BAB (92) Sentuhan mata.

13 0 0
                                    

Di lantai bawah rumah megah itu, terlihat mereka tengah duduk menanti kedatangan orang yang ditunggu. Hingga pada akhirnya, sepasang suami-isteri paruh baya itu pun tiba di hadapan mereka yang memperhatikan setiap pergerakannya.

Hae rin mempersilahkan mereka untuk duduk dengan senyuman khasnya, lalu menoleh ke arah Jae in. "Mereka orang tua dari Hye min, sahabatku. Aku sangat mengenal mereka, jadi aku merekomendasikannya."

Jae in mengalihkan pandangannya dari Hae rin ke arah mereka, melihatnya dengan seksama. "Saya mencari pelayan untuk bisa merawat Istri saya. Bukan sekedar perawatan, namun dia harus terjaga dari segala hal yang membahayakannya."

"Itu terlalu berlebihan!" tukas Lika dengan suara pelan, menggunakan bahasa Inggris, namun terdengar oleh Jae in di dekatnya.

"Anda bisa melakukannya?" Lanjut Jae in tanpa memperdulikan Lika.

Wanita paruh baya itu perlahan mengangguk dengan kepala yang sedikit menunduk. "Saya akan berusaha lebih baik." jawabnya singkat namun pasti.

"Baik, saya akan melihat kinerja kalian dalam tiga hari ke depan, lalu membuat perjanjian kontrak dengan anda." Jae in berkata dengan tegas, tatapannya tak lepas dari mereka yang menunduk hormat.

"Baik, terimakasih...," jawab mereka serentak, lalu perlahan Pria paruh baya itu mendongakkan kepalanya, pandangannya tertuju pada Lika yang memperhatikan. Tatapan itu terlihat tidak asing, membuat matanya sedikit menyipit.

"Dan untuk anda, pastikan Anak saya terjaga." Lanjut Jae in, membuat supir itu seketika terkejut dan mengalihkan pandangannya dari Lika.

"Baik, tuan...," jawabnya, lalu tertunduk kembali, memikirkan sang majikan sebelumnya, yaitu Manda.

Keluarga itu pun tersenyum, merasa lega dengan masalah yang teratasi dan menatap satu sama lain.

***

Di perjalanan menuju Sekolah, Lika menatap suasana luar sembari memikirkan kejadian pagi tadi saat Ia berhasil membuka Ponsel Jae in. "Kenapa aku tidak di perbolehkan menggunakan ponsel, sedangkan mereka memilikinya." Batin Lika, lalu berdecak kesal di balik cadar yang menutupi sebagian wajahnya.

Pelayan di dekatnya pun mendengar decakan tersebut, Ia menoleh dan memperhatikannya.


Indonesia.

Helaan napas Doohyun terdengar jelas diantara ruang kamar hotel berbintang, tubuhnya bersembunyi dalam selimut putih yang nyaman.

"Mereka sudah mengetahui keberadaanku, semuanya karena In yeop! Dasar!" gerutu Doohyun, lalu berdecak sangat kesal.

Tak lama kemudian, ponsel di bawah bantal pun bergetar, mengganggu pikirannya yang kacau. Dengan cepat Doohyun mengambil ponsel tersebut dan melihat asal panggilan.

"Berhenti menggangguku!" sergah Doohyun setelah panggilan terhubung, mengejutkan In yeop di sebelah kamar hotelnya.

"Hey sialan! Suaramu tidak hanya terdengar dari ponsel!" Bentak In yeop.

"Apalagi?!" tukas Doohyun dengan kain yang masih menyelimuti seluruh badannya.

"Aku sudah menemukan alamat kantornya, tapi kau terdengar tidak bersemangat lagi. Pergilah, lalu aku akan memenangkan taruhannya." sungut In yeop, membuat Doohyun seketika menyingkap selimut di tubuhnya.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang