TIGA PULUH TUJUH

699 19 3
                                    

Happy Reading 🤍

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, hari di minggu yang menjadi saksi betapa bahagianya Rafa saat ini. Dengan penuh kebahagiaan dan haru, Rafa mengenakan baju koko putih dan kain batik yang menjadi ciri khas pengantin sunda. Aroma harum bunga dan senyum ceria melekat erat pada wajahnya, menyelimuti ruangan dengan kehangatan dan keceriaan pernikahan yang akan segera dilangsungkan.

Sesuai rencana awal, pernikahan Rafa dan Zeandra hanya mengundang kurang lebih seratus orang, dengan tema intimate yang dipilih spesial oleh keduanya. Mereka berdua memutuskan untuk melangsungkan pernikahan dari pagi hingga menjelang sore, tanpa adanya resepsi mewah yang mengundang banyak tamu. Yang ada hanyalah momen makan bersama dengan keluarga dan sahabat terdekat yang diundang, menciptakan suasana hangat dan dekat yang menjadi ciri khas pernikahan mereka.

"Baiklah bapak ibu dan seluruh tamu undangan yang berbahagia, marilah kita bersama-sama memulai prosesi ijab kabul dengan khidmat," suara MC sambil memberikan petunjuk kepada seluruh tamu yang hadir.

"Kepada ayahanda dari mempelai wanita, para saksi, dan mempelai laki-laki, silahkan untuk duduk di kursi masing-masing," lanjut MC dengan suara yang tenang namun penuh kejelasan, memandu prosesi pernikahan menuju tahap yang paling ditunggu oleh semua yang hadir. Suasana hening dan penuh haru terasa menyelimuti ruangan, menandai awal dari ikatan suci yang akan disatukan dalam ijab kabul yang akan segera dilangsungkan.

Suasana hening menyelimuti venue pernikahan Rafa dan Zeandra ketika semua tamu sudah duduk di kursi masing-masing. Tak ada suara yang terdengar kecuali suara MC yang memandu acara pernikahan Rafa dan Zeandra dengan suara yang tenang dan sopan, menciptakan atmosfer sakral yang menggema di tengah-tengahnya rindangnya pepohonan.

Rafa, dengan tatapan penuh keyakinan, telah menduduki kursi yang telah disiapkan untuknya. Dia duduk dengan gagah, siap menjalani momen bersejarah ini. Sejajar dengan ayah dari Zeandra, tatapannya penuh dengan harapan dan cinta yang memenuhi hatinya, siap untuk mengucapkan ijab kabul yang akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

"Baik, kami mohon kepada seluruh tamu untuk kerjasama agar tidak mengganggu acara yang akan segera berlangsung," pinta MC dengan suara yang tegas namun sopan, meminta semua tamu untuk memberikan perhatian penuh selama prosesi yang sakral ini.

"Kepada bapak penghulu, kami persilahkan," ucap MC dengan penuh hormat, mengarahkan perhatian kepada penghulu yang akan menjadi pemimpin dalam prosesi ijab kabul yang akan segera dimulai.

Dalam kesunyian yang khusyuk, penghulu memulai prosesi pernikahan dengan penuh kehormatan, "Baik, Saudara Rafa, jabat tangan calon mertuamu."

Dengan mantap, Rafa menjabat tangan ayahnya Zeandra dengan erat, walaupun tangannya sudah sedikit lembab karena keringat yang membasahi. Tatapannya penuh dengan rasa hormat dan harapan untuk memulai babak baru dalam hidupnya.

“Saudara Rafa Zayd Ibrahim, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya yang bernama Zeandra Amara binti Fadlan Atmaja, dengan maskawin uang sebesar lima juta lima ratus lima puluh lima ribu lima ratus rupiah, dibayar tunai,” ucap Ayah Zeandra, sorot matanya menggambarkan kesedihan, ketika ia sudah mengucapkan ijab, maka itu artinya ia sudah menyerahkan sepenuhnya Zeandra kepada laki-laki yang akan menjadi suaminya.

“Saya terima nikah dan kawinnya Zeandra Amara binti Fadlan Atmaja, dengan maskawin tersebut dibayar tunai,” jawab Rafa dengan tegas, mengikat janji suci di hadapan Tuhan dan para saksi yang hadir.

"bagaimana para saksi?" tanya penghulu dengan suara yang tenang.

"Sahhh," ucap semua tamu secara serentak, menjadi saksi atas kesepakatan suci antara Rafa dan Zeandra yang telah sah dan diakui oleh semua yang hadir.

A Journey Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang