14 : Han River

230 28 8
                                    

"Dari mana?"

Jia hampir saja terlonjak ketika baru saja menyalakan lampu rumahnya.

Haechan tengah tiduran di sofanya.

Jia mengerut heran. Apa dia tidak mempermasalahkan malam saat ia menciumnya? Atau dia lupa malam itu? Tapi ia pikir kesadaran Haechan masih penuh.

"Seharian ini kau tidak ada di perusahaan."

Deg!

Jia tersentak kaget.

"Aku... Pergi bermain dengan.. Eumm.. Teman." jawabnya ambigu.

Untung saja Jia sudah berganti pakaian. Jika tidak, pasti dia akan mengetahuinya telah bersama orang lain seharian ini, mengingat penciuman Haechan sangat tajam. Sebenarnya dia lebih mirip anjing pelacak dari pada beruang.

Haechan tertawa tidak lucu. "Coba katakan siapa temanmu?"

Jia duduk disebelah Haechan.

"Aku... Baru mengenalnya belum lama ini."

"Laki-laki?"

Jia meneguk ludahnya. Lalu mengangguk kaku.

Haechan duduk menghadapnya dengan menaikkan satu kakinya di sofa. Dia menatapnya dengan serius.

"Dari mana kau mengenalnya?"

Jia melarikan pandangan kemana pun, jelas sekali sedang mencari alasan.

"Oppa, bagaimana dengan pekerjaanmu?" Jia malah bertanya sesuatu yang lain.

Menatapnya selama beberapa detik, Haechan menyemburkan tawa kesal.

"Kenapa baru sekarang memanggilku seperti itu, tanpa kau meminta apapun?"

Jia tertawa bodoh. "Mulai sekarang aku akan memanggilmu Oppa, kok."

Haechan menggeleng. "Aku tidak akan terkecoh. Cepat katakan, siapa teman barumu itu?"

Jia mendelik kesal. "Kau tahu privasi?!"

"Cih, sejak kapan kau memiliki semacam itu padaku."

"Mulai sekarang." jawab Jia cepat. "Aku... Aku... Ingin mencari... pacar." tambahnya dengan suara rendah. Ia bahkan tidak berani menatap mata laki-laki itu.

"Siapapun itu, kau tidak boleh melarangku. Aku sudah besar." imbuhnya.

Haechan tidak langsung membalasnya. Ia hanya memandangi gadis itu dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan.

"Apa kau serius ingin berkencan?" tanyanya setelah diam selama beberapa saat.

"Eung." Jia mengangguk tanpa memandangnya. "Aku.. Juga ingin memiliki pacar seperti teman-temanku." ujarnya, tertawa berusaha tegar. Tidak mudah mengatakan hal itu di depan orang yang masih ia sukai secara langsung.

Haechan membuang pandangan, mengulum lidah dalam mulutnya dengan pikiran kusut. Entah kenapa ada perasan tidak rela. Meski ia melarang gadis itu menyukainya, tetapi ada secuil perasaan membuncah dalam dirinya saat mengetahui perasaan gadis itu padanya. Haechan hanya tidak ingin terpengaruh dengan perasaan samar itu.

"Ah, begitu." Haechan mengangguk singkat. "Lakukanlah semaumu. Kau benar, kau sudah dewasa sekarang."

"Arraseo." Jia memaksakan senyumnya. Tetap saja ada perasaan nyeri dalam dirinya mendengar jawaban seperti itu darinya.

"Kau sudah makan?" Haechan kini memandangnya.

"Sudah." balas Jia. "Bukankah kau sedang sibuk?" tanyanya.

POISON [LEE HAECHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang