Prolog

49 10 0
                                    

***

??? [POV]

Pagi hari, Aku berjalan di lorong-lorong. Di samping kiri dan kanan ku ada dua pengawal. Pemandangan di lorong ini, tepat nya ada jendela, ventilasi. Aku melihat burung-burung, satu-dua berada di atas pohon. Satu-dua lain nya terbang. Lucu sekali.

Tapi lihatlah, saat aku baru saja melihat pemandangan kecil, pengawal di samping kanan ku menatap tajam. Seolah memerintah untuk patuh, dan melihat ke arah depan. Aku mengalihkan pandanganku ke depan.

Pikiran ku melayang. Sialan, tuduhan apa lagi kali ini yang membuat ku stress? Siapa lagi korban yang berpura-pura? Apakah aku pelakunya? Aku akan di skors lagi? Hukuman apa lagi yang ku terima?

Belum lagi 'rumor.' yang cepat menyebar, dari mulut ke mulut. Bisikan jahat. Seolah menyiksa ku telinga ku. Tatapan tajam, merendahkan ku.

Pintu di buka oleh pelayan di depan kantor Ayah ku. Sambil menatap sekejap wajah ku. Shibal, andai saja jika aku yang berkuasa, aku akan menghancurkan kalian!

Aku melihat Ayah sedang duduk di atas sofa. Meja kantor nya terlihat sibuk, penuh kertas-kertas berserakan. Di depan Ayah terdapat 'si korban.' sialan sekali, rasanya ingin kupukul dia menggunakan kursi.

Pengawal kemudian keluar dari ruangan. Aku terdiam di tengah ruangan itu, menunduk. Ayah lalu mendekati ku, wajah nya merah padam. Menatap ku.

"Sudah ku katakan berkali-kali jangan membully PK¡ !!." Ucap si tua Bangka (Ayah) itu lalu menampar ku.

PLAK!

Terdengar suara renyah dan keras berasal  dari tamparan itu. Darah segar mengelucur pipi. Lalu mengalir ke dagu, menetes ke baju kotor ku. Belum sempat aku merespon perkataan nya dia sudah mendorong ku.

BRUK-!

Aku terjatuh ke lantai, refleks berdiri. Tapi Si tua Bangka itu langsung menginjak kaki ku. Dia sepertinya benar-benar ingin aku mati. Satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, lalu injakan kedelapan nya sukses membuat kaki ku luka-luka, darah mengalir.

Masih ada sisa luka lain nya di area sana. Benar-benar.. dunia memang tak adil..

Aku mengaduh kesakitan, hingga sepercik cahaya terang tiba-tiba muncul dari kalung peninggalan Ibu ku. Terlihat seorang wanita setengah paruh baya, wajah nya cantik, menawan dan elegan. Ia mengenakan baju berwarna hijau terang.

Aku melihat si Tua Bangka itu mundur, kaki nya gemetar. Juga kakak ku, Pk¡. Ia berdiri dari tempat duduk nya, mata nya melebar. Ekspresi nya mengatakan bagaimana bisa?

Wanita setengah paruh baya itu melangkah maju mendekati Si Pak Tua Bangka. Ia meremaskan jemari, wajah wanita setengah paruh baya itu terlihat sedikit marah dan kesal.

Dia.... Membelaku atau aku yang merasa di bela?

"Aku akan memutar kembali waktu, dan kau akan menyesali ini. Sayang."
Ujar wanita itu. Dia lalu mengangkat tangan nya sedikit tinggi, memunculkan pisau di tangan nya.

I am the True Original Mage  -CountryhumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang