22

5 1 0
                                    

"Lilian kami datang kembali, apa kau senang sekarang? Aku harap kau bahagia di sana, mendapatkan tempat terbaik di sisinya" Batin mahesa menatap batu nisan sang istri

"Mah Zea kangen, kangen banget tapi Zea cuma bisa nyimpen rasa kangen Zea, Zea pengin ketemu mamah lagi tapi itu ga mungkin" Ucap Zea saat air matanya menetes

"Kak jangan nangis" Ucap milo

"Kakak nggak nangis" Jawab Zea menghapus air matanya

"Ze udah jangan nangis, nanti mamah ikut sedih lagi" Ujar mahesa

"Iya pah, Zea ga nangis, ini cuma debu masuk ke mata aja kok"ucap Bohong Zea

"Mamah, milo pengin ketemu sama mamah" Lirih milo

"Udah ya, mending kita kirim doa ke mamah, biar tenang"Ucap mahesa

"Iya pah" Sahut Zea dan milo

"Kalo semisal lo gak lahir, mamah ga mungkin kaya gini!" Ujar leo menatap tajam milo

"Leo! Ingat tempat!" Sela mahesa

"Tau tuh, mending tadi lo ga usah ikut" Lanjut zea

Leo diam memalingkan muka masih dengan ekspresi kesal

.  .  .

"Mengapa dulu aku melakukan itu kepadamu Lilian, maafkanlah diriku ini yang tidak menerima bahwa kau menjadi istrinya" Ucap seorang wanita berdiri di balik pohon yang sedang menatap mereka berempat

Milo menyadari orang itu, dan kemudian Milo bertanya kepada ayahnya
"Pah, itu siapa yang di balik pohon?" Tanya Milo, mendengar itu sang ayah pun menoleh ke arah yang di maksud Milo, dan benar saja memang ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka

"...papah aja gatau, tapi mukanya kaya familiar" Jawab mahesa

"Kaya kenal ya, ga asing banget" Batin mahesa

Tak berselang lama wanita itu berjalan pergi, dan saat ia berjalan pergi mahesa baru mengingat siapa wanita itu "nggak mungkin" Gumamnya, sangat heran dan tak percaya dengan siapa yang dia lihat

"Papah kenapa? Kok ngelamun?" Tanya Milo

"Papah gapapa, ga ngelamun kok" Jawab mahesa

"Udah mending kita pulang, oky?" Lanjut nya, di angguki oleh zea dan Milo

"Leo mau pulang sendiri, ga sudi satu mobil sama pembunuh" Celetuk Leo

"Leo! Jaga bicara mu! Kau tidak tahu apa-apa!!" Bentak mahesa

"Iya, Leo cuma tahu satu, kalo anak sialan ini udah nge hipnotis papah, dasar pembunuh!!" Ucap Leo, mendengar itu mahesa mengangkat tangannya dan menampar Leo dengan keras

"Pah, pah udah pah" Cegah zea panik akan kemarahan sang ayah

"Jaga bicara mu!!" Tegas mahesa

"Erghh"Ringis Leo, menatap sang ayah dengan penuh kebencian di matanya

"Puas lo!! Ambil semuanya! Ambil!! Mamah udah lo renggut sekarang ada hati mau ngerebut papah!! Sampai kapanpun gw gaakan pernah nganggap lo sebagai adik!! Pembunuh!!" Tegas Leo menatap Milo dengan kemarahan yang terlihat jelas di matanya, Milo hanya diam dan menunduk

"Leo!! Jangan terus menyebarkan opini!! Sekarang kau pergi sebelum papah melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar tamparan!!" Tegas mahesa, mendengarnya Leo hanya mengepalkan tangannya dan kemudian berjalan pergi dengan penuh amarah di dalam dirinya

Mahesa mulai menenangkan diri, setelah tenang mahesa melihat ke arah Milo dan berkata,"Milo sudah jangan di dengar apa yang di ucapkan kakakmu" Ucap mahesa menenangkan Milo

"Iya pah, Milo gapapa kok" Jawab Milo dengan senyum tipis di wajahnya yang sendu

.....

"Sialll!!" Seru Leo

"Kenapa sayang?" Tanya seorang gadis cantik dengan rambut terurai, kiana Azzahra gadis yang sudah di kencani selama 1 tahun

"Aku lagi kesel" Jawab Leo

"Kenapa? Karena apa?" Tanya Kia saat mendekat ke arah Leo

"Karena apalagi kalo bukan karena anak SIALAN itu!!" Tekan Leo di kata 'S14L4N'

"Ouh, memangnya dia berbuat apa lagi?" Lanjut kia, Leo tidak menjawab, dia hanya menghela nafas lalu berbalik menatap kia dan menangkup pipinya

"Kia, Boleh gak.. Aku..." Ucapan Leo terhenti tak dapat menyelesaikan kata-katanya, tapi Kia memahami apa yang Leo maksud, jadi ia hanya mengangguk atas apa yang di inginkan Leo

....

Apa? -_- jangan harap ya, pikir aja sendiri apa lanjutannya_-

~

Serayu lembut menerpa wajahnya yang sendu
Luasnya Sagara nan dikara di mata banyaknya insan
Masalah yang ia hadapi bagaikan belenggu yang terus mengerat
Sang kalbu membutuhkan pelita untuk penerang dari hati yang kelabu
Harsa yang kian hirap bagaikan pengikat yang terus mengerat
Tak ada jalan pulang dari masalah
Bagaimana ia bisa melewati masalah itu jika banyaknya Anca yang terus menghalanginya?

"Ini tak adil! Mengapa aku harus hidup jika ibu tiada?? Jika memang engkau bisa memilih mengapa kau memilih untuk menyelamatkan ku dari pada dirimu sendiri?" Berbagai pertanyaan melintas di benaknya, tapi ia hanya bisa berpikir, mengapa? Mengapa ini terjadi? Mengapa ini seperti ini?

Tak ada yang tahu betapa Terpuruknya ia, karena ia selalu memakai topeng saat di dekat orang lain, padahal jauh di lubuk hatinya dia sangat rentan dan hanya membutuhkan ketenangan.

'ANAK SIALAN' 'ANAK TAK DI HARAPKAN' 'ANAK PEMBAWA SIAL' 'ANAK TAK DI UNTUNG KAN'... Semua terucap lalu apa yang bisa ia lakukan? Melawan? Tentu tidak, ia hanya diam dan menerima semua UMPATan itu, tak ada yang akan membela selain dirinya sendiri.

'Ibu tercinta♡'

--------------------------------------------------------------

📝Miyanly_lyn


MILOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang