Jessa Mahesa

27 2 0
                                    

<••>

Bruk!

Jessa meringis, dorongan yang di dapatnya dari sang kakak itu cukup membuat tubuh ringkihnya terjatuh. Jeremy tidak peduli, ia hanya ingin Jessa menjauh dari Tania, pacarnya.

Awalnya Tania adalah pacar Jessa sejak dua tahun yang lalu, namun beberapa bulan belakangan ini, setelah Tania bertemu dengan Jeremy sifat asli perempuan itu mulai terlihat. Jessa juga akhirnya sadar jika selama percaran dengan Tania, ia hanya di manfaatkan. Entah uang ataupun otaknya untuk membantu Tania.

Akhirnya Tania memutuskan hubungannya dengan Jessa demi Jeremy. Jessa langsung setuju karena sudah mengetahui dirinya hanya dimanfaatkan oleh Tania. Mereka tidak lagi berkomunikasi, menyapa, mereka menganggap satu sama lain hanyalah dua orang asing yang pernah menjalin hubungan.

Lagi, setelah beberapa bulan putus, Tania hadir lagi menganggu kehidupan Jessa yang sudah berantakan. Mengadukan Jeremy pada Jessa agar Jessa mau kembali menjalin hubungan dengan Tania. Tania mengatakan jika Jeremy itu jahat, posesif, keras kepala dan suka main tangan. Tania terus berusaha mendekati Jessa kembali.

Hari ini, Jeremy memergoki Tania yang memeluk Jessa. Ketika Tania menyadari kedatangan Jeremy saat itu, Tania menjadikan Jessa sebagai kambing hitamnya. Mengatakan jika Jessa terobsesi untuk kembali padanya. Mengatakan jika Jessa memeluknya secara paksa dan mengatakan hal-hal buruk tentang Jeremy.

Jeremy marah besar pada Jessa, menyeret remaja kecil itu untuk pulang kerumah. Memberikan hadiah sebuah pukulan untuk adiknya yang bahkan belum mencerna semuanya dengan baik. Jessa hanya pasrah, tidak mungkin melawan kakaknya yang jauh lebih besar darinya.

" Gue udah bilang berkali-kali sama lo buat jauhin Tania! Lo itu tuli, hah?!" Jeremy kembali memukul Jessa hingga ia kembali terjatuh.

" Aku gak deketin Tania, Kak. Kakak harus percaya sama aku, Tania itu gak baik buat Kakak." Walaupun sakit, Jessa tetap memberikan kakaknya peringatan.

" Lo itu udah salah! Kenapa malah nyalahin Tania?! Dia perempuan baik-baik dan gak mungkin bohong! Lo dasar anak gak berguna." Tangan Jeremy kembali terangkat dan menampar wajah Jessa.

" Sekarang, gue bakal aduin kelakuan lo ke Ayah dan Bunda! Anak pembawa sialnya ini masih niat ngerebut pacar kakaknya!" Satu pukulan terakhir sebelum Jeremy menghilang dari kamar Jessa.

" Kakak pasti nyesel karena gak dengerin kata-kata Jessa." Jessa bangkit dan berjalan dengan tertatih ke arah ranjangnya. Remuk, badannya bahkan tidak mampu merasakan rasa sakit lagi karena ulah kakaknya.

•••

Setelah dipukuli Jeremy tanpa ampun, kini tamparan Ayah dan Bunda melayang begitu ringan ke arah pipinya. Jessa tahu jika Jeremy mengadukan hal tadi pada Ayah dan Bunda. Apa yang bisa Jessa harapkan dari Ayah dan Bunda? Mereka bahkan dengan sukarela ikut adil untuk menghakimi Jessa yang malang.

" Dasar anak pembawa sial! Sudah berani merebut apa yang sudah menjadi milik Jeremy?!" Suara bentakan Sandra menggema di ruangan itu.

" Harusnya kamu saja yang mati, mengapa harus Jenna? Jenna bahkan lebih pantas hidup daripada kamu, pembawa sial!" Dimas ikut menimpali.

" Kamu tahu? Jika bukan karena Jenna menolong kamu saat itu, Jenna tidak akan pergi! Sekarang kamu malah berani menganggu Jeremy? Hebat sekali." Sandra tertawa sinis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belle PhraseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang