Awan mendung mulai menyelimuti indahnya langit malam di Ibu kota, cuaca yang awalnya terasa sangat sesak perlahan mulai melega karena sejuknya hembusan angin. Seiring dengan berjalannya waktu, butiran air hujan pun mulai membasahi tanah kering yang sedari kemarin meminta untuk diberi minum.
Jalanan yang awalnya terlihat abu-abu, sekarang dipenuhi dengan payung warna-warni milik para budak korporat yang berlomba untuk pulang ke rumah masing-masing.
Dari sekian banyaknya manusia yang terburu-buru ingin pulang ke rumah, terdapat seorang pemuda 23 tahun yang masih terlihat bersemangat menyapu lantai sebuah toko roti kecil yang terletak di pinggir jalan. Pemuda itu bernama Kim Doyoung, seorang sebatang kara yang baru saja ditinggal pergi ke surga oleh sang Ibunda tercinta, sedangkan Ayahnya sudah berpulang sejak lama dari umurnya masih 15 tahun.
Hidup seorang diri bukan lah hal yang mudah bagi Doyoung, bahkan Doyoung mengunci dirinya di dalam kamar selama 3 hari, tepat setelah acara penguburan jenazah sang Ibunda. Namun, hidup tetap harus berjalan dan Doyoung tidak bisa terlalu lama berlarut di dalam kesedihan. Maka dari itu, Doyoung memutuskan untuk bangkit dan sekarang dirinya mendirikan sebuah toko roti sederhana untuk membiayai kebutuhan hidupnya.
Malam semakin larut dan hujan turun semakin deras, membuat Doyoung memutuskan untuk menutup toko rotinya, karena, sudah dipastikan tidak akan ada pelanggan yang datang di tengah hujan seperti ini. Setelah mengunci pintu toko miliknya, Doyoung pun berjalan dengan santai tanpa memakai payung menuju ke mobil tua peninggalan Bundanya yang terparkir tepat di depan toko. Sedikit rahasia tentang Doyoung. Pemuda itu sangat menyukai hujan, jika kebanyakan orang menganggap kalau hujan pembawa sial dan kesedihan, maka Doyoung berpikir sebaliknya, menurut Doyoung hujan itu pembawa berkat dan kebahagiaan untuk dirinya.
Setelah masuk ke dalam mobil, Doyoung pun langsung melaju kencang menuju ke apartemen kecil yang baru saja Ia beli 2 hari lalu.
Doyoung juga memutuskan untuk menjual rumah milik orang tuanya, karena, merasa tak sanggup untuk tinggal di tempat yang penuh dengan kenangan Ayah dan Ibundanya. Pemuda itu terus bersenandung kecil selama diperjalanan, suasana hatinya menjadi sangat tenang saat mendengar suara rintikan hujan yang beradu dengan kaca mobilnya.Sampai disaat dimana dirinya harus berhenti karena lampu merah, dan Doyoung memutuskan untuk membuka kaca mobilnya lalu menjulurkan tangannya keluar, hanya untuk merasakan dinginnya air hujan yang terjatuh dari langit. Doyoung terus berdiam di posisi itu, sambil menutup matanya dan menikmati setiap tetesan air yang menyapa telapak tangannya. Hingga tiba-tiba, telapak tangannya tidak lagi merasakan tekstur cair dari air hujan, melainkan merasakan sesuatu yang padat dan hangat menggenggam tangannya.
Doyoung pun mulai membuka matanya karena merasa bingung, dan betapa terkejutnya Ia, saat melihat ada tangan orang lain yang menggenggam erat tangannya. Saat dirinya menengok ke atas, bisa Doyoung lihat seorang pria yang mengendarai sebuah motor sport tanpa menggunakan setelan jas hujan, membuat tubuh pria itu basah kuyup, bahkan Doyoung bisa melihat sedikit bentuk tubuh pria tersebut karena, kaos tipis yang Ia gunakan.
Sebelum Doyoung sempat protes, pria yang menggenggam tangannya itu, langsung mendorong tangannya untuk masuk kembali ke dalam mobil dengan sangat lembut.
"Don't put your hand outside like that sweet girl, it's dangerous"
Ucap Pria asing itu kepada Doyoung.
Doyoung pun dengan cepat langsung melepaskan tangannya dari genggaman pria tersebut, dan apa yang tadi pria itu katakan? Sweet girl? Apakah wajah Doyoung kurang jelas untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang laki-laki bukan perempuan?.
"I'm not a girl"
"Bro, Are you serious?! You're way too pretty to be a boy"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup Of Tea Project [Hwanbby Oneshot]
Lãng mạnbxb Random oneshot Mostly fluff content Warning // long narration {Re-upload from my twitter account}