Rencana

9 9 0
                                    

Pagi ini ku awali dengan memanah di tempat pelatihan. Bersama Edward dan Daniel. Bukan tanpa alasan, akan tetapi ini adalah trik jitu untuk memeriksa seluruh anak panah yang di pakai oleh bangsawan.

Sret... Ku tarik busurku dengan seksama, mengarahkannya ke depan agar panah tertancap tepat di tengah titik merah.

Sring... tap!! Sempurna. Anak panahku mendarat tepat pada titik merah itu. Ku lihat para prajurit tengah memerhatikan kami, sudut bibirku kian terangkat dan segera memerintah mereka untuk mendekat.

"Apakah kalian benar-benar kuat untuk menjadi pelindung kerajaan?" Tanyaku meremehkan.

"Tentu yang mulia." Ucap para prajurit serentak.

"Lihat panah itu" Alis kananku mulai terangkat, menolehkan kepala lalu menghadap kearah benda bulat yang terletak lumayan jauh.

"Jika ada salah satu dari kalian yang bisa membelah dua anak panah itu akan ku beri hadiah istimewa padanya." Ucapku meyakinkan. Dengan bodohnya mereka dengan senang hati mereka menerima tantangan yang ku buat pada saat itu. Tentu membuat rencana ku semakin mudah.

Di saat para prajurit lengah, ku manfaatkan kesempatan emas itu tuk mencari dan memeriksa setiap panah yang ada di dalam ruangan khusus yang terletak sangat dekat dari tempat pelatihan, tak lupa mengajak Edward dan Daniel.

Usai sampai di ruangan itu ku lihat sekeliling, berbagai anak panah dengan kayu dan bulu yang berbeda tersimpan rapi di tempatnya lengkap dengan busurnya.

Kami terus mencari dan mencari namun dari ratusan model anak panah tak ada satu pun yang sesuai dengan yang ku cari.

"Yang mulia, apakah Anda yakin bahwa pemanah itu adalah suruhan dari seorang bangsawan?" Tanya Edward memastikan.

"Sangat yakin. Kemampuannya dalam memanah sangat terlatih juga yang hanya memiliki keahlian itu adalah seorang prajurit ataupun penjaga kerajaan. Lagi pula preman mana yang memiliki anak panah dengan kualitas terbaik?" Jawabku.

"Yang mulia ada satu model anak panah di bawah meja ini." Ucap Daniel seketika memotong pembicaraan kami.

Aku bergegas mendekat kearah Daniel dan sontak Daniel menunjukan anak panah itu padaku. Panah itu terbuat dari kayu ek dan di hiasi dengan bulu elang putih. Sangat percis dengan model anak panah yang menewaskan peracik obat tempo dulu.

"Ini adalah anak panah yang sama. Aku yakin." Ucapku.

"Lantas apa yang harus kita lakukan yang mulia?" Tanya Edward.

"Acara perlombaan memanah." Mataku terbelalak lalu menyeringai kecil.

"Acara?" Ucap Daniel dan Edward serentak.

"Buatlah sebuah acara memanah esok hari dengan imbalan sebongkah emas, dan lihat apa yang akan terjadi." Seru ku.

"Apakah ini efektif yang mulia? Bukankah seluruh prajurit istana mahir dalam memanah dan bertarung?" Tanya Edward keheranan.

"Tidak. Kau tau, banyak prajurit yang lolos karna membayar pada petinggi, namun tak memiliki keahlian. Dan lihatlah, keamanan istana juga semakin hari semakin longgar karna kualitas prajuritnya yang najis. Jadi sudah ku pastikan tidak ada yang memiliki keahlian memanah sehebat itu."

****

Matahari telah tiba, ini adalah waktu yang ku tunggu-tunggu semalaman. Ku lihat dari balik jendela halaman istana sudah terpenuhi oleh jamuan lengkap dengan peralatan memanah.

Aku turun dengan penuh kharisma. Berjalan melewati para pelayan yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Namun siapa sangka, ketika aku keluar dari gedung istana, salah satu pelayan menggiringku untuk duduk di sebelah putri mahkota.

Aku harus tetap tenang walaupun dengan pikiran yang terbakar, aku terduduk di samping putri mahkota dan terdiam dengan raut wajah tak ramah.

"Putri mahkota, kau tampak pucat, ada apa denganmu?" Tanya ratu Zelda pada putri mahkota.

"Aku hanya kelelahan yang mulia." Balasnya dengan senyuman.

"Putra mahkota, mengapa kau tak merawat istrimu?" Tanya ratu Zelda.

"Istana ini memiliki banyak pelayan, dan 20 pelayan adalah pelayan pribadi putri mahkota. Mengapa aku harus mengurusnya?" Balasku.

Tunggu, putri mahkota pucat? tak biasanya dia seperti itu. Dia selalu memakan makanan yang sehat dan memiliki imun yang kuat, mengapa secara tiba-tiba imun dia menurun? menarik.

Acara perlombaan memanah di mulai. Satu persatu prajurit dan penjaga istana kerajaan bergantian memanah dan tak ada satupun yang sangat mahir. Namun ada dimana seorang pria dengan wajah kurang familiar. Ia begitu mahir, bahkan tak ada satupun panah yang meleset.

"Yang mulia ini adalah yang terbaik, bolehkah dia mengambil hadiahnya?" Tanya pelayan padaku.

"Dia boleh mengambil hadiahnya, tapi ada satu ujian lagi yang harus dia tuntaskan." Aku mengenal nafas panjang, lalu ku tolehkan pandanganku pada target panahan berbentuk manusia jerami.

"Jika dia bisa mendaratkan panahnya tepat pada kedua mata dan leher manusia jerami ini dengan menggunakan 3 panah secara bersamaan, maka ia lolos dan bisa mengambil bongkahan emas itu." Ucapku.

Pria itu mengambil 3 anak panah di tanganya, lalu menarik busurnya dengan penuh percaya diri.

Srettt...
Sring..
Tap!

Panah itu mendarat sempurna pada mata dan leher manusia jerami itu. Mataku terbelalak dengan nafas yang memburu.

"Acara ini sudah berakhir." Aku terbangun dari dudukku, lalu segera berjalan dengan gesit meninggalkan halaman kerajaan untuk segera menuliskan hal ini di buku catatanku.

Betapa terkejutnya, ketika aku sampai di depan pintu kamar, ku lihat Kasim Han tengah mencari sesuatu. Mencurigakan.

"Apa yang kau lakukan!?" Bentakku dari luar seketika membuat Kasim Han terkejut dan ketakutan.

"T-tidak ada yang mulia." Ucap Kasim Han terbata.

"Siapa yang memerintahmu Kasim Han!?" Tanyaku dengan nada tinggi.

"Aku." Secara tiba-tiba seseorang berjalan kearahku, ia adalah ayah.

"Kau terlalu terobsesi dengan buku-buku mu, dan melupakan kewajiban mu sebagai suami dari putri mahkota. Itu membuatku muak." Ucap ayah.

"Dimana kau menyembunyikan nya?" Lanjutnya bertanya.

"Muak? aku lebih muak dengan sikap ayah. Sejak dahulu sampai sekarang sikap ayah masih tetap egois. Kau tidak pernah memikirkan kebahagiaan dan kebebasan orang lain!" Teriakku.

"Dan untuk buku-buku itu, akan ku pastikan tidak ada seseorang pun yang akan mengetahui keberadaan nya kecuali aku dan Tuhan. Camkan itu."

Semakin panas saja ceritanya ya! terus ikuti cerita ini dan jangan lupa vote^^

See you and thankyou 🌹💋

LOST MY PROPERTY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang