£•∞ Lembaran empat

1K 48 15
                                    

°° ©Nonanaf °°

-In picture ; rumah Dita



Suara ketukan pintu yang keras membuat Dita segera bangun dari atas sajadahnya, siapa tamu tak diundang yang bertamu ke rumah orang subuh-subuh begini dengan tidak sopan?

"Sabar," pinta Dita sambil membuka kunci pintu ruang tamu.

"Ini suamimu Mbak, aku kembalikan," ucap seorang perempuan mendorong kursi roda yang ditumpangi seorang pria yang memangku tas besar berisi barang-barangnya.

Dita menatap bingung wanita ini dan menatap ke belakangnya, mencari keberadaan suaminya. "Suamimu di bawah Mbak," ucap perempuan yang berdiri dibelakang kursi roda.

Dita menatap lelaki di atas kursi roda dengan tatapan iba dan terkejut, lelaki yang dia kenali tapi sangat jauh berbeda dari yang terakhir kali dia temui. Tubuhnya terlihat lebih kurus, wajahnya pun tirus, dan dari penampilannya dia tampak sangat tidak terurus.

Dita menatap istri kedua suaminya dengan penuh tanda tanya, kenapa suaminya yang gagah bisa berubah jadi seperti ini?

Ajeng memutar matanya malas, tidak terima dituduh tidak jelas akhirnya dia pun berkata,"Dia kecelakaan, koma tiga minggu pas bangun lumpuh dan bisu, cacat permanen kata dokter. Karena itu aku kembalikan, besok surat cerai akan sampai kesini jadi tolong suruh dia tanda tangan dan gak usah datang ke pengadilan."

Setelah menjelaskan kondisi Agil, Ajeng segera pergi dengan senyum bahagia. Akhirnya, setelah hampir tiga bulan merawat calon mantan suaminya yang cacat dia bebas juga.

Dita menatap kepergian Ajeng dengan kesal. Wanita tidak tahu diri, suami sakit malah ditinggalkan. Dita menarik napasnya dan beristighfar, buang-buang waktu memikirkan wanita itu.

Dita jongkok di hadapan kursi roda Agil, suaminya itu menundukkan kepalanya. "Mas, gimana kabarnya?" tanya Dita dengan suara lembut.

"Mas Agi, ini Dita," sapa Dita menggenggam tangan kurus Agil, pria itu menangis dan melepaskan genggaman Dita. Tangisan yang menyedihkan, tanpa suara.

Dita panik melihat suaminya menangis, dia segera mengambil tas di atas pangkuan Agil dan mendorong kursi roda suaminya masuk.

Dita meletakkan tas Agil di atas kursi ruang tamu lalu bersimpuh di depan suaminya, Dita menghapus air mata yang membasahi pipi Agil. Mata beriris coklat terang yang sudah lama tidak menatapnya itu menatap Dita dengan tatapan bersalah.

Dita mengerti kenapa Agil menangis, wanita itu mengusap wajah Agil sambil tersenyum menenangkan. "Dita sudah baik-baik saja Mas," ucap Dita dengan lembut, "Mas Agi sekarang sama Dita ya."

Dita membawa suaminya masuk lebih dalam, Dita membawa Agil ke kamar utama tempat mereka dulu tidur bersama.

Agil melihat setiap sudut rumah ini, tidak ada yang berubah —bahkan foto pernikahan dan kebersamaan mereka masih terpajang di setiap sudut rumah seperti terkahir kali Agil mengingatnya.

"Mas Agi pasti lelah, pejalanan dari kota ke sini sangat jauh. Istirahat dulu ya Mas," ucap Dita sambil mengusap pundak suaminya.

Dita mendorong kursi roda Agil merapat ke dekat ranjang. Dita mengunci kursi roda Agil, takut Agil jatuh. Dengan telaten Dita menurunkan kaki telanjang Agil ke atas lantai. Dita menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, udara begitu dingin dan Agil tidak dipakaian kaos kaki atau minimal sendal.

AKS || NonanafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang