03. Pisah Ranjang

730 84 8
                                    

Sebelum rasa penasarannya tuntas, Jennie tidak pernah bisa tenang. Hari ini ia memberanikan diri mendatangi kantor Limario sembari membawa makanan. Makan siang ini hanya sebagai alasan agar ia bisa dapat menyelusup masuk ke dalam perusahaan.

Ada banyak sekali lantai diperusahaan ini. Jennie bingung ruangan Limario berada di lantai berapa. Bertanya pada resepsionis tidak ada hasilnya. Mereka tidak mau membiarkannya bertemu Lim lantaran ia bukan bagian dari perusahaan. Jennie pun sengaja tidak memberitau identitasnya sebagai nyonya Kim sebelum Limario sendiri melakukannya.

"Kenapa perusahaan ini sangat luas. Aku kesulitan mencari ruangannya" keluh Jennie. Ia harus turun satu-satu perlantai untuk mencari ruangan Limario.

"Haish pabbo, kau bisa bertanya pada karyawan disini Jennie"

Tersadar akan kebodohannya tidak bertanya pada karyawan yang berlalu lalang. Barangkali salah satu dari mereka mau mengatakan dimana ruangan Limario berada. Akan tetapi setibanya lift tersebut dilantai 10, Limario melintas didepannya. Buru-buru Jennie mencari tempat persembunyian. Mengapa sekarang ia jadi takut bertemu Limario. 

"Aku ikutin aja deh"

Berkat mengikuti Limario dari belakang, Jennie kini telah sampai didepan ruangan CEO. Menunggu beberapa menit diluar sebelum masuk ke dalam.

Tok Tok

Pintunya ia buka perlahan. Limario tidak menoleh sama sekali. Mungkin ia mengira itu asistennya.

"Youngjae, sepertinya ada beberapa kesalahan disini. Bisakah kau perbaiki" katanya belum menyadari siapa orang yang berdiri dihadapannya.

"Ini aku" ucap Jennie membuat Limario mendongak.

"Apa yang sedang kau lakukan disini"

"Aku membawakanmu makanan" kata Jennie mengangkat kotak bekal tersebut setinggi perut. Limario melihat sekeliling. Dinding ruangan ini adalah kaca. Orang-orang bisa melihat apa yang terjadi didalam dari luar ruangan.

"Sekarang pulanglah"

"Waeyo?"

"Aku makan siang diluar. Pergilah sebelum orang-orang melihatmu"

"Apa kau malu mempunyai istri sepertiku?" tanya Jennie lirih.

Limario menghembuskan napas berat. Pernikahannya dengan Jennie dirahasiakan. Tidak ada satupun yang tau bagaimana wajah nyonya Kim. Pernikahan mereka diselenggarakan secara tertutup. Hanya kerabat mereka diundang sebab keluarga Lim menjunjung privasi yang sangat tinggi.

"Ini belum saatnya orang-orang tau siapa dirimu" jawab Limario tidak dapat Jennie pahami.

Mengapa Limario tidak mengizinkannya mengatakan pada siapapun bahwa ia adalah istri dari seorang Kim Limario.

"Lim ayo, aku menunggumu dari tadi dilobi"

Gadis yang Jennie lihat bersama Limario kemarin menyelonong masuk tanpa mengetuk pintu. Sadar kehadirannya merusak suasana, Jennie bergegas pergi meninggalkan ruangan Lim. Limario meliriknya sampai Jennie menghilang dari balik pintu. Kakinya terus berjalan cepat meninggalkan perusahaan ini. Sesampainya diluar Jennie berjongkok sembari menangis terisak-isak. Membuka makanan tadi lalu memakannya sambil sesegukan.

"Ayo jalan, apa lagi yang kamu tunggu"

Desak Tzuyu kala Limario terus menatap kearah spion melihat Jennie. Pikirnya Jennie telah pergi rupanya masih disini. Entah apa yang ia lakukan disana. Menangis sambil makan ditengah jalan.

Malamnya saat Limario pulang, Jennie tidak ada disofa ditempat biasa. Ia lihat makanan meja makan juga kosong. Limario pergi ke kamar. Didalam kamar pun ia tidak ada. Limario beralih mengecek ruang ganti. Disana Jennie sedang mengganti pakaiannya ke daster putih pendek.

"Mwoya"

Baju digenggamannya terlepas akibat terkejut. Suara berat Limario kadang membuatnya spot jantung. Berasa disapa malaikat maut.

"Bisa nggak suaranya dilembutin dikit. Kaget tau. Ku pikir tadi malaikat maut" omel Jennie kesal.

"Apa yang kau lakukan"

"Gak lihat aku lagi ganti baju" sewotnya berjongkok mengambil pakaiannya dilantai. Sesaat Limario terpana dengan keindahan tubuh istrinya.

"Kau baru mandi selarut ini"

"Iya, aku habis menyebrangi Samudra Pasifik" jawabnya ketus. Melihat wajah Limario sekarang membuatnya kesal.

"Aku serius bertanya"

"Urus saja urusanmu sendiri. Aku tidak akan luluh dengan perhatianmu. Muka pas-pasan, jangan sok narsis" Limario hanya bisa melongo dikata-katain oleh Jennie.

"Sana minggir" ujarnya dengan sengaja menabrak bahu Limario. Padahal jalan disampingnya masih luas.

Sebelum tidur, Jennie duduk didepan meja rias. Menghapus sisa make up tadi lalu dilanjutkan memakai skincare. Sehabis itu ia merapikan tempat tidur. Mengambil satu bantal dan selimut lalu membawanya ke sofa. Mulai malam ini ia tidak sudi lagi tidur satu ranjang bersama tukang selingkuh.

Didepan kaca kamar mandi Limario bicara sendiri. Penampilannya oke. Dari sudut manapun dilihat ia tetap tampan. Tubuhnya tinggi berotot. Punya penghasilan banyak dan rumah mewah. Tidak ada satupun perempuan lepas dari jeratan pesonannya. Ia bisa memikat hati perempuan manapun hanya dengan sekali senyuman. Namun Jennie, ia baru saja mengatakan hal aneh. Ia mengatakan wajah tampan rupawan ini pas-pasan. Dan apa itu narsis. Sejak kapan ia melakukan itu.

"Apa dia kesal karena tadi siang" gumam Lim didepan cermin. Ia menggeleng tak peduli. Mencari-cari pakaian gantinya ditempat biasa Jennie simpan tetapi tidak bertemu.

"Jennie, pakaianku mana" teriak Limario dari kamar mandi tidak ia gubris.

"Jennie" panggilnya lagi berjalan keluar. Jennie tidak ada diatas kasur.

"Jennie-ya"

Bruk

"Berisik. Aku mau tidur" ketus Jennie melempar bantal ke dada Lim.

"Kenapa tidur disini. Kasurnya besar"

"Aku tidak mau satu ranjang denganmu"

"Waeyo?"

Jennie enggan menanggapinya lagi. Ia tidak mungkin mengatakan pada Limario bahwa dia cemburu Limario dekat dengan Tzuyu.

"Kembalikan bantalnya" pinta Jennie.

Bukannya mengembalikan bantal, Limario malah menggendong tubuh Jennie ala bridal style ke kasur. Jennie bergerak gusar meminta diturunkan tapi tidak dia indahkan.

"Dasar gila. Aku tidak mau tidur denganmu" kesal Jennie berdiri lagi. Mendorong tubuh kekar Limario ke kasur lalu pergi tidur lagi disofa.

Limario menghela napas. Mengapa Jennie jadi sulit diatur. Ia balik lagi ke sofa. Jennie mengangkat kakinya bersiap untuk menendang Limario.

"Pergi sebelum ku tendang si Arnoldmu" ancamnya membuat Limario mundur.

"Badanmu akan sakit-sakitan kalau tidur disini"

"Bukan urusanmu. Sana pergi" usir Jennie.

Mata mulai berat dibuka. Dilihat-lihat Limario masih setia berdiri disana. Jennie tidak bisa tidur sebelum Limario pergi dari sini namun sayangnya, mata tidak bisa diajak kerjasama. Lim mendekat. Berjongkok dibawah memperhatikan wajah damai Jennie.

Setelahnya Limario memindahkan Jennie ke kasur. Selesai memakai baju ia menyusul Jennie tidur disebelahnya.














Tbc

Marriage Without LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang