HAPPY READING
11
Sidang benar-benar terlaksana beberapa hari yang lalu. Banyak cerita dan pembelaan yang harus menjadi bahan pertimbangan. Kasus dermaga resmi naik menjadi kasus dengan penanganan jangka panjang. Hakim agung juga mematenkan keputusan yang sejujurnya cukup melegakan. Beberapa devisi yang terlibat akan di bebas tugaskan selama waktu yang belum dapat di tentukan.
Hanya sebagian tim, namun sialnya tim yang dipimpin oleh kapten Kim Mingyu juga termasuk salah satu tim yang di bebas tugaskan.
Satu hari, dua hari mungkin terasa cukup menyenangkan. Menikmati pagi tanpa beban pekerjaan apapun. Namun, menginjak hari ke lima—aa terasa hampa dan sepi.
Mingyu benci udara musim dingin yang membekukan, namun jika terus berdiam diri di atas kasur apartemen jelas sangat membosankan. Yeah—sebelum sosok yang selalu berisik sedikit memberi warna pada hari kelabunya.
Jaehyun, lelaki putih itu bahkan menjenguknya setiap waktu di kala ia masih menjadi pasien di rumah singgah. Menemaninya dan menjadi teman bertengkarnya. Itu benar-benar di luar bayangannya. Well, sampai ia bisa sampai sedakat teman—tidak, tidak, mungkin sepasang kekasih?
Keadaan kantor kepolisian pusat pun sudah kembali normal, papan karangan bunga yang sebelumnya menghiasi setiap sudut jalan, juga telah di bersihkan. Hari ini Mingyu berencana datang ke rumah Jaehyun untuk sekedar bertamu.
Jaehyun itu terlihat terlalu abu-abu, selain nama, ia bahkan tak pernah tau di mana lelaki putih itu tinggal. Ia selalu penasaran seperti apa keluarga lelaki itu, apa seberisik Jaehyun?
Taksi menjadi kendaraan yang Mingyu pilih untuk pergi ke sebuah alamat yang Jaehyun kirim jauh-jauh hari. Setelah merasa frustasi karena terlalu lama menunggu kedatangan bus, di halte depan kantor kepolisian.
Mingyu akan menuju sebuah tempat di kaki bukit. Dataran hijau yang tentunya jauh dari keributan perkotaan. Apa Jaehyun tinggal dengan keluarga pecinta alam?
Well, tampaknya memang begitu. Tepat di jalur tunggal jalanan setapak, Mingyu memilih untuk berjalan kaki. Terus menyusuri jalanan dengan bebatuan gunung, hingga mendapati sebuah hunian klasik yang benar-benar terkesan mahal.
Rumah bergaya Eropa klasik dengan cerobong asap dan tanaman hias yang sepenuhnya mengering. Astaga ia bahkan tak pernah menyangka bahwa di tengah padatnya kota Los Angeles ada tempat sehijau ini.
Ketika Mingyu telah benar-benar yakin dengan alamat di text note smarthpone miliknya. Pintu tinggi itu di ketuk pelan.
"Permisi." Kalaupun Mingyu salah alamat, ia hanya harus mengucapkan maaf lalu pergi. Beberapa detik tetap hening, sampai ia di buat yakin bahwa dirinya mendatangi tempat yang benar.
Pintu berderit kencang, bersamaan dengan kehadiran Jaehyun dari balik pintu.
"Hai!" Seperti biasa, lelaki berkulit putih itu selalu kelebihan semangat. "Bagaimana perjalanmu?"
"Dingin." Mingyu menjawab setelah menanggalkan sepasang sepatu sneaker boots di atas rak besi yang telah ada. Melepas mantel tebal, dan membiarkan Jaehyun membereskan semuanya. "Ku pikir kau sengaja membuatku pergi ke tengah hutan."
Jaehyun terdengar terkikik. "Aku tak percaya kau benar-benar mau datang."
Well, Mingyu berpikir apa yang ia lakukan juga sangat bertentangan dengan sifatnya, tapi entahlah. Mingyu hanya selalu penasaran dengan segala yang ada pada diri Jaehyun. "Tak ada alasan untuk mengingkari rencana yang telah di buat," jawabnya lekas, sebelum benar-benar di buat bungkam dengan interior rumah yang amat sangat—menawan.
YOU ARE READING
Flower of Evil
FanficHYUNJIN-FELIX ⚠⚠WARNING⚠⚠ Rated: R-Restricted [17+] Genre: Fanfiction, Romance, Mystery, Crime, Investigate, Detective Tags: #mafia, #police, #mpreg, #smut, #softcore, #violence, #doubleidentity, #action Felix adalah seorang pembunuh bayaran yang ke...