Bagian 1

701 37 1
                                    

Siang hari yang cukup terik di Jl. Raya Brengkok, Kabupaten Wonosobo. Nampak dari kejauhan terdapat mobil Hyundai Palisade berwarna putih yang tengah dikendarai oleh Farrel dengan kecepatan 60km/jam, tidak laju namun juga tidak lambat. Tak sendirian, Farrel saat ini ditemani oleh Tasya atau yang lebih akrab disebut Aca dan juga Selena atau yang akrab disebut Selin.

Mereka bertiga akan kembali ke kota perantauan bersama-sama. Kebetulan Farrel yang merupakan pria kelahiran Banyumas ini tengah mudik lebaran ke kampung halaman bersama Selin. Sebenarnya Selin kelahiran Kudus, akan tetapi tahun ini ia dan keluarga merayakan lebaran di kediaman keluarga sang Ayah yang merupakan warga asli Banyumas. Oleh sebab itu, Farrel pun dipinjami mobil oleh Bapak Kos, Bapak Abi, agar mereka dapat mudik bersama supaya lebih hemat.

Untuk Aca sendiri yang merupakan gadis kelahiran Wonosobo juga ikut diangkut oleh Farrel sebab rute perjalanan mudiknya kebetulan melewati kediaman Aca, maka dari itu mereka bertiga bisa berada di dalam satu mobil untuk kembali ke tempat perantauan.

"Kenapa gak kepikiran dari dulu ya gue mudik bareng lo, Rel?" Aca berujar dengan nada seolah bertanya.

"Kan baru tahun ini kita semua mudik, Mba." Farrel menimpali dengan mata yang masih fokus melihat jalan.

"Eh berarti semua anak kos pada pulang ya? Kosan kosong dong?" Aca bertanya.

"Kayanya sih kosong. Mas Pram awalnya gak pulang, tapi pas malem takbiran tiba-tiba dia ngabarin mau balik ke Bandung." Selin menjawab.

"Ini baru kita yang balik apa ada yang juga lagi on the way?"

"Mas Amar kemarin bilang berangkat jam satu dari Jogja." Lagi-lagi Selin menjawab.

"Alah udah pasti bareng Mas Yohan." Ujar Farrel.

"Jelas lah, udah bestie pol mereka berdua tuh." Ujar Aca.

"Amel juga sekalian diangkut Mas Amar katanya. Tahun ini dia balik lebih awal, biasanya kan dia sepuluh hari balik Klaten." Selin menambahkan.

"Kasihannya guru TK satu itu, ckck." Aca berdecak dengan kepala yang sedikit digelengkan.

"Kosan kosong kata Pak Abi, kalo nyampe kita disuruh beres-beres dulu." Selin berujar sembari memperlihatkan isi pesan Pak Abi kepada Aca.

"Masa gak dibersihin sama Pak Udin?" Tanya Aca.

"Mudik kali, kita aja mudik masa dia nggak." Farrel menimpali.

"Sebelum balik ke rumah udah beres-beres kos, pas balik juga beres-beres lagi." Keluh Aca sembari menurunkan kaca jendela.

"Dadah Sindoro Sumbing, ketemu lagi tahun depan." Aca sedikit mengeluarkan tangan untuk dilambaikan kea rah Gunung Sindoro yang kebetulan ada di sisi kiri.

"Berarti tahun depan mudik lagi, Mba?" Tanya Selin.

"Gak tau, nunggu info Yang Mulia Raja." Jawab Aca, Yang Mulia Raja yang dimaksud adalah Ayahnya.

"Mampir makan di mana nih, Mba? Udah bunyi nih perut." Ujar Farrel.

"Ada rumah makan enak, lima kilo lagi lah, kiri jalan." Jawab Aca.

"Oke siap! Gas pol rem pol."

Dan beberapa detik kemudian mobil berjalan lebih laju hingga Aca menarik rambut Farrel dari belakang, "Pelan-pelan, anjing! Gue masih mau hidup."

Aca berujar demikian sebab jalan yang mereka lalui memang tidak begitu luas dan sangat berkelok, ada banyak sekali truk muatan pasir serta truk besar lain yang memang harus ekstra hati-hati. Sedang Selin yang terbiasa dengan Aca dan Farrel yang suka beradu mulut pun hanya tertawa dan kembali memotret indahnya pemandang gunung selama perjalanan.

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang