Pagi di Camp Dhanurveda pecah dengan suara sirine. Suara sirine itu dibunyikan salah satu prajurit yang menjaga di bagian timur camp. Saka yang telah bangun dari tidurnya langsung sigap menggerakkan pasukannya. Dalam keruwetan pasukan yang menyiapkan senjata, Saka menghampiri rumah pohon tempat Popy dan Mara tidur. Beberapa kali Saka memanggilnya dari bawah, tidak ada jawaban. Saka memutuskan untuk naik, melalui tangga kayu yang disusun sejajar ke atas. Sedikit basah karena embun tadi malam.
Popy dan Mara masih dalam posisi tidur. Kepala Popy bersender di lengan kanan Mara, tangannya memeluk lembut—melintasi perut Mara. Bibir Mara menyentuh lembut rambut Popy. Saka tersenyum melihatnya. Sirine masih berbunyi. Saka memukul keras lantai kayu, membuat Mara dan Popy tersentak—bangkit bersamaan dan bertanya pada Saka.
"Ada bahaya. Bersiap!" Saka tersenyum, Mara dan Popy hanya bisa melihat kepala Saka yang nongol di lubang masuk rumah pohon. Lalu Saka turun, menuju tengah camp menghampiri para prajurit yang telah berkumpul.
Popy dan Mara langsung bersiap, mengenakan pakaian dan membawa senjata. Masih ada perasaan malu-malu diantara mereka atas apa yang terjadi semalam. Mara dan Popy memilih diam, tapi saling melirik. Setelah semua yang diperlukan telah siap, Mara dan Popy turun, mendatangi Saka yang berdiri tepat di depan Pasukan Dhanurveda.
"Ada apa?" tanya Popy pada Saka, tepat di langkah terakhir.
"Satu prajurit menemukan keanehan di bagian timur," Saka menunjuk satu prajurit untuk berbicara—menjelaskan apa yang terjadi.
"Ada dua pesawat yang bertabrakan, salah satunya jatuh di hutan bagian timur," seorang prajurit menjelaskan dengan terbata.
"Pesawat?" tanya Mara.
"Iya... bentuknya Kapal."
Perkataan prajurit itu membuat Mara, Popy dan Saka saling tatap. Gambaran yang lewat di kepala Mara benar terjadi. Buru-buru Popy menyiagakan pasukan. Membaginya menjadi tiga kelompok sama besar. Kelompok satu ikut bersamanya untuk melihat pesawat yang jatuh, kelompok dua bersiaga di semua jalan masuk camp. Kelompok tiga menjaga dan bersiaga di pusat camp. Para perawat menggiring penduduk-penduduk tua untuk masuk ke bunker, tidak ada lagi makan pagi. Semua urusan dapur terhenti, menyisahkan bahan makanan yang sudah siap disajikan.
Kelompok satu yang terdiri dari Popy, Mara, Saka dan beberapa prajurit Dhanurveda bergegas menuju hutan bagian timur. Membentuk satuan barisan dengan Mara yang berdiri di depan bersama prajurit yang mengetahui letak jatuhnya pesawat. Popy berada di tengah-tengah pasukan dan Saka yang berjalan paling belakang. Jaraknya tidak terlalu jauh hanya dibutuhkan lima menit jalan kaki. Semua anggota kelompok bersiaga dengan busur panah di tangan kanan dan anak panah yang di bawa di punggung mereka masing-masing. Hanya Popy, Mara dan Saka yang tidak membawa alat panah. Mereka membawa senjata andalannya masing-masing.
Saat pesawat telah terlihat dari kejauhan. Mara mengehentikan laju pasukan. Mereka melihat pohon-pohon yang roboh ditimpa besarnya kapal itu. Saka dan Popy mendatangi Mara, berdiskusi untuk menentukan Plot. Mereka membagi lagi tiga kelompok Dhanurveda untuk mengcover di tiga arah mata angin. Mara, Saka dan Popy yang akan memeriksa bangkai pesawat itu. Dalam hitungan ketiga, pasukan Dhanurveda berpencar sesuai intruksi. Mara, Saka dan Popy berlari menuju bangkai kapal, lalu berhenti, memberi kode—mengepalkan tangan ke atas.
Pesawat berbentuk kapal, tidak punya pemecah arus dibagian depan, ada lahan luas seperti tempat pendaratan pesawat. Bentuknya mirip kapal induk di lautan. Warnanya abu-abu gelap dengan list garis biru dan kuning yang mengelilingi body pesawat. Di bagian lambung kapal itu ada senjata pemusnah yang sejajar rapi mengelilingi kapal. Mara, Saka dan Popy berpencar, mengelilingi kapal yang besar dan memakan tempat, sisa-sisa asap masih mengepul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dhanurveda
FantasyPasca perang dunia ketiga, bumi mengalami kerusakan hebat. Serangan nuklir dari lima negara membabi buta seluruh penjuru bumi, benua dan pulau-pulau terpisah tak berbentuk. Lautan naik drastis. Membelotnya beberapa negara untuk tidak menandatangani...