BAB (87) Hasrat.

10 0 0
                                    

Sajian berbagai makanan lezat dihidangkan, memenuhi sebagian meja makan di dapur yang mewah. Gadis kecil itu berlarian menuju salah satu kursi, mendahului mereka yang mengikuti sembari tersenyum.

Jae in dan Lika memasuki pintu dapur bersamaan, senyuman itu menyambut sarapan pagi yang cerah.

"Hari ini kau ikut?" tanya Jae in sembari menoleh ke arah Lika dan tersenyum.

"Aku sudah menantikannya, mana mungkin aku melewati hari pertama Queen bersekolah," jawab Lika, melangkah menghampiri Queen yang sudah siap dengan baju sekolahnya.

"Apa kau tidak bisa mempertimbangkannya dengan kepala sekolah? Kenapa melarang pelajarnya berhijab untuk masuk sekolah?" tanya Lika lagi, menatap Queen tanpa hijab dan cadarnya, wajahnya berseri dan anggun.

Jae in menggeleng pelan, menatap Queen di hadapannya. "Bagaimana lagi... bahkan aku ingin memberi biaya tambahan agar Queen bisa tetap dengan dirinya sendiri, tapi tetap saja, mereka menolaknya." jawabnya, merasa kesal mengingat kembali saat Jae in berusaha untuk membujuk Kepala sekolah tersebut.

"Apa tidak akan...," ucapan Lika terhenti saat mendengar suara pecahan gelas dari arah Hae rin yang baru memasuki dapur untuk sarapan.

Hae rin terkejut saat melihat Queen tanpa hijab dan cadarnya, terpaku dengan wajah cantiknya yang tak kalah memikat. Air yang sempat Ia minum, kini muncrat dan mengenai Jae in di hadapannya.

Dengan cepat Hae rin meraih tissue di atas meja dan mengelap wajah Kakaknya. "Aduh, kakak ngapain di depan aku sih!" gumamnya, panik saat melihat perubahan ekspresi Kakaknya, mengetahui bahwa Jae in adalah Pria dengan kesabaran setipis tissue di belah dua.

Jae in merebut tissue itu dari tangan Hae rin, menatapnya tajam sebelum mengelap wajahnya. "Duduk!" titahnya dengan nada membentak, membuat Hae rin seketika patuh dan hanya terdiam sembari melihat kondisi Kakaknya.

Lika mengulurkan piring di meja tersebut kepada Hae rin, namun membuatnya semakin terkejut dengan Lika yang tanpa menggunakan cadar. Dirinya hampir mati dengan keterkejutannya, pandangannya tidak lepas dari Lika dan Queen yang menatapnya ramah.

"Hae rin! Tidak sopan menatap orang seperti itu!" peringat Jae in, kesal dengan perubahan sikap dan perilaku Adiknya.

Mendengar itu, Hae rin seketika mengalihkan pandangan ke arah Jae in di sampingnya. "A-anu... aku sudah kenyang." ucapnya sebelum pergi meninggalkan dapur dengan langkah cepat, mengabaikan pandangan bingung mereka.

"Ya! Lee Hae Rin!" teriak Jae in dari tempat duduknya, menahan kekesalannya di depan Lika dan Queen.

Queen terkejut mendengar teriakan tersebut, menatap Lika dengan perasaan takutnya. "Tenanglah..," ujar Lika kepada Jae in.

Jae in menghela napas beratnya sebelum berkata. "Sayang, jangan mendekatinya untuk beberapa hari ke depan. Akhir-akhir ini, dia memang sedang mendapatkan gangguan." pintanya dengan serius, membuat Lika mengangguk sembari menahan tawanya.

"Ada apa?" lanjutnya, menyadari tawa Lika yang tertahan.

"Tidak apa-apa," jawab Lika tanpa melihatnya. "Bibi, bisakah kau menyiapkan bekal untuk Queen?" tanyanya kepada pelayan yang sedang bekerja di dapur tersebut.

Lika bangun dari duduknya, berjalan ke arah luar. Jae in yang kebingungan, kini bangun sembari memperhatikan langkahnya. "Mau kemana?" tanya Jae in sebelum sang Istri melangkah keluar.

Lika berbalik, menatap setelan baju Jae in yang basah. "Aku akan menyiapkan baju gantimu, kau bisa melanjutkan sarapan." jawabnya sebelum pergi dengan senyuman.

Jae in duduk kembali, perasaan bersalah sekaligus kesal menguasai dirinya. "Queen, ambillah ini...," Jae in memberikan soup di dekatnya dan tersenyum.

Queen menggeleng pelan, ekspresinya menggambarkan ketidak sukanya terhadap sayuran. Menyadari itu, Jae in meraih sendok dan mengambilkan beberapa telur dan ayam di dalam kuah soup tersebut, meletakkannya ke dalam piring kosong milik Queen.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang