Prolog

66 6 3
                                    

13 Tahun telah berlalu. Tragedi yang tak akan pernah bisa di lupakan. Terenggutnya nyawa orang yang di sayang.

Membaringkan tubuhnya pada kasur, dan memanfaatkan pergelangannya menjadi bantal. Mata menatap langit-langit rumah hingga melamun.

"Kira-kira kalau kau masih hidup, kau akan secantik apa?" Gumamnya pelan entah kepada siapa.

Tanpa sadar otak mulai memutar lagi kisah-kisah bahagia bersama orang tersayangnya. Wajahnya tersenyum miris setelah mengingat beberapa hal.

"Nami."

.
.
.

Past Live

Romance, Mistery, horor?

Warning! : Death Char, typo, ooc, etc.

.
.
.

Duduk di atas ayunan yang tersangkut di bawah pohon, mulutnya bersenandung merdu bersama melodi angin yang terus meniup ke arahnya.

Topi jerami dengan pita berwarna merah yang terlihat sangat cocok dengan rambut panjangnya yang berwarna oranye.

Matanya melirik ke arah anak-anak lain yang sedang bermain dengan riang gembira.

Dari sekian banyaknya anak seumurannya, sayang sekali tidak ada yang mau berteman dengannya.

Entah kabar angin atau fakta, dia sering kali tertangkap basah sedang berbicara sendiri, dan orang-orang menganggapnya anak yang aneh.

"Menurutmu bagaimana Zeus? Hari ini tampak cerah bukan?"

"Heee, menurutmu Nami begitu?"

Matanya melirik langit, hari ini lebih cerah dari biasanya, mungkin sesuatu yang beruntung akan terjadi? Entahlah, tapi dia selalu mengharapkan hal itu.

"Ya, kurasa ini hari keberuntunganku.." Ucapnya dengan senyuman tulus seperti biasa, lalu ia menggumam "...mungkin"

"Yap, kurasa hari ini adalah hari keberuntunganmu"

"Kenapa kau berfikir begitu?"

"Entahlah, firasat mungkin?"

"Hahaha, Zeus... Kau sangat-"

GUBRAK~

"Itte!!!!"

Nami terdiam untuk mencerna apa yang terjadi, 'Ha? Bocah ini di summon dari mana?'.

Seorang anak laki-laki seumurannya jatuh dari atas pohon ayunannya. "Hei kau ti-" Nami ingin menolongnya, namun ia urungkan niatnya, karena mungkin dia juga salah satu dari orang yang tidak menyukainya.

Anak laki-laki itu bangun dan terduduk di depan Nami. "Hm?" Dia menatap Nami dengan seksama.

Nami yang merasa canggung kini menegurnya, "Hei, jangan melihatku seperti itu" Ucapnya dengan memalingkan wajahnya dengan rona merah di pipinya.

Laki-laki itu mengedipkan matanya beberapa kali, "Ah, maaf. Sepertinya aku mengejutkanmu"

Nami menoleh ke arahnya lalu, "Ah-a tidak kurasa..." Ucap Nami dengan gugup "...Atau mungkin? Kurasa" Tambahnya dengan gumaman kecil.

Nami yang jarang sekali bersosialisasi tentu saja akan canggung jika tiba-tiba ada manusia random yang habis di summon lalu menyapanya.

Karena keduanya diam, dan Nami yerus canggung karena anak itu terus melihat kearahnya, Nami mencoba memulai obrolan, "K-kamu jatuh dari mana?" Sungguh butuh keberanian yang besar untuk mengucapkannya.

"Dari atas"

Singkat, padat, dan dari atas.

Nami jengkel dengan jawabannya tiba-tiba berteriak, "KALAU JATUH PASTI DARI ATAS KAU SIALAN!!!"

Tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan kembali kesadarannya, dan sadar apa yang baru saja ia lakukan, Nami merasa sangat malu. 'Aduh-aduh kenapa ini mulut ga bisa di rem si? Ya, abis dia ngeselin sih' Salah satu kebiasaan buruk Nami adalah, sering bertengkar dengan dirinya sendiri di dalam innernya.

Akhirnya Nami beranjak berdiri dari ayunannya lalu menundukkan kepala dan meminta maaf kepada anak itu. "Maaf atas ucapanku tadi"

Anak laki-laki itu tersenyum, "Hahaha, kau sangat cantik, lucu, dan aneh. Kurasa aku menyukai mu, Shisisi."

Asap mendadak muncul dari kepala Nami, dia yang tadi sedang menunduk, tiba-tiba ambruk.

"Ha? Daijobu ka, omae?"

'D-dia bilang dia menyukaiku!! Taoi dia juga menyebutku aneh, apa itu juga semacam ejekan?'

Nami kembali sadar dan iktu duduk di deoan anak itu. "A-ano... Apa aku boleh tau namamu?" Tanya Nami dengan wajah serius, meskipun rona merah di pipinya tak bisa ia sembunyikan.

Anak itu menatap Nami lagi dengan seksama, 'Dia pasti akan menyebutku aneh! Dia pasti akan menyebutku aneh!!!!'

Anak laki-laki itu tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Aku Luffy, salam kenal"

Nami menatapnya dengan tidak percaya, apakah rekor sebagai manusia yang tidak memiliki teman yang ia miliki akan terpecahkan kali ini.

Dengan gemetar Nami menjabat tangannya. Seperti tersambar petir, Nami merasakan getaran yang berbeda pada Luffy, 'Auranya terasa sangat... Nyaman'.

Luffy memiringkan kepalanya, "Hei, kau tidak menyebutkan namamu" Ucapnya yang membuat Nami tersadar dari lamunannya.

"Ah-a maaf, aku Nami. Salam kenal..." Lagi-lagi ucap Nami dengan gugup dan, "... kurasa?" Lanjutnya dengan gumaman pelan.

Kurasa Nami menyukai kata kurasa yang di rasakan kurasa oleh kurasanya. (Gatau ini kalimat random tiba-tiba keluar)

"Nami... ya? Nama yang indah" Ucap Luffy dengan senyum lebarnya. Nami tersipu melihat senyuman itu, apakah dia menyukai seseorang dalam sekali pandang?

'Apakah ini Normal? Kurasa hanya kau saja Nami!!'

Luffy melepaskan tangan Nami, lalu berbaring di atas rerumputan yang tadi ia duduki.

Entah naluri atau apapun itu namanya. Tubuh Nami bergerak dan berbaring di samping Luffy, walaupun hal seperti ini mungki sangat memalukan baginya.

'Apakah ini aneh? Aku aku gadis aneh???' Inner Nami.

Luffy meliriknya dengan heran, lalu mengembalikan pandangannya pada langit yang terlihat sangat cerah.

"Nee Luffy...."

"Hm?"

"Apa kau...."

•TBC•

Tamat yeee.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Past Live Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang