Rencana 1

248 38 0
                                    

Setelah satu tahun lamanya Boboiboy mempelajari karakteristik dari sang elemen angin tersebut, remaja laki-laki itu kini menyadari sesuatu yang sangat penting.....
.

.

.

Bukankah saat ini elemental angin itu, Taufan telah menumbuhkan ego dan emosinya sendiri? Jika Boboiboy amati lebih jeli lagi sepasang mata sapphire itu nampak terlihat sangat berbeda dari biasanya. 'Angin itu bebas bukan? Sangking bebasnya angin itu, dia tidak pernah sadar jika dirinya telah menciptakan sebuah badai'

"Taufan bolehkan aku menanyakan satu pertanyaan padamu? Dan jika kau setuju, tolong jawab pertanyaan ku dengan jujur tanpa berusaha menutupi apapun..." ucap Boboiboy yang mendapatkan perhatian penuh dari pemilik mata sapphire itu.

Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama Taufan berinteraksi bersama Boboiboy di dimensi tersebut... Taufan tidak tahu apa yang saat ini sedang dipikirkan, dan diinginkan oleh tuannya. Seolah-olah ada pembatas tak kasat mata yang menghalangi Taufan untuk melihat isi pikiran Boboiboy saat ini

"Baiklah.. Apa itu tuan..?" tanya Taufan dengan rasa ragu yang entah mengapa tidak bisa ia hilangkan meskipun sang elemental angin tersebut telah berusaha semaksimal mungkin menetralkan emosinya.

Waktu diantara keduanya seolah-olah berjalan dengan sangat lambat, senyum lembut penuh makna yang terukir indah di bibir Boboiboy membuat firasat buruk Taufan menjadi semakin menjadi-jadi. Jika saja saat ini Taufan memiliki tubuh selayaknya manusia, tentu saja tubuhnya saat ini sudah dipenuhi oleh keringat dingin.

"Jika ini untuk kebahagiaanku, jika ini untuk diriku sendiri... Bisakah kau membantuku melakukan sesuatu yang sangat gila dan egois?" tanya Boboiboy membuat Taufan yang mendengarnya mematung selama beberapa saat sebelum akhirnya menghela nafas berat enggan untuk mengatakan jawaban yang sebenarnya.

Firasat buruk Taufan telah menjadi kenyataan, meskipun tidak tahu rencana apa yang saat ini sedang di susun oleh tuannya tanpa sepengetahuannya, Taufan tahu. Tuannya Boboiboy pasti merencanakan sesuatu yang sangat-sangat besar, berbahaya, dan kemungkinan besar tidak akan disukai oleh elemental angin tersebut.

Bagaimanapun Taufan memiliki dasar yang kuat atas asumsinya saat ini. Boboiboy tidak mungkin akan mengatakan kata-kata rumit dengan senyum penuh makna seperti itu, jika tidak ada sesuatu yang sangat penting di belakangnya.

"Aku... Akan melakukan apapun untukmu tuan, jika itulah yang anda inginkan, jika itulah yang membuat anda bahagia... Bahkan jika itu berarti memusnahkan diriku sendiri" ucap Taufan dengan suara rendah. Dia tahu, setelah ini pasti Boboiboy akan memintanya untuk melakukan sesuatu yang sangat sulit setelah ini.

Taufan hanya tidak ingin di buang, dia berharap Boboiboy tidak memintanya untuk pergi atau semacamnya. Elemental angin itu tidak sanggup memikirkan bagaimana jadinya jika saja kemungkinan terburuk yang muncul dalam benaknya saat ini benar-benar terjadi.

"Kalau kau benar-benar ingin membuatku bahagia, ayo berpecah untuk selamanya, tolong gantikan aku dan hiduplah bersama elemen-elemen lainnya" ucap Boboiboy membuat Taufan yang mendengarnya merasa seolah-olah baru saja di sambar oleh petir.

Pupil matanya mengecil, entitasnya bergetar hebat, dan tenggorokannya saat ini seolah-olah sedang di cekik. Bahkan dalam mimpi terburuknya sekalipun, dalam segala prediksi tidak menyenangkannya, dan dalam segala kemungkinan buruk yang akan di terimanya, apa yang di dengar Taufan saat ini benar-benar jauh lebih buruk dan mengerikan.

"Haha..  tu.. tuan anda.. benar-benar.. benar-benar membuatku.. terkejut... Tolong hentikan ya... Ini tidak lucu.. kumohon katakan kau hanya bercanda" gumam Taufan dengan suaranya terdengar tidak karuan, kedua emosi yang paling bertentangan bertabrakan, keputusasaan dan harapan memenuhi setiap kata yang terlontar dari bibir sang elemental angin.

Permintaan Boboiboy kali ini benar-benar mengguncang jiwanya, bagaimana bisa tuannya meminta hal seperti itu padanya, dan mengapa..? Rasanya Taufan benar-benar ingin menghantamkan kepalanya sendiri dan mengatakan pada dirinya sendiri jika dia salah dengar, atau apa yang dia dengar itu hanyalah candaan gelap Boboiboy.

Namun apalah daya, senyum Boboiboy tidak meluntur sedikitpun, jelas remaja laki-laki itu sudah memprediksi reaksi yang akan di keluarkan anak bermata sapphire itu setelah mendengar permintaannya. Mengabaikan respon alami Taufan yang melangkah mundur berusaha menjauhinya, Boboiboy melangkahkan kakinya dan langsung memegang kedua bahu Taufan dan menatap manik sapphire itu dengan tatapan lembutnya.

"Taufan kumohon, kau ingin aku bahagia kan? Aku rasa aku tidak akan pernah bahagia selama aku hidup, tapi aku juga tidak bisa mati dan meninggalkan semua tanggung jawabku begitu saja..." ucak Boboiboy membuat Taufan hanya bisa diam seribu bahasa dengan tubuhnya yang sepenuhnya kaku karena emosinya sendiri.

"Taufan.. Ini adalah cara terbaik, aku tidak akan pernah meninggalkan kalian, aku akan sepenuhnya melebur dalam diri kalian dengan itu kita tidak akan bisa dipisahkan... Kumohon Taufan, ijinkan aku untuk egois disini" lanjut Boboiboy dengan suaranya yang menjadi semakin rendah seiring dengan banyaknya kata yang keluar dari bibirnya.

Ingin rasanya Taufan berteriak didepan wajah Boboiboy dan memarahi remaja laki-laki itu, namun disisi lain dia juga sangatlah memahami apa yang sedang berusaha Boboiboy sampaikan padanya. "Tuan.. Aku tahu apa yang ingin kau sampaikan... Tapi.. Tapi.." gumam Taufan dengan suaranya yang bergetar hebat berusaha mencari alasan agar Boboiboy menghentikan niatnya.

"Hehehe.. Aku tahu apa yang kau khawatirkan, karena itulah aku memiliki sebuah rencana" kekeh Boboiboy tanpa sedikitpun rasa bersalah menatap Taufan yang nampak sedang panik atas permintaannya dengan tatapan geli. Rasanya jarang sekali melihat ketenangan Taufan pecah seperti ini, dan itu adalah momen paling langka bagi Boboiboy.

Mendengar Boboiboy tidak secara sembrono ingin berpecah selamanya, dan memiliki sebuah rencana yang tidak diketahuinya, Taufan bisa sedikit menghela nafas lega. "Tolong tuan jangan membuatku seperti ini lagi, rasanya aku hampir hancur" ucao Taufan dengan ketenangannya yang telah sepenuhnya kembali padanya.

"Nah jadi........." ucap Boboiboy mulai menjelaskan rencananya dengan sangat detail dari awal sampai akhir. Penjelasan itu sangat panjang, dan selama Boboiboy berusaha menjelaskan rencananya, Taufan tidak bisa untuk tidak menunjukkan berbagai ekspresi dan sesekali menghentikan penjelasan Boboiboy hanya untuk menarik nafas dalam-dalam dan memijat pangkal hidungnya.

"Tidak!" ucap Taufan pada akhirnya setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar dari Boboiboy yang membuat kepalanya terasa sangat sakit hari ini. "Kemungkinan rencana ini gagal adalah 60% bagaimana jika kita benar-benar gagal? Aku tidak ingin kehilangan dirimu tuan, aku bukanlah apa-apa selain kekuatan tanpa dirimu" ucap Taufan dengan raut wajahnya yang terlihat tidak terlalu bersahabat.

"Tapi kalau tidak melakukannya 100% kita akan gagal, setidaknya dengan mencoba rencana ini kemungkinan kita berhasil meningkat jadi 40% kan?" ucap Boboiboy membuat Taufan tidak dapat berkata-kata dan dengan berat hati harus menganggukkan kepalanya setuju.

Waktu mereka tidaklah banyak, dan ini adalah satu-satunya rencana yang mereka miliki. "Baiklah tuan, aku akan melakukannya untukmu...." ucap Taufan menjeda kata-katanya selama beberapa saat dan kembali menatap manik coklat yang saat ini menatapnya dengan tatapan hangat. "Menang atau kalah aku akan tetap berada di sampingmu" lanjut Taufan tanpa sedikitpun keraguan.

Ini adalah sumpah Taufan, dia tidak peduli dengan hasilnya, karena dari apa yang dia dengar dari tuannya.. entah itu kemenangan, atau kekalahan 'Taufan akan tetap bersama Boboiboy' dan itu sudah lebih dari cukup untuk membuat sang elemen angin tersebut merasa senang.

"Baiklah aku akan memulai rencana ini secepatnya, karena itu kau juga bersiaplah, karena kunci kemenangan kita ada di tanganmu, dan aku hanya bisa mempercayakan ini padamu" ucapnya sembari mengusap rambut Taufan selayaknya sedang menghibur anak kecil. Jika biasanya dirinyalah yang di hibur oleh Taufan, maka kali ini dialah yang menghibur Taufan.

"Baiklah baiklah, jangan khawatir aku akan melakukan yang terbaik. Dan lagi jika kau menghawatirkan 'itu' percayalah, akulah yang memegang kendali, bukan sebaliknya" ucap Taufan dengan senang hati menerima sentuhan tuannya di rambutnya meskipun itu akan membuat rambutnya jadi sangat berantakan.

Arah Angin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang