenyataannya, tenaga Gibran lebih kuat dibandingkan Adara.

"Lepasin, Gibran. Sakit tau," protes Adara tak terima.

"Enggak mau," ejek Gibran yang masih setia mencubit pipi Adara.

"Gua bakal lepasin cubitan ini. Tapi, ada syaratnya," ucap Gibran sambil menaikkan satu alisnya.

"Lo ini mencari kesempatan dalam kesempitan," gerutu Adara.

"Bodo amat, gua enggak peduli, wlee," ledek Gibran.

"Ihhhh, Gibran, lepasin pliss," rayu Adara dengan nada lembut.

"Yaudah, gua lepasin. Tapi lo harus nurut dengan perintah gua," ucap Gibran sumringah.

"Yaudah, serah lo deh. Yang penting lo lepasin cubitan ini sekarang!" perintah Adara kepada Gibran.

Gibran pun melepaskan cubitannya. Adara merasa lega saat cubitan itu lepas dari pipi chubby-nya.

"Karena cubitannya udah gua lepasin, sekarang giliran lo yang harus nurut dengan perintah gua," pinta Gibran sambil tersenyum manis yang memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Jadi mau lo apa?" tanya Adara singkat.

"Gua mau, pas pulang sekolah nanti, lo pulangnya bareng gua," ungkap Gibran.

"Idih, males banget gua harus pulang sama lo. Nanti, motor kesayangan gua gimana? Masa harus ditinggal di sekolah," keluh Adara yang tak terima jika harus pulang bareng.

"Tenang aja, Dara. Nanti, gua suruh teman gua yang bawa motor lo," tutur Gibran.

"Awas aja kalau motor kesayangan gua lecet. Lo yang ganti rugi ya kalau misalnya motor gua kenapa-napa," ancam Adara kepada Gibran.

"Siap, boss. Motor lo enggak bakalan lecet kok," ucap Gibran dengan santainya.

"Jadi gimana? Lo mau enggak pulang bareng sama cowok terganteng di sekolah ini?" tanya Gibran untuk memastikan.

"Ya jelas mau lah. Siapa sih yang enggak mau pulang bareng dianter cowok kayak lo?" balas Adara.

"Nah, gitu donk. Yaudah, sekarang kita balik ke kelas dulu ya, sayang," ucap Gibran.

Adara sontak terkejut mendengar Gibran memanggilnya dengan sebutan sayang. Jantungnya berdetak lebih kencang, dan pipinya juga ikut memerah. Hal itu membuat Gibran bertanya-tanya mengapa pipi Adara menjadi merah secara tiba-tiba.

"Lo kenapa? Kok pipi lo jadi merah?" panik Gibran yang melihat hal itu.

"Eh, gua enggak papa kok, Gib. Cuma salting aja dipanggil lo dengan sebutan sayang," ungkapnya.

"Baru juga dipanggil sayang udah salting aja lo," ejek Gibran.

"Yaudah sih, suka-suka gua," cibir Adara yang kemudian berjalan ke kelas, meninggalkan Gibran sendiri di tangga.

"Eh, tungguin gua, Dara!" teriak Gibran dari tangga.

Bersambung...

-JANGAN LUPA DIVOTE YA GUYS-

Perantara GidaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang