Lima mangkuk seblak tertata diatas meja berhadapan dengan orang yang memesannya. Satu mangkuk seblak pucat, satu mangkuk seblak hitam agak merah penuh dengan kecap, dua mangkuk seblak merah dan satu mangkuk seblak yang merahnya membuat banjir mulut mereka.
Ketebak sepedas apa?
Disinilah kelima gadis itu berada, kantin masih ramai karena bel masuk belum berbunyi.
"Apa gak geter itu lambung?" Celetuk Reva sambil menelan ludah.
"Gue tebak, geter sampe loncat," sahut Ayu lantas menyuapkan sesendok seblak pucat kedalam mulutnya. Mempunyai riwayat asam lambung Ayu termasuk orang yang pantrang.
"Tambahin kecap ya, Jo? Itu pedes banget gila!" Tawar Nadia meraih botol kecap manis dan membuka tutupnya.
"Nggak! Gak enak!" Sewot Joe menarik mangkuk seblak nya takut Nadia menuangkan kecap itu.
"Segalau itu ya, Jo?" Ledek Ziya yang sudah memakan tiga sendok seblaknya.
Ziya dan Reva seblaknya paling normal. Yang lain tuh aneh-aneh.
Joe meniupi sesendok seblaknya, "Apaan sih, ngapain galau?" Elaknya
Minuman mereka datang, lima gelas es teh dan satu air mineral. Di antar langsung oleh penjualnya, kebetulan stan mereka sedang sepi.
"Makasih mbae," Ucap mereka.
"Sama sama, kalau mau pake nasi ambil aja ya." Tawar ibu yang di panggil mbae.
"Siap mba!" Sahut Ziya.
Ngomong-ngomong soal nasi sebenarnya Joe bawa bekal. Tapi karena sedang badmood jadilah dia beli seblak.
Reva menyerahkan satu persatu gelas es teh itu dan memberikan satu es teh serta air mineral kepada Joe.
"Gue yang pesen buat lo," ucap Reva saat mendapatkan wajah bingung Joe.
"Thanks, Rev."
"Hmm,"
Tidak ada yang bersuara lagi keempatnya makan dengan khidmat, kecuali Nadia. Makan sambil live di sosmednya, yang nontonnya banyak? Uhhh, jangan diragukan!
Tidak ada.
Tapi gadis itu tetap stay nge-live.
Suara tarikan ingus terdengar, keempat gadis itu menatap Joe dengan jijik. Tapi tak urung lanjut makan seolah tidak peduli.
Joe sudah mulai kepedesan padahal seblaknya masih jauh dari kata habis. Masih banyak banget!
Rambutnya di cepol menampilkan telinganya yang memerah akibat makan seblak extra pedas. Wajahnya yang biasanya putih pucat sekarang merah seperti tomat.
Keringat membanjiri pelipis sampai poninya ikut basah. Bibirnya yang biasa tipis mulai membesar dan pinggiran bibirnya merah.
Sesekali ia meminum es tehnya guna menetralisir pedas dilidah. Kupingnya terasa panas.
Suara handphone Reva yang berdering bahkan tidak ia dengar.
Reva berdiri dari duduknya, menjauh dari yang lain.
"Halo, bu? Kenapa ya?"
"..."
"Oh, iya bu. Ada sama saya lagi di kantin."
"..."
"Baik bu, saya sampaikan."
"..."
"Iya, sama-sama bu."
Reva menutup telponnya lantas kembali duduk dibangku.
"Siapa, va?" Tanya Ayu yang sudah selesai makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is This Reality?
Teen Fiction"Aku siap ada di sisi kamu dalam keadaan apapun, meskipun kamu ragu. Tapi aku gak akan ragu untuk tetap mendampingi kamu." Dia adalah Kaysan. Kalau ada kata lebih dari tulus, itu Kaysan. **** Joe mengakui bahwa perasaannya untuk Kaysan hanya sebatas...