Selamat membaca
Iris telah selesai bersiap dengan kaus polos berwarna merah yang dititahkan bagi mahasiswa baru di fakultasnya untuk dikenakan pada hari terakhir pengenalan lingkungan fakultas. Tatapan Iris mengarah pada Alessa yang masih berbalut handuk sembari menatap pada bungkusan kain putih di dalam kotak kecil yang berada di atas meja. Iris tau betul apa isi di dalam kain putih tersebut.
Jika ditelusuri wajah Alessa tampak pucat dan lesu. Bagaimana tidak, Alessa terjaga sepanjang malam dan terus saja menangis. Demi Tuhan, Iris tidak tega melihat sahabatnya tampak kacau seperti ini. Dan untuk pertama kalinya Iris akhirnya tau bagaimana seorang perempuan mengalami keguguran, walau sebenarnya di dalam bayangan Iris bahkan informasi yang ada di internet mengatakan, jika seorang perempuan mengalami keguguran maka dia akan mengalami pendarahan hebat untuk beberapa hari, tapi hal yang berbeda terjadi pada Alessa.
Darah yang merembes keluar dari area sensitif Alessa tidaklah banyak, bak seseorang yang mengalami datang bulan di hari pertama, lalu setelah itu tidak ada darah lagi, bahkan selepas daging kecil itu keluar dan Alessa bisa berjalan dan bergerak dengan leluasa hanya wajahnya yang pucat pasi, itu saja.
"Alessa, jika kau merasa tidak enak badan, tidak perlu pergi kampus hari ini. Aku akan memberitahu panitia fakultasmu, jika kau sakit," ucap Iris.
Dalam lamunan Alessa dia masih bisa mendengar ucapan sahabatnya. Tetesan air mata sudah mengering di pipi Alessa. Dia bahkan sudah lelah menangis. "Aku baik-baik saja." Percayalah itu semua bohong, karena Alessa sedang tidak baik-baik saja saat ini dengan melihat janinnya yang telah mati itu.
"Al ..."
"Iris." Alessa menoleh pada sahabatnya itu. "Pergi saja lebih dulu, jangan sampai kau terlambat. Aku baik-baik saja. Percayalah. Aku harus tetap ke kampus hari ini, karena ini adalah hari terakhir pengenalan fakultas," tuturnya dengan berusaha memberikan senyuman terbaik pada sahabatnya, berusaha meyakinkan sahabatnya itu bahwa dia baik-baik saja.
"Kau yakin?" Iris mendekat pada Alessa.
Alessa mengangguk pelan. "Aku yakin. Pergilah! Aku tidak ingin kau dihukum seniormu."
"Hubungi aku, Al, jika terjadi sesuatu atau apa pun yang kau rasakan, tolong hubungi aku. Wajahmu masih sangat pucat, aku tau kau masih lemah."
Alessa menggelengkan kepalanya dengan senyum kecil dan memegang pundak Iris. "Aku baik-baik saja. Aku hanya tidak tidur, tapi aku baik-baik saja."
"Makanlah yang banyak sebelum pergi."
"Ya. Jangan khawatir. Semangat untuk hari ini, Iris."
"Kau juga, Alessa."
• • •
"Bajingan, sialan!" Suara V terdengar menggelegar saat melihat kedatangan Jungkook. "Ke mana kau semalam?"
Jungkook tampak tidak memedulikan ocehan V dan memilih mendudukkan dirinya pada sofa di ruangan eksekutif mereka.
"Jung, ke mana kau semalam?" temannya yang lain bertanya. "Kau melewatkan banyak momen langka, bung."
Jungkook masih tak acuh. Dia terus melirik arloji yang melingkar di tangannya seakan tengah menghitung waktu atau lebih tepatnya menunggu seseorang.
"Jungkook!" teriak V dan sontak mengejutkan Jungkook.
"What?"
"Apa yang kau pikirkan? Kau tidak memedulikan kami?"
"Semalam aku tiba-tiba merasa pusing dan pulang," ucap Jungkook menjawab dengan santai pertanyaan kedua temannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
D'Arcy • Liskook 18+
Fanfiction⚠️ Tentang Alessa yang hamil di luar nikah dengan pemuda asing akibat obat perangsang yang diberikan temannya. Semesta menutup fakta kehidupan Alessa bertahun-tahun lamanya, tapi takdir malah membukanya. Satu malam kelam menghantui kehidupannya.