16 || Fitnah yang Bukan Sekadar Fitnah.

141 104 2
                                        

Happy Reading

Hari-hari berlalu, namun bukan ketenangan yang menyelimuti sekolah-melainkan badai yang terus mengamuk, membawa kabar yang semakin liar dan tak terkendali. Kematian Kaila menjelma menjadi bayangan kelam yang menghantui setiap sudut sekolah. Tidak ada satu pun ruang yang benar-benar sunyi dari bisikan.

Wartawan datang silih berganti, membawa kamera yang haus akan jawaban. Mereka berdiri di depan gerbang, menunggu siapa pun yang bisa memberi mereka informasi baru. Sekolah tidak lagi terasa seperti tempat belajar, melainkan panggung teater penuh tragedi, di mana setiap siswa berperan sebagai aktor dalam drama yang semakin memanas.

Di lorong kelas, di bangku kantin, bahkan di toilet, hanya ada satu topik pembicaraan yang terus dibahas.

"Kaila bener-bener udah menghilang, ya?"

"Iya. Kemarin, Aleza sampai marah-marah ke Amel."

"Kenapa, tuh?"

"Secara Amel benci sama gengnya Kaila. Makanya, dia dituduh. Tapi, ada hal yang lo ga bakal sangka, deh."

"Oh. Memang, ga habis-habis, nih masalah!"

"Itu kenapa, sih, beberapa hari ini Aleza ga kelihatan, ya?"

"Ga tau. Semenjak dia marah-marah sama Amel, dia ga masuk lagi setelahnya."

"Apa jangan-jangan, biang dari semua ini Amel?"

"Bisa jadi!"

"Hus! Ga boleh suudzon, nanti dosa, lho!"

"Bodo amat. Gue cuma berpendapat."

Kata-kata itu, berdesir di udara, merayap masuk ke telinga seseorang yang tak ingin mendengarnya.

Amel.

Gadis itu berdiri diam di dekat jendela, kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Bibirnya tertutup rapat, tetapi matanya menyala seperti bara yang hampir kehilangan kendali. Kata-kata mereka menyayatnya perlahan, menancap lebih dalam dari yang bisa mereka bayangkan.

Dan ia tidak akan membiarkan ini terus terjadi.

Tanpa ragu, langkahnya menghentak lantai, mendekati mereka yang berbicara seenaknya. Suasana mendadak sunyi saat mereka menyadari kehadiran Amel di belakang mereka.

Dia berdiri tegak, tatapannya menusuk, suaranya dingin.

"Apa maksud lo gosipin gue!?"

Salah satu gadis di kelompok itu-Liona Cakrawala-memandangnya dengan seringai puas. Seolah-olah ia baru saja menemukan mainan baru yang bisa ia permainkan sesuka hati.

Liona menyilangkan tangan di dada, mengamati Amel dari atas ke bawah sebelum akhirnya tersenyum sinis.

"Emang bener, 'kan? Kalo lo dalang dari semua ini!"

Amel mendecak.

Bibirnya melengkung tipis, namun tatapannya lebih tajam dari bilah pisau.

"Gak usah sok tau lo, anjing. Gue ga ada masalah di sini, jadi gak usah nuduh-nuduh gue. Kemakan gosip-gosip Aleza itu, ya? Lo babi? Pantes aja otak lo ga pinter-pinter."

Dia menyilangkan tangan, bersikap seolah-olah ini hanya lelucon kecil yang tidak pantas dibahas. Tapi semua orang tahu, ada ketegangan yang menggantung di udara.

Liona mendengus. Dengan gerakan cepat, ia mendorong Amel mundur selangkah.

"ALEZA ITU MEMANG SELALU BENER! MERASA PALING BENER LO, ANJING!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 20 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mystro Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang