Chapter Fourteen: Queencard - 3

167 39 6
                                    

Yerim merasa bodoh ketika ia tak bisa mengenali seseorang bahkan setelah menatapnya sekian lama. Kerumunan manusia berhasil ia lewati dengan penuh usaha, sekarang ia ditarik keluar menuju pintu, yang sebelumnya tak pernah ia ketahui eksistensinya. Lorong ke arah jalan keluar lain itu remang-remang, makin sulit dia mengenali lelaki yang menariknya. Mau tak mau ia harus waspada, aroma kejahatan sangat lekat di tempat itu.

Keluar dari gedung, Yerim mengetahui bahwa pintu itu adalah pintu belakang. Sepertinya pintu ini jarang digunakan. Di sana hanya ada sebuah gang kecil yang terapit oleh dua gedung tinggi. Bungkus besar sampah tersusun, ini persis latar tempat drama kriminal di mana mayat perempuan yang mati mengenaskan biasa ditemukan.

"Lepaskan!" Yerim menghempaskan tangannya untuk melepaskan diri. "Kau siapa? Ini tidak lucu."

"Apa maksudmu aku ini siapa?"

Seketika Yerim syok. Dia kenal suara itu. Hyunjin?

Pemuda itu membuka topinya, memastikan bahwa dugaan Yerim tepat sasaran. Rambutnya yang entah sejak kapan lebih pendek itu tersembunyi di dalam topi. Dia juga menggunakan jaket yang sebelumnya tidak ada. Dia mengganti pakaiannya? Di mana sebelumnya jaket itu?

Bagaimana dia bisa mengira kalau yang menariknya keluar tadi adalah Jay?

"Kau tidak kenali aku? Apa kau sudah mulai kehilangan kesadaran?"

"Aku tak tahu kapan kau memotong rambutmu. Saat memakai topi kau terlihat seperti orang lain."

Hyunjin menyeringai ketus, "ya, kau mana mungkin sadar karena kau sibuk dengan kekasihmu itu."

Mungkinkah? Dugaan Hyunjin itu bisa saja benar, hanya Yerim yang sulit menerima, mengakui kalau dia tak bisa mengenali pemuda itu dan justru mengingat orang lain.

"Lalu, kenapa kau bawa aku ke sini?" Yerim melirik ke arah tumpukan sampah di dekat tempat mereka berdiri. Sebenarnya mereka tidak begitu bau karena isinya kebanyakan adalah sampah kering. Akan tetapi mereka tetap sampah, dan seharusnya Hyunjin tak suka dengan itu.

"Kau bertanya apa yang aku mau lakukan?" Dari dalam saku jaketnya, pemuda itu mengeluarkan satu bungkus kondom dan dengan bangga dia menunjukkan itu pada Yerim. "Kau lupa dengan penawaranmu sendiri?"

Oh, sial. Yerim memutar mata. Kapan dia keluar dari lingkaran nista penuh seks bebas ini?

Yerim merebut kondom itu dari tangan Hyunjin. Cukup mudah karena pemuda itu tak melawan. Dia tampak sangat angkuh, seseorang yang yakin bahwa dia memegang kendali.

"Kau lupa, ya? Aku masih datang bulan." Yerim mengembalikan benda itu kepada empunya. "Aku tidak bisa berhubungan seks denganmu."

"Sial! Berapa lama kau datang bulan? Sudah hari keberapa ini? Apa selama ini?"

"Satu minggu setiap bulannya. Kau masih harus menunggu tiga hari lagi."

"Aku harus menunggu lagi? Sialan."

Seperti anak kecil yang mengamuk karena tak dikabulkan permintaannya, wajah Hyunjin cemberut. Entah mengapa, saat tidak ada orang, pemuda itu sedikit menggemaskan. Dia lebih natural dan rasional saat tidak berada bersama orang-orang bermasalah.

"Apa kau sering mengajak gadis-gadis acak untuk berhubungan seks di sini? Aku bahkan tidak tahu ada pintu ini."

Hyunjin terkekeh, "kadang-kadang. Membuka kamar di atas akan merepotkan apalagi kalau anak-anak itu tahu."

"Chaewon?"

"Semuanya. Mereka akan berisik sekali. Kalau hanya dengan one night stand biasanya aku ke sini."

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang